Setelah selesai dengan pekerjaan rumah tangga, mbak Asih langsung menepati janjinya untuk mengajak bunda ke pasar. Mereka berdua pergi dengan di antar oleh supir pribadi bunda. Jarak dari apartment ke pasar tradisional itu menempuh waktu sekitar setengah jam perjalanan dengan mobil. Jika dengan motor bisa lebih cepat lagi. Mengingat Jakarta adalah kota metropolitan dan juga biang kemacetan, maka wajar saja akan lebih lambat jika bepergian dengan menggunakan mobil.
Sesampainya disana mereka langsung bergegas untuk membeli barang yang diperlukan. Tidak terasa sudah satu jam berlalu sejak kedatangan mereka di pasar. Ibu Erina, yang biasa dipanggil bunda, adalah type wanita yang lebih senang ke pasar tradisional dibanding supermarket. Selain karena sayur mayur dan lauk-pauk yang masih fresh, juga karena harga nya lebih 'merakyat'.
Tetapi bukan pula karena bunda seorang yang pelit wal irit. Wanita berusia 52 tahun yang berprofesi sebagai pengusaha di bidang kuliner itu juga merasa senang jika bisa membantu pedagang-pedagang di pasar dengan membeli dagangan mereka. Sungguh bunda adalah wanita dengan hati yang baik.
"Aduh.. Bu.." Mbak Asih bergumam seraya mengubek-ubek tas belanja yang di jinjingnya.
"Kenapa mbak?"
"Sepertinya kresek berisi daging tadi tertinggal"
"Waduh.. Tertinggal dimana mbak?"
"Di kios daging tadi bu.. Memang sepertinya blm Saya masukkan ke dalam tas, saya benar-benar gak sadar"
"Ya sudah, coba mbak kembali dulu kesana, barangkali benar tertinggal. Saya tunggu disini sambil beli sayuran di kios ini, oke?" Ucap bunda berhenti di depan kios sayuran yang menyediakan aneka sayur mayur yang masih sangat segar. Bunda tidak tahan melihat bonggol-bonggol brokoli yang tampak hijau segar itu, karena memang bunda adalah penggemar sayur brokoli.
Mbak Asih bergegas kembali ke kios daging untuk memastikan apakah benar belanjaannya tertinggal. Sementara bunda dengan antusias memilih sayuran.
Setelah puas memilih, bunda memutuskan untuk menyelesaikan belanja nya, ia baru akan membuka tas yang dibawanya untuk mengambil dompet ketika tiba-tiba tas tersebut di rampas oleh orang tak dikenal. Bunda jadi korban penjambretan!.
"Ya ampun.. Tasku!! Toloong...jambret..!!!" Bunda meneriaki orang itu. Penjambret itu lari tunggang langgang membawa tas bunda. Semua mata tertuju pada bunda yang berteriak minta pertolongan.
Beberapa orang tampak mulai bergerak untuk membantunya. Namun sejurus kemudian sebuah tas belanjaan lengkap dengan bahan masakan melayang ke wajah si penjambret. Seseorang telah melemparnya ke laki-laki jahat itu dan membuat nya jatuh terduduk. Nampaknya isi tas tersebut cukup banyak dan berat.
"Kembalikan tas itu!!" ucap si pelempar tas belanja itu dengan lantang dan berani.
"Aaarrgghhh..." Si penjambret berusaha untuk bangkit dan membawa kembali tas milik bunda. Namun si penolong yang ternyata adalah seorang gadis itu berhasil menggenggam tali tas yang terjulur panjang secara tak sengaja.
Terjadi aksi saling tarik menarik antara laki-laki dan gadis kuat tersebut. Tenaga gadis itu cukup kuat sampai-sampai si penjambret kualahan. Karena takut orang-orang keburu menangkapnya, laki-laki itu langsung mengeluarkan pisau kecil yang dibawanya dan menyabet tangan gadis malang itu agar ia melepaskan genggamannya dari tas tersebut.
"Aakkhhh...." Gadis itu mengerang dan memegangi pergelangan tangan kanan yang dilukai itu dengan tangan kirinya. Darah mulai menetes karena lukanya cukup panjang dan dalam.
"Jambreeet!!!!" Tak kehabisan akal, gadis itu berteriak agar orang-orang menghadang penjambret kurang ajar itu dan menangkapnya.
Gadis itu bersimpuh sambil terus memegangi tangan nya. Bunda yang ikut mengejar penjambret tas nya segera menghampiri si gadis penolong untuk melihat keadaan nya. Bunda yakin terjadi sesuatu pada nya, karena ia menyaksikan semuanya dari kejauhan sambil ikut berlari untuk mendapatkan tasnya kembali.
"Kamu gak apa-apa?" Suara bunda gemetar karena kaget, shock dan kelelahan. Gadis itu diam sambil meringis kesakitan. Darah nya terus mengalir. Bunda yang menyadari tangan gadis itu terluka langsung menawarkan bantuan. Namun di tolak oleh gadis berwajah cantik tersebut.
"Jangan menolak. Kamu terluka, ayo kita rawat dulu lukamu, ibu antar ke klinik ya.."
Tanpa mendengar persetujuan si gadis penolong bunda segera menuntunnya. Dari kejauhan terdengar suara seseorang berlari menghampiri mereka berdua. Mbak Asih ternyata, ia begitu khawatir ketika mendengar dari penjual sayur bahwa majikannya jadi korban penjambretan dan sedang berlari mengejar pelakunya. Ia bersyukur melihat bunda masih baik-baik saja. Jika tidak, apa yang akan di katakannya pada tuan muda Nathan?
"Bu.. Ya Allah ibu.. Huhh.. Hahh.." Mbak Asih tampak terengah-engah. Ia menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan kata-katanya.
"Ibu gak apa-apa?? Apa ada yang terluka?"
"Saya gak apa-apa mbak.. Tapi gadis ini yang terluka karena berusaha membantu saya. Sekarang saya akan membawa nya ke klinik, ayo cepat bantu mbak" Bunda memberi instruksi untuk membantu menuntun gadis itu.
Sebelum meninggalkan pasar, bunda telah mendapatkan kembali tas nya. Dan si penjambret itu telah kena batunya. Ia di gelandang ke pihak yang berwajib oleh orang-orang yang menangkapnya. Bunda bersyukur orang jahat itu tertangkap. Setidaknya tidak akan ada korban sepertinya lagi. Pikirnya.
Mereka sampai di klinik. Gadis muda berwajah cantik itu langsung di beri pertolongan untuk menghentikan darahnya. Bunda dan mbak Asih duduk di ruang tunggu dengan cemas.
Gadis itu keluar dari ruangan dokter setelah sekitar 20 menit mendapat perawatan. Pergelangan tangannya di balut perban. Wajahnya sudah mulai kembali segar, tidak pucat seperti tadi. Dokter telah memberinya perawatan yang baik.
"Sini duduk dulu nak.." Bunda menuntun gadis itu untuk duduk di kursi ruang tunggu sementara mbak Asih di perintah bunda menyelesaikan administrasi.
"Terimakasih banyak nak.. Sudah menolong ibu, kamu benar-benar gadis pemberani" Ucap bunda. Gadis itu menoleh, lesung pipi tergambar di wajahnya ketika ia tersenyum.
"Sama-sama bu, terimakasih juga telah membiayai pengobatan saya"
"Sudah kewajiban ibu nak.." Jawab bunda. "Oh iya, siapa namamu?"
"Nama saya Dara" Ucapnya sopan.
"Tinggal dimana nak?"
"Tidak jauh dari sini bu.."
Kemudian mereka berdua berbincang sedikit untuk mengenal satu sama lain. Sesekali bunda memperhatikan penampilan Dara yang duduk disebelahnya. Hari itu ia mengenakan baju atasan berwarna nude dengan rok yang panjangnya hanya mencapai lutut. Rambut panjang dan lurus hingga menyentuh siku lengannya dibiarkan tergerai indah dan tebal dengan warna hitam yang cantik. Kulitnya kuning langsat khas orang Indonesia. Sekilas, bunda mulai menyukai tampilan dan perangai gadis itu.
Tak berselang lama, mbak Asih datang dengan menenteng plastik berisi obat untuk diminum Dara agar mempercepat penyembuhan luka nya.
"Ayo ibu antar pulang Dara"
"Tidak usah bu, saya naik angkot saja"
"Lho kok angkot? Tanganmu terluka begitu, kurang aman naik angkot. Sudah, ibu antar. Tunjukkan saja dimana rumahmu" Ucap bunda sedikit memaksa.
"Tapi saya bukan mau kerumah, mau ke warung ibu saya dulu"
"Gak apa-apa nak.. Ibu antar, dimana warung ibumu?"
"Dekat pasar tadi bu"
"Ya sudah, ayo kita jalan" Bunda merangkul Dara, mengajaknya ke mobil dan mengantarnya ke tempat tujuan. Dara tak bisa menolak lagi. Karena bunda bagaikan polisi yang baru saja menangkap seorang tersangka. Tak sedikitpun Dara dapat mengelak darinya. Gadis itu pun pasrah dan mengikuti bunda masuk ke mobil.
***
Mereka sampai di sebuah warung makan milik orangtua Dara. Warung itu lumayan besar dengan menu masakan yang beragam. Meja dan kursi tertata rapi serta bersih di setiap sudut ruangan. Ada beberapa orang yang sedang menyantap sajian di warung itu ketika mereka tiba.
Bunda sedikit memperhatikan tatanan warung makan milik orangtua Dara ketika ia memasukinya. Ia cukup respect dengan kebersihan dan kerapihannya. Warung ini, sedikit banyak mengingatkan dirinya tentang masa lalu. Bibirnya tersenyum sendu.
"Dara.. Sama siapa ini nak? Lho ini kenapa tanganmu? Apa kamu terluka?" Ibu dari Dara menghampiri anaknya yang membawa orang asing. Ia nampak terkejut ketika melihat tangan Dara terbalut perban. Hatinya langsung bertanya-tanya, apa yang terjadi dengan putri sulungnya.
Bunda kemudian menjelaskan kronologis kejadiannya. Ibu Dara mendengarkan dengan seksama. Ia nampak kaget namun sedikit bernafas lega karena melihat kondisi putri nya yang hanya terluka di bagian tangan. Ia bersyukur Dara masih dilindungi.
"Ibu.. Dara minta maaf, belanjaannya hancur semua" Gadis itu memohon pengampunan pada ibu nya karena belanjaan yang seharusnya digunakan untuk membuat masakan esok hari telah ia pakai untuk menjatuhkan si penjambret di pasar tadi. Ibu nya yang duduk tepat di sebelahnya tidak merasa keberatan sama sekali. Ia tersenyum dan membelai lembut kepala anaknya.
"Tidak apa-apa nak.. Kamu lebih berharga dari belanjaan itu.. Ibu bisa beli lagi nanti"
Dara cukup lega mendengar kata-kata ibu nya.
"Dara.. Kamu sampai mengorbankan belanjaan ibumu?" Tanya bunda.
Dara mengangguk dengan ragu. Ia merasa tidak enak pada ibu nya sendiri.
"Sudah.. Tidak apa-apa bu, saya bisa beli lagi nanti. Yang penting anak saya baik-baik saja, dan ibu juga bisa mendapatkan tas ibu kembali"
Ibu Dara memang seorang wanita yang bijak dan lembut hatinya. Ia juga tidak akan segan membantu siapapun yang mengalami kesulitan, walaupun dirinya sendiri juga bukan sedang tidak kesusahan.
Kemudian bunda berpamitan. Ia juga memberi uang ganti rugi untuk mengganti kerugian bahan masakan rusak yang disebabkan oleh kejadian tadi. Namun di tolak oleh Dara dan ibu nya. Bunda memaksa, tapi tidak berhasil. Mereka tidak mau menerima sepeserpun, dan menganggap kejadian itu adalah musibah yang bukan disebabkan oleh bunda. Akhirnya bunda menyerah, ia menuruti keinginan mereka dan undur diri.
Ibu sangat bangga dengan Dara karena telah berani melawan penjambret itu. Walaupun memikirkan kemungkinan Dara akan terluka lebih dari itu membuat nya bergidik. Namun Ia bersyukur berkali-kali lipat putri nya masih ada disini bersamanya.
Dara (25) adalah anak sulung dari tiga bersaudara, ia memiliki dua orang adik, laki-laki (17) dan perempuan (14). Ia gadis yang periang, rajin dan cerdas. Ia selalu membantu ibu nya memasak untuk berjualan, membeli bahan baku untuk masakan, bahkan sering membantu adik-adiknya belajar.
Ayah nya telah lama meninggalkan mereka. Terjerumus dalam lembah perselingkuhan, seorang janda beranak satu berhasil membawa pergi sang ayah yang menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga.
Saat itu Dara baru berusia 10 tahun, dan merasa amat terpukul dengan perpisahan kedua orangtua nya. Belum lagi ketika diam-diam dirinya sering memergoki sang ibu tengah menangis di dalam kamar. Hatinya ikut terasa sakit. Di usia semuda itu Dara memang belum mengerti betul dengan apa yang terjadi, namun satu yg ia pahami, ibu nya sudah disakiti.
Menjadi orangtua tunggal bagi tiga orang anak, tentu saja membuat sang ibu harus banting tulang menafkahi mereka. Dari menjadi tukang cuci, pembantu rumah tangga, ia rela melakukan semuanya. Sampai pada akhirnya, berbekal skill memasak yang ibu miliki, ia mencoba peruntungan dari berjualan lauk pauk siap makan.
Beruntung sang ibu memiliki anak seperti Dara, yang selalu siap membantunya kapanpun. Tak pernah kenal lelah dalam membantu ibu nya menjajakkan dagangan mereka keliling kampung. Hal itu dilakukan karena memang mereka belum memiliki kios sendiri. Namun karena kegigihannya lambat laun pundi-pundi rupiah pun mulai terkumpul hingga akhirnya mereka mampu membeli kios sendiri.
Dara mempunyai keinginan melanjutkan studi kedokteran selepas lulus SMA. Namun karena keterbatasan ekonomi ia tidak bisa mewujudkan impiannya. Ia pernah akan mencoba ikut program beasiswa, tapi karena melihat ibu nya yang kerepotan berjualan sendirian hingga sempat jatuh sakit karena kelelahan akhirnya Dara mengurungkan niatnya dan memilih untuk membantu ibu nya. Dia bilang, tidak ada pekerjaan yg lebih mulia selain ikhlas membantu orangtua.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments