Ch 4. Pernyataan Cinta (1)

Beberapa hari berlalu semenjak kejadian di lapangan waktu itu. Semenjak saat itu, pikiran Andre selalu saja dibayangi dengan bibir Yunita, saat di mana dia hampir mencium Yunita.

Semuanya terkadang muncul secara acak di dalam kepalanya; entah itu ketika dia sedang senggang ataupun saat sedang mengerjakan sesuatu.

“Dasar otak mesum,” begitulah dia mengutuki dirinya sendiri setiap kali ingatan kotor itu muncul. Namun tampaknya, otaknya tidak mau mendengarkannya dan terus memunculkan ingatan itu lagi dan lagi.

“Tidak bisa begini terus,” pikirnya. Dia langsung berdiri dari tempat duduknya dan bersiap untuk beranjak pergi ke kelas Yunita demi menyelesaikan semua masalah di pikirannya saat ini. Kebetulan, saat itu memang sedang jam istirahat.

“Mau kemana lu?” tanya Dimas,

Dia tidak memedulikan pertanyaan temannya tersebut dan terus berjalan keluar kelas; karena walaupun dia menjawab apapun, ada kemungkinan besar kalo Dimas dan Brandon pasti akan mengikutinya.

Dan cukup beruntung, Dimas dan Brandon yang entah kenapa, ternyata tidak mengikutinya. Pertama-tama, dia pergi ke papan pengumuman; yang selalu berada di dekat tangga untuk melihat daftar pembagian kelas. Setelah mengetahui di mana kelas Yunita, tanpa banyak basa-basi, dia langsung naik ke lantai 3; lantai di mana kelas Yunita berada.

Saat tiba di lantai 3, ada sedikit penyesalan dalam dirinya karena tidak mengajak Dimas dan Brandon. Satu hal yang dilupakannya; adalah kalau selama ini popularitasnya cukup besar di antara kalangan anak pebisnis—bukannya puji diri, namun semenjak kelas 3 SMP, dia sudah merasakan bagaimana itu namanya dikerumuni banyak orang—sampai terkadang, karena saking muaknya, dia sampai melupakan hal tersebut dan menganggap gerombolan orang tersebut sebagai angin lalu saja

“Terobos ajalah,” ucapnya dalam hati sambil membulatkan tekadnya.

Dia mengambil nafas panjang dan membuangnya, lalu berjalan dengan agak cepat tanpa menghiraukan pandangan orang kepadanya menuju kelas Yunita, X – 8.

Semakin dekat dengan kelas Yunita yang plang nama kelasnya sudah di depan matanya, langkah kakinya terasa makin berat, seperti ada sesuatu yang menahannya. Jantungnya juga berdetak makin kencang setiap dia melangkahkan kakinya.

Namun, dengan semangat 45, demi menuntaskan perasaan yang mengganjal dalam pikirannya, dia akhirnya berhasil sampai di depan pintu kelas Yunita. Tanpa mengindahkan keramaian yang ada dalam ruangan tersebut, matanya langsung fokus mencari Yunita. Tak butuh waktu lama baginya untuk menemukan wajah yang selalu muncul di dalam pikirannya.

Sampai di depan meja Yunita, dia langsung menggenggam tangan wanita yang sudah membuatnya hampir menjadi gila hanya dalam beberapa hari ini. Dia bisa mendengar beberapa perempuan yang histeris, ada juga yang mengatakan “Wah,”. Namun, dia sudah tidak peduli, dan hanya mengajak Yunita—yang rasanya tidak menolak sedikit pun—keluar dari situ.

Sialnya, di depan pintu kelas X-8, dia bertemu dengan Brandon dan Dimas. Seperti biasa, kedua orang tersebut dengan senyuman jahilnya langsung mengejeknya.

“Nah kan, gua bilang juga apa,” ucap Dimas dengan percaya diri dan senyuman mengejek yang entah berapa kali sudah dilihatnya dalam beberapa hari ini.

“Berisik, lu tau kan apa yang harus lu lakukan?” ucapnya, walaupun dia sedikit sebal dengan tingkah Dimas. Akan tetapi, kali ini ada urusan lebih penting lainnya yang harus ia selesaikan.

Dimas dan Brandon tampaknya mengerti, mereka berdua hanya tersenyum dan membukakan jalan bagi Andre dan Yunita, kemudian menghalangi orang-orang yang hendak mengikuti dengan Andre dan Yunita.

Andre terus berjalan sambil memegang pergelangan Yunita tanpa memedulikan tatapan murid-murid lain yang menatap mereka saat mereka lewat dan tersadar kalau mereka berada di lapangan yang sama tempat saat kejadian di mana dia hampir mencium Yunita.

“Lepasin, sakit tau,” Yunita akhirnya memberontak ketika keadaan di sekitar mereka sedang sepi karena cuaca yang agak mendung.

“L.. Lo punya semacam pelet ke gua ya?”

“What?” ujar Yunita sambil menyeringai, ekspresinya kemudian berubah seperti sedang memandang sesuatu yang menjijikkan, “Pelet? Bercanda kali lo ya? Buat apaan coba?”.

“Jujur aja deh, ngak bakal gua laporin,” mengira kalau dia berhasil menangkap basah karena melihat ekspresi Yunita yang seperti sedang syok, dia kemudian menyeringai. Namun, perkiraannya salah, Yunita malah mendengus dan tertawa sinis sebelum kemudian melangkah maju mendekatinya.

“Hei, lu punya penyakit narsis ya?”

“W.. What?”

“Wah, yang benar saja. Gue pikir lo tuh orang yang berbeda. Tapi ternyata sama saja.”

“M.. Ma.. Maksud lo apa?”

“N-A-R-S-I-S-T-I-K, Narsistik. Orang yang merasa dirinya itu spesial dan mengagumkan. Namun sebenarnya, hanyalah sampah yang over pede,” ujar Yunita sembari melempar pandangan jijik, dan setelahnya langsung berbalik lalu berjalan pergi meninggalkannya.

Jawaban Yunita tersebut membuatnya tertampar cukup keras. Rasanya seperti dia sedang ditusuk oleh sebuah pisau yang tidak terlihat di badannya. Tidak mau hal ini menjadi sebuah kesalahpahaman, dia langsung berbicara to the point.

“Lu pernah ikut kompetisi Robotik di Singapura?” tanyanya dengan agak keras.

Langkah Yunita kemudian terhenti, pundaknya terlihat bergerak naik sesaat dan kembali bergerak turun; seperti orang yang sedang menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya.

“Betul kan? Lo pernah ikut lomba robotik di Singapura setahun lalu,” dengan sedikit percaya diri, dia berbicara sambil mendekati Yunita,

“Stop disitu!” perintah Yunita dengan suara yang agak rendah kali ini dan membuat wanita di depannya ini menjadi sedikit misterius,

“Memang apa untungnya gue menjawab pertanyaan lo itu? Ngak ada kan?” Yunita menjawab tanpa membalikkan badan sama sekali.

“Itu karena gadis itu selalu muncul di pikiran gua tiap gua ngeliat lo, tidak peduli bagaimanapun gua berusaha untuk membuang ingatan tersebut. Tetap saja, ingatan selalu saja muncul, setiap hari sampai gua mau gila rasanya,” tanpa dia sadari, perkataan tersebut keluar begitu saja dari mulutnya. Semua emosi yang dia rasakan selama beberapa hari ini membuatnya tidak bisa berpikir secara rasional lagi. Semua berdasarkan spontanitas dan emosi semata, “Jadi...”

Belum sempat dia selesai menyelesaikan perkataannya, dia terkejut saat melihat Yunita yang sekarang berbalik, namun dengan mata yang berkaca-kaca sambil berlari dan kemudian memeluknya.

“Kenapa begitu lama baru kau menyadarinya?” ucap Yunita yang suaranya terdengar sedikit bergetar.

Andre tidak bisa berkata apa-apa. Dia hanya berdiri diam di tempat dan membalas pelukan Yunita. Hatinya terasa sangat amat lega; rasanya seperti batu besar yang menindihnya selama ini berhasil diangkat. Namun, di satu sisi, jantungnya berdegup semakin kencang.

Setelah itu, mereka akhirnya duduk di salah satu bangku di bawah pohon dekat mereka. Andre masih tidak percaya kalo Yunita yang selama ini ada di pikirannya ternyata adalah Yunita yang sama dengan ada di hadapannya semenjak hari pertama mereka masuk sekolah.

Dia yang sebelumnya tidak percaya dengan takdir menjadi sedikit percaya dengan hal yang dianggapnya sebagai lelucon tersebut. Dia kemudian teringat dengan kata-kata buaya Dimas yang sempat didengarnya dulu, “Cinta itu misterius, bisa datang di saat yang tidak kita sangka-sangka”.

Mengingat hal itu, dia mendengus dan tersenyum tipis. Mau tidak mau, meskipun dia sebenarnya membenci hal tersebut, dia harus sedikit memberikan pujian untuk kata-kata Dimas tersebut.

Episodes
1 Prolog
2 CH 1. Awal Yang Buruk
3 Ch 2. Secercah Memori Dari Masa Lalu
4 Ch 3. Ingin Lebih Mengenalmu
5 Ch 4. Pernyataan Cinta (1)
6 Ch 5. Pernytaan Cinta (2)
7 Ch 6. Ruang BP
8 Ch 7. Gosip
9 Ch 8. Pengalaman Pertama
10 Ch 9. Pengalaman Pertama (2)
11 Ch 10. Pengalaman Pertama (3)
12 Ch 11. Old Enemy
13 Ch 12. Pertemuan Yang Terlupakan (1)
14 Ch 13. Pertemuan Yang Terlupakan (2)
15 Ch 14. Awal Karir
16 Ch 15. Freedom
17 Ch 16. Time To Make A Decision
18 Ch 17. New Path
19 Ch 18. Perasaan Curiga
20 Ch 19. Masa Lalu (2)
21 Ch 20. Masa Lalu (3)
22 Ch 21. Pilih Salah Satu (1)
23 Ch 22. Pilih Salah Satu (2)
24 Ch 23. Pilih Salah Satu (3)
25 Ch 24. Pilih Salah Satu (4)
26 Arc II (Every Decision Have Impact) : Chapter I
27 Arc II : Chapter II
28 Arc II : Chapter III
29 ARC II : CHAPTER IV
30 ARC II : CHAPTER V
31 ARC II : CHAPTER VI
32 ARC II : CHAPTER VII
33 ARC II : CHAPTER VIII
34 ARC II : CHAPTER IX
35 ARC II : CHAPTER X
36 ARC II : CHAPTER XI
37 ARC II : CHAPTER XII
38 ARC II : CHAPTER XIII
39 ARC II : CHAPTER XIV
40 ARC II : CHAPTER XV
41 ARC II : EPILOG
42 ARC III : CHAPTER I
43 ARC III : CHAPTER II
44 ARC III : CHAPTER III
45 ARC III : CHAPTER IV
46 ARC III : CHAPTER V
47 ARC III : CHAPTER VI
48 ARC III : CHAPTER VII
49 ARC III : CHAPTER VIII
50 ARC III : CHAPTER IX
51 ARC III : CHAPTER X
52 CH 51
53 CH. 52
54 CH 53
55 Ch. 54
56 Ch. 55
57 Ch. 56
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Prolog
2
CH 1. Awal Yang Buruk
3
Ch 2. Secercah Memori Dari Masa Lalu
4
Ch 3. Ingin Lebih Mengenalmu
5
Ch 4. Pernyataan Cinta (1)
6
Ch 5. Pernytaan Cinta (2)
7
Ch 6. Ruang BP
8
Ch 7. Gosip
9
Ch 8. Pengalaman Pertama
10
Ch 9. Pengalaman Pertama (2)
11
Ch 10. Pengalaman Pertama (3)
12
Ch 11. Old Enemy
13
Ch 12. Pertemuan Yang Terlupakan (1)
14
Ch 13. Pertemuan Yang Terlupakan (2)
15
Ch 14. Awal Karir
16
Ch 15. Freedom
17
Ch 16. Time To Make A Decision
18
Ch 17. New Path
19
Ch 18. Perasaan Curiga
20
Ch 19. Masa Lalu (2)
21
Ch 20. Masa Lalu (3)
22
Ch 21. Pilih Salah Satu (1)
23
Ch 22. Pilih Salah Satu (2)
24
Ch 23. Pilih Salah Satu (3)
25
Ch 24. Pilih Salah Satu (4)
26
Arc II (Every Decision Have Impact) : Chapter I
27
Arc II : Chapter II
28
Arc II : Chapter III
29
ARC II : CHAPTER IV
30
ARC II : CHAPTER V
31
ARC II : CHAPTER VI
32
ARC II : CHAPTER VII
33
ARC II : CHAPTER VIII
34
ARC II : CHAPTER IX
35
ARC II : CHAPTER X
36
ARC II : CHAPTER XI
37
ARC II : CHAPTER XII
38
ARC II : CHAPTER XIII
39
ARC II : CHAPTER XIV
40
ARC II : CHAPTER XV
41
ARC II : EPILOG
42
ARC III : CHAPTER I
43
ARC III : CHAPTER II
44
ARC III : CHAPTER III
45
ARC III : CHAPTER IV
46
ARC III : CHAPTER V
47
ARC III : CHAPTER VI
48
ARC III : CHAPTER VII
49
ARC III : CHAPTER VIII
50
ARC III : CHAPTER IX
51
ARC III : CHAPTER X
52
CH 51
53
CH. 52
54
CH 53
55
Ch. 54
56
Ch. 55
57
Ch. 56

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!