Adzan subuh berkumandang. Bersegeralah Ayunda bersama kedua orang tua juga kakak tertampannya yaitu Ahmad Rayhan Abi Shaka, mereka menunaikan ibadah shalat subuh berjamaah.
Dilanjutkan setelahnya membaca Al-Qur'an bersama. Selesai shalat dan membaca Al-Qur'an mereka pun melanjutkan aktivitas di pagi hari sebelum berangkat kerja ataupun kuliah.
Terbiasa untuk tetap rajin dan mandiri, membantu Ummi Hannah memasak dan membersihkan rumah melengkapi rutinitas Ayunda di pagi hari sebelum ia harus pergi kuliah.
Meskipun mempunyai ART untuk membantu mengurus rumah, tetapi Ummi Hannah tetap turun tangan dalam memasak terutama untuk menu sarapan pagi keluarganya. Karena Abah Ridho lebih suka masakan Ummi Hannah. Selain itu, secara tidak langsung untuk mendidik Ayunda agar tidak selalu menggantungkan diri pada orang lain meskipun ia berkecukupan dalam segala hal.
Melihat Ummi tengah berkutat dengan wajan dan sepatulanya, Ayunda perlahan mendekat dan meminta izin untuk melakukan hal lain terlebih dahulu sebelum membantu memasak,
"Ummi, Ayunda bersihin rumah dulu habis itu baru bantuin Ummi di dapur. Tidak mengapa 'kan Ummi?"
"Enggakpapa Ayunda yang penting kamu harus menyempatkan ke dapur sama Ummi, supaya kamu jago masak terus bisa jadi istri sholihah untuk Masmu kelak." Maksud Masmu yang dimaksud oleh Ummi disini adalah suami.
Mendengar pernyataan dari Umminya barusan, Ayunda hanya menjawab dengan menatap dan menampilkan senyum tipis di bibirnya. Melihat reaksi Ayunda yang nampaknya kurang suka, Ummi pun dilanda kecemasan.
Untuk sesaat Ummi baru tersadar bahwa perkataannya sudah membuat Ayunda teringat kenangan pahit yang harus Ayunda alami pada beberapa bulan yang lalu.
"Maafkan Ummi sayang! Ummi tak bermaksud membuat kamu teringat itu semua," terang Ummi mencoba menjelaskan bahwa ia tidak bermaksud mengingatkan tentang kenangan pahit putrinya yang batal dikhitbah dan dihalalkan oleh seorang Ustadz bernama Ustadz Habib.
Tentu Ayunda mengerti bahwa Umminya tidak mungkin berniat untuk demikian. Dan setelah ia fikirkan baik-baik ia tidak boleh terus-terusan terbayang oleh kenangan pahitnya. Bagaimanapun juga sebagai umat Rasulullah SAW yang baik, suatu saat ia harus melaksanakan sunnah Rasulullah yang sakral tersebut, yaitu menikah. Entah dengan siapa Ayunda pun belum tau pasti tapi keyakinannya takkan kandas bahwa Tuhannya memberikan yang lebih baik dari kemarin (kenangan pahitnya).
"Kenapa Ummi meminta maaf?" Tanya Ayunda bahwa sebenarnya Umminya tak perlu merasa bersalah begitu.
Ayunda masih tersenyum tenang seraya membenarkan pernyataan Umminya,
"Ummi benar bagaimanapun suatu saat Ayunda haruslah memulai hidup baru dengan mengikat janji suci dalam sebuah pernikahan. " Tegas Ayunda.
Ayunda sudah bersikap jauh lebih santai dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa, namun Ummi Hannah masih merasa begitu bersalah pada Ayunda.
Ayunda pun berusaha untuk mencairkan suasana. Ia mendekap erat Umminya. Mengalungkan kedua tangannya pundak Umminya. Mendusel dan meyakinkan Umminya bahwa Umminya tidak bersalah.
"Berarti kamu sudah siap memulai kehidupan baru sayang? Kalau iya Ummi akan kenalkan kamu sama anak teman Ummi."
"Ummi, maksud Ayunda suatu saat," Dengan nada sedikit menegaskan tetapi dengan tetap menghormati Umminya,"Ayunda harus fokus kuliah dulu! Kan Abah, Ummi dan Mas Rey yang menginginkan Ayunda untuk menjadi pendidik (guru) supaya bisa menebar kebahagiaan dengan ilmu dan pengetahuan yang Ayunda miliki ke anak bangsa ini."
"Kamu benar sekali Ayunda, tapi ada sesuatu yang perlu kamu ketahui untuk bekal kamu besok, ketika sudah menjadi seorang istri bahwa sebagai seorang wanita harus pandai dalam 3 M."
Berusaha mencairkan suasana Ummi Hannah memberitahu Ayunda tentang wanita harus pandai dalam 3 M. Menurut Ummi sangat penting untuk Ayunda mengetahuinya.
"3 M? " Tanya Ayunda heran
Dengan mengangguk dan tersenyum menang Ummi menjelaskan maksud dari 3 M,
"3 M itu adalah macak, masak, manak maksudnya berdandan, memasak dan melahirkan (punya banyak anak)."
"MasyaAllah 3 Mnya itu Ummi?" Ayunda tersenyum dan tertawa kecil,"Ayunda fikir uang sebesar 3 Miliyar?"
"Sebagai seorang istri, istri itu harus selalu memberikan yang terbaik untuk suaminya dalam hal apapun itu." Masih melanjutkan,"memang tidak ada yang sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah tetapi kita harus selalu berusaha memberi yang terbaik apalagi untuk seorang SUAMI." Ummi menasehati Ayunda secara baik-baik.
Tidak ada angin ataupun hujan,
tiba-tiba seseorang masuk ke dapur itu dan langsung ikut menimbrung Ayunda dan Ummi Hannah yang sedang asyik berbincang.
"Benar itu kata Ummimu Ayunda! Kamu harus banyak belajar dari Ummimu! Ummimu itu tidak perlu diragukan lagi dalam 3 Mnya." Seorang laki-laki berperawakan tinggi berkulit bersih manyahut perbincangan Ayunda dengan Umminya.
"Ish, Abah jangan gitu!" Tegas Ummi memeringatkan Abah,"malu sama Ayunda, Bah!"
"Kenapa malu Ummi?" Tanya Ayunda.
Dan detik itu pula, suasana benar-benar sudah mencair kembali.
"Bukankah Ummi sendiri yang mengajarkannya pada Ayunda? "Ayunda mengulum senyum kearah Umminya.
"Ummi itu memang begitu Ayunda, dan itulah yang membuat Abah selalu merasa jatuh cinta pada pandangan pertama ke Ummi!" Ucap Abah mengeluarkan kata-kata romantisnya. Sedangkan Ummi masih menutupi rasa malunya.
"MasyaAllah! Abah pagi-pagi sudah ngegombal aja?" Kata seorang anak laki-laki yang sudah cukup dewasa dengan ketampanan yang luar biasa.
"Reyhan, ini itu bukan menggombal tapi memupuk selalu benih-benih cinta walaupun sudah tua." Jawab Abah dengan mantap dan percaya diri kepada Reyhan anak sulungnya. Alias Kakak Ayunda.
"Baiklah, keliatannya aku harus banyak belajar dari Abah supaya aku bisa menjadi suami yang baik dan siap siaga nantinya!" Ucap Reyhan.
"Benar sekali sayang!" Tutur Ummi Hannah begitu meneduhkan kepada Reyhan.
Hari sudah semakin pagi, Ayunda pun pergi dari dapur dan membersihkan halaman rumah, "Ayunda ke depan dulu!"
"Kamu Rey, mau ke depan juga?" Tanya Abah melihat Reyhan mengikuti langkah Ayunda namun langkahnya harus terhenti karena pertanyaan Abah.
"Iya Bah, ada yang perlu Reyhan rawat pagi ini, mumpung Rehyan masih di rumah!" Reyhan yang ingin menyelesaikan rutinitasnya pagi itu sebelum harus berangkat ke luar kota sampai beberapa bulan ke depan,"Reyhan ke depan dulu ya Abah, Ummi, Reyhan sudah ditunggu soalnya!"
"Reyhan? Reyhan? Kamu itu ngerawat burung saja sudah kayak ngerawat Istri saja!" Sambil menggelengkan kepala karena terheran melihat Reyhan yang begitu antusias merawat hewan kesayangannya.
"Reyhan seperti itu karena Abahnya juga gitu!" Sahut Ummi meningkatkan bahwa suaminya itu juga pencinta burung.
Sadar apa yang dikatakan istrinya itu benar adanya. Abah hanya bisa menampilkan senyum manisnya dan membenarkan perkataan istrinya itu, kemudian kembali menyeruput kopi susu kesukaannya di pagi hari.
Sementara itu...
Diteras rumah joglo modern yang luas dan asri!
Kakak dan adik itu sedang sibuk sibuk dengan urusannya masing-masing. Hingga akhirnya sang kakak memulai pembicaraan terlebih dahulu, "Ayunda!" Kakaknya memanggil sang adik.
"Kenapa Mas Rey?" Jawab sang adik yang masih membersihkan lantai teras dan menyemprotkan air ke bunga-bunga dalam vas meja.
"Ayunda, kamu harus sering mantau burung jalakku ini, kalau aku gak di rumah!" Titah Reyhan dengan baik.
"Tapi Ayunda males Mas Rey soalnya dia sama-sama nyebelinnya kayak Mas Rey." Gurau Ayunda bercanda.
"Nyebelin itu terkadang seringnya juga merhatiin kamu!" Sambil masih asyik dengan burung Jalak kesayangannya.
"Baiklah Mas Rey kakak tertampan ku!" Ayunda menurut tapi masih menyela perkataannya, "Bentar deh, burung itu 'kan sudah didalam sangkar otomatis dia gak bakal bisa kemana-mana Mas Rey. Jadi Ayunda gak perlu lagi tuh, sering-sering memantau!"
"Kalau makanan atau minumannya habis, terus mungkin dia lagi pingin mandi, sebagai sesama makhluk hidup yang baik, mandiin dia lah sekali-kali!" Menatap Ayunda sekilas.
"Kalau aku enggak sibuk deh Mas Rey, entar kalau aku sibuk aku minta tolong sama Kang Dirman yaa?" Ayunda menyarankan kepada Reyhan.
Sementara Kang Dirman, Kang Dirman adalah tukang kebun sekaligus sopir pribadi Abah.
"Sesibuk apapun tetap sempatkan Ayunda! Dia pasti bakal lebih senang semisal kamu yang mandiin." Kata Reyhan menggoda Ayunda. Seseorang juga tertawa melihat exspresi adiknya yang serasa masih kecil baginya walaupun sebenarnya sudah beranjak dewasa.
"Mas Rey tega bener sih? Masa aku disuruh mandiin burung?" Jawab Ayunda cukup kesal. Apalagi saat melihat Reyhan yang ternyata hanya bercada saat menyuruhnya memandikan hewan kesayangannya tersebut.
"Ha ha, enggak enggak adik tercantiknya Reyhan Abi Shaka!" Reyhan menuturkan ucapannya yang sebenarnya,"Entar tolong kamu bilang ke Mang Dirman saja!" Lanjut Rehyan sambil tertawa puas dan terus mengusap-usap kepala Ayunda, sebagai rasa peduli dan sayangnya pada sang adik semata wayangnya.
"Mas Rey berantakan jilbabku!" Ayunda kesal dengan perbuatan Reyhan selalu menggoda dan mengerjainya. Sekarang malah membuat jilbabnya berantakan namun sayang Reyhan sudah berlalu pergi begitu saja.
Namun kini Ayunda menatap teduh sang Kakak yang sudah beranjak pergi. Dalam benaknya Ayunda akan merindukan moment seperti ini. Moment dimana ia bisa bercanda tawa dengan sang Kakak.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments