Chapt 2

Kanaya tidak bisa berkedip saat tangan kekar milik Sakha menangkup kedua pipinya. Badan itu kian codong menuju ke arahnya dan tidak berlangsung lama, kedua mata Kanaya tertutup bersamaan dengan bibir Sakha yang mendarat pada kening gadis tersebut.

Keduanya sudah sah menjadi pasangan suami istri.

itu berarti mulai saat ini, Kanaya adalah istri Sakha dan Sakha adalah suami Kanaya.

Dua anak manusia itu terjebak dalam hubungan sakral bernama pernikahan hanya karna tuduhan yang tidak di gali kebenarannya.

•••

Ibarat nasi sudah menjadi bubur, Sakha tidak bisa berbuat apa apa saat kedua orang tuanya pulang sedang dia harus tinggal di rumah Kanaya dan mirisnya lagi, 2 pelajar SMA itu nantinya akan satu kamar.

"Pesen gue, lo berdua jangan ngapa ngapain meskipun uda halal. Karna lo pada masih sekolah"

memang mereka mau berbuat apa? Kanaya memutar bola matanya jengah, sebab ini bukan kali pertama Rizal sok sok an bijak menasehati mereka, sejak selesai ijab Kabul tadi yang Rizal katakan tidak lebih dari "Cuma boleh tidur bareng," seolah olah Sakha dan Kanaya mau berbuat lebih dari itu.

"Bang, lo kira gue sama Sakha gak di anugrahi otak gitu? minggir minggir" gadis itu menyingkirkan bahu Rizal dan menarik tangan Sakha untuk masuk ke dalam.

Kanaya menutup pintu kamarnya rapat, lalu berjalan ke bibir ranjang. di rebahkan tubuh lelahnya itu di sana. di susul Sakha dan keduanya sama sama terlentang sambil memejamkan mata.

"lo tidur?"

"cuma merem" jawab Sakha yang masih memejamkan matanya.

Kanaya tersenyum. Sebenarnya dia kasihan dengan Sakha, pasti lelaki itu tertekan karna pernikahan ini. Berbalik dengan Kanaya yang terima terima saja, sebab gadis itu sudah lama mengagumi Sakha.

"Maafin gue ya Kha,"

"Bukan sepenuhnya salah lo nay, mungkin uda takdirnya begini"

Sakha tiba tiba beranjak dari posisi tidurnya. kemudian berjalan ke arah sofa dengan selimut milik Kanaya yang sengaja dia bawa.

"Selimut lo gue pinjem" kata Sakha seperti orang yang sudah siap untuk tidur.

Kanaya hanya bisa mengangguk melihat Sakha yang kini beralih ke sofa. Dia tidak boleh berharap lebih. mungkin Sakha menikahinya agar bisa mengikuti ujian nasional setelah itu siapa yang tau dengan hubungan mereka, entah pernikahan ini akan berlanjut atau sebaliknya, berhenti seperti yang tidak Kanaya inginkan.

•••

"Nay, bangun"

"Nay ..."

Entah ini panggilan yang ke berapa, dan gadis itu belum juga bangun. Sakha sampai bingung harus mengapakan Kanaya agar dia bisa membuka mata dan Sakha bisa langsung sholat ke masjid.

"Nay bangun gak lo"

"eughh... " Gadis itu kian melilitkan selimutnya, ia hanya mendengus dan kembali tidur.

"Kanaya, bangun atau gue - "

"Gue uda bangun, cuma males buka mata!"

"Sejak kapan orang bangun matanya merem hah"

"Gausa bawel!"

Habis sudah kesabaran pria itu. Sakha mengambil gelas di nakas, meminumnya hingga tersisa sedikit, lalu menarik selimut Kanaya secara paksa. dan detik berikutnya,

"Sakhaaaaaaaa!!!!!"

"Mampus kan lo"

"Bangun" Kata Sakha, ia tidak peduli dengan wajah merah Kanaya yang menandakan gadis itu tengah meledak ledak karna ulahnya. lagi pula siapa yang salah, Sakha tadi sudah membangunkan dia dengan cara baik baik tapi Naya tidak juga bangun, akhirnya cara yang ini berhasil.

"Sholat sana gue mau ke masjid"

Kanaya mengucek ucek matanya, menatap sakha yang sudah siap dengan baju kokoh berwarna putih dan juga peci hitam di kepalanya

"Lo beneran mau ke masjid?"

"Iya lah"

"Yaudah sana berangkat,"

"Ya lo juga cepetan wudhu"

"Gue halangan"

"Halangan apa halangan" Ujar pemuda itu sambil memincingkan matanya, menatap curiga pada Kanaya.

"Terserah deh, orang gue beneran halangan"

Sakha aslinya tidak percaya, tapi mendengar suara Adzan sudah berhenti jadi mau bagaimana lagi, dia harus segera berangkat.

"Oh ya Nay, nanti jangan keluar dulu ya. tungguin gue pulang dari masjid"

"Kenapa emang?"

"Uda sih nurut aja sama suami"

•••

Banyak hal yang mau Sakha bicarakan hari ini, tentunya berkaitan dengan dia juga Kanaya. Tetapi sebelum berbicara pada semua keluarganya lebih baik Sakha bicarakan ini pada Kanaya terlebih dahulu.

"Gimana nay?"

"Oke aja gue"

Sakha menghembuskan nafasnya berat, bisa tidak jawaban Kanaya itu di sertai dengan alasan. dia tau Kanaya adalah tipikal gadis yang malas tapi ini tidak begini juga sampai mikir saja dia malas.

"Lo gak kasih alasan atau apa gitu, cuma gitu doang jawaban lo"

"Gue males mikir dalem, Kan lo suami gue nih, jadii ... apapun keputusan lo gue nurut, gue mah penurut orangnya"

"Kalau gue suruh bunuh diri mau juga lo?"

"Ya enggak lah, gila apa"

"Terserah deh terserah" kata Sakha terdengar frustasi, Kanaya, gadis itu malah terbahak melihat Sakha menyugar rambutnya hingga sedemikian berantakan.

"Jelek tau, sini sini gue rapiin"

tiba tiba gadis itu mendekati Sakha, menyisir rambut Sakha menggunakan jemarinya dan kembali merapikan rambut tersebut.

"Gue mau kok, lagian kan kita uda nikah masa mau numpang terus sama orang tua, nanti kita cari kontrakan deh yang enggak besar besar banget, biar biayanya juga murah"

Sakha sampai tidak berkedip melihat perlakuan Kanaya juga jawaban yang dia lontarkan. ini benar kan Kanaya? Queen malas yang Sakha kenal!

"Nay lo kesambet"

"gue Acak acak lagi mau?"

"jangan" Cegah Sakha, secepat mungkin dia menarik tangan Kanaya dari kepalanya, kedua sudut bibirnya tertarik, tanpa di rencanakan Sakha malah tersenyum dan balas merapikan rambut Kanaya

"Thanks buat jawaban plus persetujuan lo"

"HM"

"Yang kedua tadi gimana?"

"Boleh deh, nanti gue bantuin ya"

"Enggak usa, lo di rumah aja, kan ada Tama juga"

Tama itu satu satunya teman lelaki Sakha, kalau teman perempuan mungkin hanya Kanaya dan yaaa kalian tau sendiri sekarang mereka bahkan menjadi teman hidup.

Sakha menarik tangannya, ia merogoh saku dan memberikan selembar uang 10.000 pada Kanaya

"apaan nih" Ucap Kanaya saat uang itu Sakha daratkan pada telapak miliknya.

Sakha berdecak sebal "Lo gak tau kalau itu namanya uang"

"Bocil juga ngerti kali kalau ini duit" Balas Kanaya tak kalah sinis.

"Maksut gue buat apaan"

"Ya buat uang saku lah"

"Uang saku gue?"

"Sekarang itu gue suami lo, lo tau kan?"

Kanaya mengangguk.

"Jadi yang kasih lo nafkah bukan papa lagi tapi gue. gue tau yang gue kasih cuma gopek tapi Yaudah lah lo terima aja, uang gue tinggal itu. nanti Kalau gue uda kerja gue kasih lebih banyak lagi, lo hemat hemat ya nay"

"Nanti kita ke kantin bareng"

"Lha kenapa" Heran Sakha. biasanya Kanaya akan ke kantin bersama teman temannya.

gadis itu tersenyum lebar "Lo mau mati kelaperan karna gak bisa beli jajan, udah ini nanti kita bagi dua, lo lima ribu gue lima ribu"

•••

Jangan lupa like, komen dan Vote.

boleh juga kalau mau share cerita ini, bantu meramaikan😂

Terpopuler

Comments

Cahaya

Cahaya

Semangat Thor

2021-08-04

0

anjani2775

anjani2775

semangat KK

2021-08-03

1

ms huang

ms huang

aku dtg bw like.kk...smangattt !!!

2021-08-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!