Siang itu aku dan Aliya pun berjalan beriringan menuju bangku taman, Menikmati keramaian , Banyak orang-orang yang bercerita dan bercanda tawa disana.
Aku dan Aliya pun memesan es buah yang kebetulan berada disana, Disiang hari itu es buah memang bisa melepas dahaga.Aku pun mulai menikmati es buah , Sampai suara Aliya memecah keheningan saat itu.
"Cha, Mungkin aku gak akan melanjutkan kuliah ku." Kata Aliya pada ku saat itu.
"Kenapa Al? Bukankah kamu ingin jadi guru." jawab ku.
"Papa telah menjodohkan ku Cha, Dan aku tak ingin mengecewakan papa."jawab Aliya lagi.
"Apa Al,kamu mau menikah?" Tanya ku lagi.
"Iya Cha, Mungkin bukan depan aku akan bertunangan."
"Tapi kenapa harus secepat tu Al, Dan bukankah kamu masih bisa kuliah?" Tanya ku seakan keberatan.
"Tidak Cha, Calon suami ku ingin aku hanya dirumah mengurus rumah tangga."Jawab Aliya.
Walaupun Aliya tidak berucap kata keberatan padaku tapi aku tau kalau terlihat dari raut wajahnya kalau Aliya ingin menolak, Tapi mungkin dia takut dengan papa nya.
Sesaat aku diam, Tak ada kata yang bisa ku ucapkan saat itu, Entah kenapa aku yang merasa begitu kecewa saat tau kalau Aliya harus menghentikan pendidikannya.
Tapi aku bukanlah siapa-siapa, Apalagi memang Aliya masih memiliki adik dan orang tuanya juga bukan orang berada.
"Cha, Mungkin setelah aku menikah kita tidak akan bisa bertemu lagi." terdengar suara Aliya memecah keheningan dan lamunan ku.
"Maksud kamu Al?" tanya ku tak mengerti.
"Aku akan pindah ke luar kota ,Karena calon suami ku bekerja disana diperusahaan orang tuanya."Jawab Aliya.
Ku tatap Aliya dari samping terlihat ada yang membasahi pipinya, Tentu saja itu juga membuat ku ikut larut dalam rasa yang sama.
Walau bagaimanapun aku dan Aliya sudah bersahabat sejak kelas 2 Sekolah mencegah pertama sampai sama-sama lulus di sekolah menengah Atas yang sama.
"Al,Apa tidak bisa kamu menolak? Ayuk kejar cita-cita kamu Al!"Jawab ku saat itu.
Dan bukan jawaban yang ku dapat dari Aliya, tapi suara Isak tangis nya, Aku merangkul sahabat ku , Mungkin bisa meringankan bebannya saat itu.
"Al, Maaf kan aku tidak bisa menolong mu." Kata ku tiba-tiba.
"Tidak Cha, Kamu tidak salah, Maaf kan aku sudah membuat kamu jadi ikut berpikir tentang hidup ku." Kata Aliya.
"Tidak Akan, kita sudah bersahabat lama, Aku paham perasaan kamu saat ini.Kata ku lagi.
Akhir nya bukannya menenangkan Aliya akupun ikut menangis , Kamu berdua pun larut dalam pikiran masing-masing, Dan tak terasa hari sudah mulai sore.
Ternyata Hari sudah menunjukkan pukul 16.30 , Aku dan Aliya pun beranjak kembali kerumah masingmasing.
Disepanjang perjalanan,Aku terus memikirkan tentang Aluya, Aku rasanya tidak tega melihat Aliya harus menikah muda, Seharusnya dia masih memiliki kesempatan untuk mengejar cita-cita nya.
Sekitar pukul 17.15, Aku pun tiba dirumah, Ternyata papa sudah kembali dari kantornya, karena terlihat sibuk papa sudah terparkir di garasi rumah kami.
Setelah memarkirkan motor di garasi aku pun menuju pintu utama rumah kami.
"Assalamualaikum!" Ucap ku didepan pintu.
"Waalaikum salam" Terdengar jawaban dari dalam setelah kami ketiga aku mengucap salam.
Terlihat pintu terbuka lebar dan muncul sosok paruh baya dengan masih memegang sapu ditangannya.
"Bibik lagi ngapain?" Tanya ku pada pekerja rumah tangga kami.
"Maaf non Icha tadi bibi sedang nyapu didapur, Nonudah lama?" Tanya bibi pada ku.
"Belum bik, Mama sama papa mana bik"Tanyaku lagi.
"Ada non di atas , Mungkin sedang istirahat." Jawab sibibik.
"Ya udah bik,Icha kekamar dulu."Jawab ku sambil berlalu meninggalkan bibik yang akan menutup pintu.
Kebetulan aku sangat capek dan ingin istirahat, Aku langsung kekamar untuk bersihkan diri, dan merebahkan tubuh sebentar.
Namun Aku masih kepikiran dengan Aliya, Tapi aku hanya bisa berpikir tidak bisa menolong apapun, Hanya bisa berharap agar Aliya tidak hadir menikah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments