Bibir Nathan menyeringai lebar ketika tengah melakukan sesi pemotretan usai menjalani meet and greet dengan para romancehollic, sebutan untuk club penggemar berat mereka.
Dengan ramah ia menyalami satu per satu para fans yang menggilai dirinya, serta menerima ajakan selfie dari beberapa orang-orang disana. Saat ini, group band nya begitu terkenal. Dan disaat yang bersamaan, otaknya berfikir keheranan dengan bunda yang justru sangat membencinya.
Padahal band tersebut yang telah berhasil mengangkat namanya hingga ke puncak ketenaran. Bukannya merasa bangga dengan pencapaian anaknya, ia justru malah dengan gencar menyuruh Nathan untuk beralih profesi, dan meninggalkan band yang telah melambungkan namanya sampai ke langit itu.
"Nathaaann... Hiii... Aku gak nyangka banget bisa foto bareng sama kamu!! Kamu ganteng banget! Kamu itu mirip synyster gates lho! Aku juga nge fans sama dia.. Kalian sama-sama gitaris dan sama-sama ku cintai..hiii... I love you!!" Ucap salah satu fans wanita bersuara melengking yang histeris usai ber swafoto dengannya.
Nathan menertawai wanita itu. Dan sedikit mengingat-ingat bahwa bukan hanya dia yang berkata bahwa wajahnya mirip synyster gates. Jika diperhatikan memang benar adanya, karena wajah Nathan memang lebih banyak mengambil gen dari ayah nya yang berdarah Amerika ketimbang ibu nya yang asli Indonesia.
Ia patut berterimakasih pada sang ayah yang dengan sukarela menyumbangkan wajah rupawan untuk anak bungsunya itu.
"Honeey..."
Teriakan seseorang menyadarkan Nathan dari lamunannya. Ia sudah sangat familiar dengan suara itu. Dari kejauhan tampak seorang wanita bertubuh tinggi dengan tubuh yang indah melambai ke arahnya. Tanpa aba-aba ia langsung menghampiri wanita tersebut. Juga sang wanita yang menggunakan heels cukup tinggi secepat kilat berlari ke arah Nathan.
"Honey!!"
Nathan langsung meraih tubuh wanita itu, melingkarkan lengan di pinggangnya, dan mengangkat wanita tersebut hingga jadi lebih tinggi darinya.
"Haha.. Honeey.. Turunkan aku" Rengek wanita itu dengan manja. Wanita cantik dengan kulit yang eksotis namun sexy itu bernama Monica. Ia adalah kekasih kesayangan Nathan, tapi tidak akan menjadi calon menantu kesayangan si bunda.
"Tidak mauu"
"Honeey..."
"Baiklah.." Nathan menurunkan Monica dan langsung memeluknya.
"Aku rindu sekali honey"
"Aku 10 kali lebih rindu darimu" Gombal Nathan.
Monica melepaskan pelukannya. Dan menggapai pipi Nathan dengan kedua tangannya. Monica baru saja kembali ke Indonesia setelah satu bulan lamanya singgah di Singapore untuk menemui Helena, kakak nya yang tinggal disana.
Wanita berusia 26 tahun itu adalah seorang anak hasil korban perceraian dan di tinggal kedua orangtua nya. Saat itu Monica baru berusia 8 tahun sedangkan Helena sudah menginjak usia 13 tahun.
Baik ayah maupun ibu nya yang pada saat itu telah menikah lagi dengan pasangannya masing-masing tidak ada yang bersedia merawat nya beserta Helena yang kini telah hidup bersama suaminya di negeri seberang itu.
Setelah kedua orangtuanya bercerai mereka sempat dirawat oleh nenek dari ayah nya namun tak berselang lama, sang nenek meninggal dunia. Dengan beberapa pertimbangan, tercetuslah ide untuk mendatangi bibi dari ibunya yang mana sang bibi adalah seorang mucikari.
Dibawah pengasuhan seorang yang mempunyai pekerjaan 'haram' itu, sudah pasti
membawa pengaruh negatif bagi mereka berdua yang kesehariannya harus menyaksikan pemandangan kurang senonoh dari para 'penjual' dan pelanggan disana.
Hingga pada suatu ketika, sang bibi terjerat kasus prostitusi. Rumah tempat ia 'berdagang' dan dihuni Monica beserta Helena di tutup juga di segel. Dua kakak beradik itupun kehilangan tempat tinggal dan tak tahu lagi harus lari kemana.
Sekitar 3 hari merasakan kerasnya hidup di jalanan, pada akhirnya takdir mempertemukan mereka dengan seorang pria paruh baya yang ternyata adalah pemilik sebuah panti asuhan. Tanpa berpikir panjang pria itu langsung memboyong Monica serta kakaknya ke panti.
Sungguh tidak ada yang lebih kejam selain orang tua yang tega merenggut kebahagiaan masa kecil darah daging mereka sendiri.
Dibalik kisah kelam tersebut, Nathan sama sekali tidak mempedulikannya. Ia begitu mencintai wanita berwajah cantik dan sensual yang kini telah mengisi ruang di hatinya tanpa syarat. Ia hanya melihat Monica sebagai wanita sempurna yang siap memberi cerita indah setiap hari dalam hidup nya. Menjadikan dia laki-laki paling bahagia di alam semesta.
Mereka berdua bertemu di tempat clubbing. Monica seorang Disc Jockey. Nathan terpukau dengan permainan musik nya, dan merasa ingin mengenalnya lebih jauh. Kemudian ia memberanikan diri untuk berkenalan dengan DJ itu dan mendapat respon hangat darinya.
Hari demi hari, berganti minggu, perasaan Nathan semakin dalam. Mereka semakin dekat dan memutuskan untuk menjalin hubungan. Tentu saja begitu mengetahui anaknya menjalin hubungan spesial dengan wanita seperti Monica, bunda sangat keberatan. Namun tak patah arang, Nathan tetap pada pendiriannya. Sejak bertemu Monica, ia telah menetapkan wanita itu sebagai pemilik hatinya.
"I love you" Ucap Nathan untuk wanita yang telah berhasil menawan hati dan fikirannya.
"I love you more" Monica mendaratkan bibir seksinya ke bibir Nathan.
"Ehemm..." Regy sang manager hendak menuju ke mobil seketika menghentikan langkahnya di dekat dua sejoli yang sedang saling menumpahkan rasa rindu mereka satu sama lain itu.
Monica menjauhkan bibirnya dari bibir Nathan.
"Ganggu aja gy" Nathan tersenyum getir. Sementara Monica cekikikan sendiri.
"Inget woi lagi diluar ruangan ini.. Lanjut lagi nanti di apartment lo Nath"
"Tau lo bro, ganggu aja" Adly menyahut dari arah belakang Regy. Mereka akan bergegas meninggalkan kawasan tempat meet and greet itu di gelar.
"Kok jadi gue yang salah?? Hadeeehh.." Ujar Regy sambil menepuk jidatnya.
"Hahaha.. Bang Regy emang selalu salah" Sahut Mike sambil berjalan melewati Regy.
"Kurang ajar" Gerutu si manager sambil melanjutkan kembali langkahnya yang terhenti karena menyaksikan adegan kecup mengecup bibir yang dilakukan Nathan dan Monica.
"Udah pulang sana.. Schedule hari ini kan cuma meet and greet.. Lo bisa bobo bobo cantik kan dirumah" Ucap Nathan meledek Regy.
"Lo kali yang bobo bobo cantik bareng Monic"
"Wuih.. Tau aja.. Hahaha" Sahut Nathan sambil cekikikan.
"Udah ah.. Gue duluan ya.. Masih ada urusan. Besok kumpul di basecamp ya" Pamit Regy, seraya mengingatkan anak-anak asuhnya soal agenda esok.
"Siap.. Hati-hati bro.. Ayo Mike" Ajak Adly. Mike menumpang mobil Adly ke lokasi. Sementara Nathan dan Nico membawa mobil masing-masing.
Mereka saling berpamitan dan meninggalkan lokasi pertemuan antara idola dan fans tersebut. Kemudian Nathan memboyong Monica ke cafe untuk saling berbincang dan meminum secangkir kopi favorit mereka.
***
Suasana cafe sore itu cukup ramai pengunjung, mengingat hari ini masih dalam suasana weekend. Nathan membooking meja yang berada di lantai 2. Itu memang salah satu tempat favorit Nathan dan Monica ketika menyambangi cafe yang bergaya classic tersebut. Karena dari tempat itu dapat terlihat dengan jelas pemandangan ibu kota yang cukup indah. Dengan gedung-gedung pencakar langit yang menghiasi langit sore.
"Hhmm.. Aku rindu sekali minum latte di sore hari, bareng kamu, disini" Monica menggenggam tangan Nathan setelah menyeruput latte yang dipesannya.
"Aku juga honey.. Selama kamu pergi, aku suka kesini, sendiri, tapi hampa" Gombal Nathan. Monica tersipu malu, wajahnya memerah.
Tiba-tiba ponsel milik Nathan bergetar. Perhatiannya teralihkan, ia segera mengeceknya. Ternyata ada satu pesan masuk dari bunda.
"NAK.. BUNDA PULANG SORE INI KE BANDUNG. JAGA DIRIMU BAIK-BAIK YA"
"IYA BUNDA. HATI-HATI DI JALAN YA, MAAF AKU TIDAK BISA ANTAR BUNDA PULANG"
Ia menunggu balasan sang bunda namun pesan balasan tak kunjung datang. Akhirnya ia memutuskan untuk kembali meletakkan ponsel di meja. Ia kembali fokus pada kekasihnya yang duduk bersebrangan dengannya. Monica tampak murung karena Nathan yang tiba-tiba mengabaikannya.
"Honey?" Sapa Nathan.
"Hmm.."
"Kenapa?"
"Gapapa"
Nathan diam dan berfikir apa yang membuat bidadari nya jadi nampak tidak lagi berselera dengan kencan mereka. Tak berapa lama kemudian ia pun menyadari nya.
"Oh.. Maaf honey.. Itu tadi bunda, kasih kabar kalau dia kembali ke Bandung sore ini"
Mendengar alasan Nathan barusan wajah Monica langsung kembali berubah. Tidak se muram tadi.
"Hhmm.. Nathan?" Ucap Monica.
"Iya?"
"Apa bunda masih tidak mau menerimaku?"
Nathan diam. Kemudian ia meraih kedua tangan kekasihnya itu sembari menatap dengan serius kedua mata Monica yang terlihat sendu.
"Dia pasti akan sangat menerimamu" Jawab Nathan dengan intonasi penuh keyakinan
"Apa kamu yakin? Kamu selalu bilang begitu dan tidak pernah ada perubahan"
"Aku selalu bilang seperti itu karena aku memang yakin.. Bunda pasti akan menerimamu. Aku yang paling kenal bunda, jadi jangan khawatir. Aku akan memperjuangkan kamu bahkan sampai dunia dan seisinya habis termakan zaman"
"Aku nya nanti keburu tua dong" Ujar Monica dan membuat Nathan tergelak.
"Aku tidak akan melepaskan kamu Monica. Aku sungguh mencintaimu. Ah, boleh di bilang, aku ini udah bucin sama kamu" Mereka kembali tertawa. Nampak nya mood Monica mulai membaik.
Monica kembali meminum latte hangatnya yang sudah hampir dingin.
"Aku ingin cepat menikah dengan kamu honey" Ucap Monica.
"Untuk apa?"
"Hmm? Untuk apa?" Monica mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaan kekasihnya itu.
"I-yaa.. Memang kamu tidak senang kalau kita seperti ini saja?"
Monica menggelengkan kepala nya. Wajahnya kembali tidak senang.
"Jadi kamu tidak serius denganku?"
"Bu-bukan begitu maksudnya honey, umm.. Menikah itu kan, bukan perkara yang mudah. Apalagi kalau kita punya anak, itu terasa sangat sulit. Bukankah enak seperti ini? Kita bisa bebas kemanapun tanpa beban. Tidak sibuk dengan urusan rumah tangga, anak. Menikah atau tidak, sama saja untuk kita. Bedanya hanyaa.. Kita punya buku nikah dan diakui negara. Lagipula, jujur saja, a-aku belum kefikiran menikah"
Mendengar pernyataan Nathan barusan hati Monica begitu kecewa. Ia langsung beranjak dari kursi, dan meraih tasnya, berniat untuk pergi meninggalkan Nathan. Tapi dengan sigap Nathan menahan kekasihnya itu dengan menggenggam lengannya erat.
"Honey..mau kemana?"
"Lepaskan aku!" Hardik Monica.
"Kamu mau kemana honey? Hey.. Hey.." Nathan melingkarkan lengan kanannya di pinggang Monica dengan erat, membuat Monica tidak bisa lari dari nya. Sedangkan tangan kirinya memegang pipi Monica sehingga membuat mata mereka saling bertatapan.
"Kamu tidak benar-benar mencintaiku"
"Honey.. Belum siap menikah bukan berarti tidak mencintai. Aku hanya masih dalam tahap mempersiapkan diri, karena aku sadar. Aku belum bisa jadi sosok pemimpin dalam keluarga. Aku sangat mencintai kamu, kita sudah 3 tahun bersama. Sedikit pun tidak pernah berkurang perasaanku ke kamu. Aku hanya.. Belum siap sekarang" Nathan menatap binar-binar di mata Monica dengan perasaan yang tulus, berharap Monica mau memahami penjelasannya.
"Jadi tolong, mengertilah. Dan tunggu sebentar lagi" Lanjutnya dengan nada mengiba. Tak lama kemudian Monica tersenyum manis sembari mengelus pipi Nathan.
"Oke.. Maafkan aku honey, aku hanya.. terlalu terobsesi denganmu, tanpa memikirkan perasaanmu. Aku.. Mencintaimu walaupun kita harus selamanya seperti ini"
"Tidak selamanya, mungkin, tidak lama lagi"
Nathan memeluk kekasihnya tanpa memedulikan beberapa orang yang mengenalinya sedang asyik memperhatikan mereka berdua. Ia hanya terlalu fokus dengan tubuh hangat Monica yang mulai membuat tubuhnya terasa panas.
"Emm.. Ayo duduk lagi honey" Nathan menarik kursi dan mempersilahkan Monica kembali duduk ditempatnya semula. Monica menuruti.
Mereka melanjutkan kencan dan menghabiskan sore hari yang agak mendung berdua, dengan hati yg cerah. Malamnya mereka memutuskan untuk singgah terlebih dahulu di apartment Nathan untuk minum-minum. Tentunya hanya berdua, karena mbak Asih telah kembali kerumahnya sejak sore.
***
"pip..pip..pip.. Cklek.."
Suara pintu apartment di buka. Hari sudah malam ketika mereka sampai. Nathan dan Monica masuk ke apartment sambil menenteng minuman beralkohol yang terbungkus dalam kantong plastik. Keduanya akan melakukan pesta semalaman.
"Huhh.. Capek" Monica merebahkan tubuh nya di sofa ruang keluarga. Wajahnya tampak lelah. Memang, sesampainya di tanah air, ia buru-buru ke rumah nya untuk menyimpan barang-barangnya, dan segera ke lokasi meet and greet agar bisa bertemu dengan sang pujaan hati. Ia tak dapat menahan diri dari rasa rindu yg menggebu.
Nathan menyetel TV dan menayangkan film yang belum pernah di tonton. Film itu ber genre romantis. Pas sekali dengan suasana hati mereka.
Monica membangunkan tubuh nya. Ia duduk dan mengikat rambut panjang berwarna dark brown nya yg curly terurai indah itu. Nathan duduk di sebelahnya dan membuka satu botol minuman untuk segera ditenggak.
"Mauuu..." Rengek Monica. Nathan menghalau tangan Monica yang hendak merebut botol minuman itu.
"Gak boleh banyak-banyak ya"
"Emmmm..." Monica tidak setuju. Ia memanyunkan bibirnya.
"Ya sudah.. Aku gamau kasih sekalian"
"Iya.. Iya.. Iya.. Aku ga minum banyak-banyak"
"Gitu dong" Nathan tersenyum penuh kemenangan. Monica segera meraih botol itu dan menenggak minuman haram tersebut secara membabi buta.
"Hey.. Hey.. Nafas honey"
"Aaahhhhhh...." Monica merasa plong setelah meminum hampir setengah botol.
"Ya ampun.. Pacarku ini emang paling jago ya" Nathan mengelus kepala Monica dan mengecupnya.
Sampai di pertengahan film yang tengah di putar, keduanya sudah dalam kondisi mabuk. Tapi Monica yang lebih mabuk berat dibanding Nathan. Ia mulai meracau dan cekikikan sesekali. Tapi Monica masih kurang puas, ia hendak meraih botol selanjutnya untuk kembali dinikmati. Ia tidak menepati janjinya pada Nathan.
"Sudah.. Sudah cukup honey, kamu sudah mabuk berat" Nathan merebut botol yang di genggam Monica.
"Nathaaaan.. Ak-ku, masih.. masih ingin... Aaahhhhhh.. Minuuummmm"
"Sebaiknya kamu tidur ya. Ayo ku antar ke kamar"
"Nggaaakk... Film.. Film nya nath.. Honey.. Sayang.. Film nya seru.. Be-belum habiis"
"Kamu daritadi bahkan belum menonton sama sekali, sibuk minum saja"
Nathan langsung menggendong tubuh Monica yang telah sempoyongan. Walaupun ia sendiri juga merasa kurang seimbang dalam berjalan. Tapi kondisinya masih lebih baik dibanding Monica.
Ia baru sampai di depan pintu kamarnya ketika Monica menunjukkan gelagat akan muntah. Dengan sekuat tenaga ia memboyong Monica ke kamar mandi yang ada di dalam kamar tidurnya.
"Hoooeekk... Hoooeekk.. Aahhh.. Hoooeeekk.."
Monica memuntahkan semua isi perutnya. Wajahnya tampak merah seperti udang rebus. Nathan memijit-mijit belakang lehernya agar Monica merasa lebih baik.
"Ayo.. Kamu sebaiknya istirahat" Nathan kembali menggendong Monica, menuju tempat tidurnya.
Ia menempatkan wanita itu perlahan. Dan melepaskan sepatu yang masih dikenakannya.
"Naath.." Monica menarik tangan Nathan yang hendak meninggalkannya.
"Ada apa? Aku ingin mematikan TV sebentar. Lalu aku akan menemanimu lagi"
Monica tidak mau mendengarkan. Ia lalu menarik tangan Nathan sekuat tenaga dan membuat pria itu menindih sebagian tubuhnya. Dengan brutal ia ******* bibir Nathan, dan disambut dengan balasan dari kekasihnya itu.
Nathan mulai merasakan panas menjalari sekujur tubuhnya. Dan malam itu, adalah milik mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments