"Emang menurut lo segampang itu ya maafin orang yang udah nyerang lo?" tanya Michael yang masih jengkel dengan penyergapan yang mereka lakukan padanya.
"Tuan... Jika ada yang bisa kami lakukan untuk mengubah pendapat Tuan tentang kami, kami akan lakukan hal itu," ungkap Valen yg memimpin grup pengembara tersebut.
"Gue rasa ga ada yang bakal bisa maafin orang yang udah membunuh dirinya berkali-kali. Bukankah begitu?" sangkalnya.
"Hah? Mati? Kapan lo pernah mati? Dia ga lagi mabok kan? Dari tadi yang ada kita ga bisa bunuh lo kali," protes Valen dalam hati.
"Tuan, saya meminta maaf atas nama grup petualang saya, Jade Hammer. Tolong berikan kami kesempatan untuk menebus kesalahan kami," Dusseldorf mengatakan hal itu dengan nada memohon.
"Kalau minta maaf aja bisa menyelesaikan semua masalah, orang hidup ga bakal banyak masalah," keluh Michael pada mereka.
"Mungkin ada hal yang bisa kami lakukan supaya Tuan bisa memaafkan kami?" tanya Valen.
"Kalau soal itu sih, bisa gue pikirin sambil berjalan asal lo mau bantu gue," Michael menyampaikan keinginannya.
"Ya, Tuan. Bantuan apa itu?" tambah Valen.
"Gue masih baru di area ini. Mungkin gue bisa lo kasih tempat tinggal buat sementara aja. Sebagai sesama pengembara kan kita harus saling bantu satu sama lain," Michael mengutarakan pemikirannya.
"Lo masih baru atau udah bokek??? Oi! Mau tipu-tipu juga yang pinter dikit napa! Lo kira gue sebego lo apa?" Dusseldorf menentang keras pernyataan Michael tentang dirinya.
Dia kemudian melihat ke arah Valen dan memberikan pertanyaan dalam bentuk isyarat tubuh, "Emang lo yakin mau bantu makhluk yang aneh kaya dia yah?" Kurang lebih begitu apa yang disampaikan Dusseldorf dengan isyarat yang dia berikan. Valen hanya menjawab dengan menggelengkan kepala dia.
"Gue juga terpaksa tau. Sapa juga yang mau tanggung jawab nampung makhluk setengah siluman macam itu!" kata Valen dalam benaknya.
"Kita bisa atur untuk hal itu Tuan. Apakah ada lagi hal yang bisa saya bantu?" tambahnya.
"Karena gue sudah lama tinggal di daerah hutan, gue ga ada uang sama sekali. Mungkin kalian bisa bantu gue gitu?" dengan santainya ia meminta grup Jade Hammer mendanai dia untuk tinggal di kota yang sama dengan mereka.
"Saya bisa atur hal itu juga. Tuan tidak perlu khawatir. Hanya saja kami tidak bisa bertanggung jawab atas apa yang Tuan lakukan di kota kami," Dusseldorf menjelaskan kondisi yang ia punya.
"Kalau hal itu, gue juga bisa ngertiin. Baguslah kalau kalian setuju sama persyaratan yang gue punya. Ngomong-ngomong, ampe kapan lo pada mau bersujud ke gue? Lo kira gue ini Dewa apa?" Michael mengatakan hal itu dengan lega.
Valen kemudian menjawab, "Terima kasih atas kebesaran hati Tuan."
"Santai aja. Ga perlu seformal itu juga ama orang seprofesi kalian juga kok," ungkap Michael.
Dusseldorf terlihat agak kecewa melihat Valen yang ga sependapat dengan dia mengenai masalah ini. Seusai melihat seberapa tenang Valen, dia tahu bila Valen udah punya rencananya sendiri berkenaan dengan Michael.
Michael tak membuang waktu lagi dan berbaur dengan grup tersebut. Sudah lama sekali baginya tidak bisa bersantai sejak dia dikejar-kejar slime 2 hari lalu. Dia pun makan sisa makanan yang masih ada di perapian yang ada di tengah kemah mereka.
"Hmm... masakannya enak banget. Wah udah lama banget gue ga makan enak gini," katanya sambil melahap makanan dengan riangnya.
"Makasih," kata seorang penyihir cewek yang duduk dekatnya.
"Kamu yang masak ini kah?" sahut Michael.
"Syukurlah kalo kamu suka," jawabnya dengan malu-malu.
Michael perlahan melupakan kemarahannya soal kejadian ini. Dia merasa hangat mendapat sambutan dari grup yang memang suka bertualang seperti dirinya.
"Sayang gue ga bisa banyak traveling waktu gue masih hidup di dunia gue sendiri," sejenak pemikiran itu terlintas dalam pikiran Michael.
"Kayanya hidup di sini juga seru juga. Paling ga gue bisa lebih sering berpergian sebagai pengembara. Sebisa mungkin gue mau lebih menikmati hidup daripada di kota gue dulu," janji Michael dengan dirinya sendiri.
Dia pun bercanda dengan anggota kelompok Jade Hammer sambil makan dan minum bersama. Mereka bertukar cerita tentang kehidupan mereka dulu sebelum menjadi petualang. Ada juga yang menyanyi sambil menari. Suasana di perkemahan mereka benar-benar menyenangkan untuk Michael yang memang suka alam.
Di samping itu, Dusseldorf menemui Valen untuk membicarakan permintaan ga masuk akal Michael.
"Val, gimana caranya kita bisa bayar buat tempat tinggal itu siluman? Kita aja masih kekurangan dana buat biayain anggota grup sendiri," kata Dusseldorf.
"Emang gue pernah setuju buat ambil tanggung jawab kalau terjadi hal yang ga menyenangkan yah?" Valen menjawabnya dengan pertanyaan baru.
"Maksud lo?" Dusseldorf kebingungan.
"Santai aja gue bisa atasi masalah ini. Paling ga, kita ga bakal terbebani oleh masalah ini. Lo tenang aja," tambah Valen.
"Okay... gue balik dulu deh sebelum yang lain dan itu makhluk curiga kalau kita berdua kelamaan menghilang," Dusseldorf meninggalkan tenda Valen sesudah itu.
Keesokan harinya mereka kembali ke kota tempat di mana mereka menetap, Kota Waywick. Kota itu merupakan salah satu kota di perbatasan Evradhon dengan negara lain. Michael mengikuti gerombolan itu untuk pergi ke Kota Waywick.
Karena dia sama sekali tidak tahu wilayah di Areta dan Evradhon, mau tidak mau ya dia harus membuntuti rombongan Jade Hammer untuk sementara waktu. Seandainya di dunia ini ada GPS, dia mungkin sudah jalan ke sana sendiri dan juga ga bakal nyasar di dalam hutan.
Setibanya mereka di Waywick, Valen memberi Michael sebuah kunci rumah yang akan jadi tempat tinggalnya.
"Ini tempat tinggal yang saya janjikan pada Tuan Michael. Itu bukanlah sesuatu yang besar tapi terimalah," kata Valen sambil menyerahkan kunci tersebut padanya.
"Wah, makasih banyak ya. Gue kebantu banget ini. Btw mana nih bantuan dana buat gue tinggal di sana?" Michael berusaha memeras uang Valen.
"Maafkan kelalaian saya, Tuan. Ini uang kompensasi yang saya janjikan untuk Tuan Michael," dengan penuh respek dia mengatakan itu.
"Oh, wow. Makasih banyak. Gue merasa terbantu banget lho. Sering-sering ya bantuin gue. Sampai ketemu lain kali. Hahaha," katanya sambil tertawa puas.
Tanpa menunggu lama, Michael langsung berjalan menuju nama tempat yang tertulis di kertas yang membungkus kunci pemberian Valen. Dia bertanya pada orang sekitar lokasi tempat tinggal yang diberikan Valen lalu melanjutkan perjalanannya menuju rumah barunya.
Dalam perjalanan dia pulang, dia mengecek harga makanan di pasar yang ada di tengah kota. Harganya cukup mahal menurut Michael. Mungkin memang penjelajah seperti dirinya dan Valen memang tidak banyak punya simpanan uang.
"Ga terlalu masalah ah. Yang penting gue udah ada tempat tinggal buat sementara waktu aja udah lumayan lha. Gratisan pula," ucapnya dengan penuh semangat.
Sesampainya dia di depan alamat yang sama seperti apa yang tertulis di secarik kertas itu.
"Kampret bener dah nih orang. Udah minta maaf malah gue dikasih gubuk reyot begini anjay!" Komplain dia karena apa yang dia terima tidak memuaskan.
Ketika ia sedang membuka kunci pintu rumahnya, segerombolan orang menghampirinya dari belakang.
"Lo orang baru yang pindah ke sini?" tanya orang yang ada di belakangnya.
Michael membalikkan badan secepat yang dia bisa. Lalu ia melihat ke orang yang berbicara dengannya.
"Salam kenal, gue tetangga baru lo. Mohon kerjasamanya," Michael menjulurkan tangannya saat dia mengenalkan dirinya.
Orang itu tidak langsung menjawab perkenalan diri Michael. Membalas jabatan tangan yang ia tawarkan pun tidak. Dia mencermati Michael dari atas ke bawah dengan seksama.
"Dih apaan coba?" keluhnya.
Tak lama kemudian orang itu menepuk tangan Michael dengan keras. Terkejut dengan perbuatan orang yang tidak dikenalnya itu, ia tak sempat merespon orang itu dengan baik.
"Harta atau nyawa?" ancam orang itu sambil menempelkan mata pisaunya ke leher Michael dan menjepit badannya ke pintu.
"******! Baru kelar satu dah nongol satu lagi makhluk gaje!" teriak Michael yang marah atas ketidakberuntungan yang menimpanya beberapa hari terakhir.
"Eh!? Bentar... Jangan ngomong kalau..." Michael ga bisa percaya kalau dia baru aja ditipu habis-habisan oleh Valen.
"Kurang ajar lo, Len!" Michael benar-benar ga menyangka kalau penipuan di sini lebih sering terjadi daripada di kota dia hidup dulu.
...****************...
Serba-serbi
"Sukurin lo, sial mulu!" sindir Dewa Gielyr.
"Kampret! perlindungan konsumen isekai oi!" komplain Michael.
"Makanya jangan sok keras!!! Wkwk," kata Gielyr sambil menertawai kesialan si Michael.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
De'Ran7
nih novel apaan dah...payah amat MC nya😒
2022-09-01
0
Eros Hariyadi
like and favorit...💪👍👍👍
2022-07-04
0
♡~Yuki.nur019
😐 kasihan banget rasanya...
2021-11-03
2