Bab-2

"Alex mana ma, sudah satu minggu aku tidak melihatnya pulang kerumah". Baskara membuka dasinya yang di bantu Harini istrinya

"Sudah lah pa, papa jangan terlalu mengkhawatirkannya, dia sudah dewasa pa".

" Dewasa apanya??, Kamu kebiasaan memanjakannya.

anak itu menjadi pribadi yang tidak bertanggung jawab dengan hidupnya, kamu sih tidak becus jadi seorang ibu. Mengurus anak satu saja tidak bisa, dia itu calon penerus perusahaan papa ma, tapi lihat lah gaya hidup anak itu yang tidak tentu arah, papa jadi berpikir agar menikahkan nya saja agar dia bisa belajar hidup bertanggung jawab". Keluh Baskara panjang lebar kepada Harini

" Terserah papa sajalah bagaimana baik nya, tapi bagaimana kalau Alex tidak setuju untuk menikah pa?".

" Tidak ada kata tidak setuju, sudah cukup anak itu membuat onar selama ini". Geram Baskara dengan putra semata wayang yang diharapkannya jadi penerus pimpinan perusahaannya kelak

"Mama akan berbicara kepada Alex agar dia segera menikah dengan Feliysa". Ucap Harini

" Ya sudah mama atur saja semuanya, mari kita makan malam ma, aku sudah sangat lapar". Ajak Baskara

Hanya dentingan sendok dan piring yang terdengar, itu sudah menjadi kebiasaan dalam keluarga Baskara Pratama senyap di waktu makan.

"Alex". Harini berdiri dari duduknya ketika melihat Alex yang baru pulang setelah sekian lama

"Alex, sini sayang kita makan malam bersama". Ajak Harini

Alex hanya berlalu menaiki anak tangga menuju kamarnya tanpa memperdulikan ajakan ibunya itu.

" Lihat lah betapa tidak sopannya anak mu itu". Ejek Baskara kepada Harini istrinya

"Sudah lah pa, nanti mama yang mengurus Alex".

" Ya harus begitu, katakan semua padanya dan tidak ada kata penolakan".

Seusai makan Harini menaiki anak tangga menuju kamar Alex guna membicarakan keinginan suaminya itu.

" Alex". Harini mengetuk pintu kamar alex

Tak butuh waktu lama Alex membuka kan pintu

Harini masuk dan duduk di samping Alex yang langsung berbaring

Harini mengelus kepala Alex" sayang, kamu kenapa baru pulang? Kamu ga tau betapa khawatirnya mama".

Alex hanya membisu tak mengindahkan pertanyaan ibunya barusan.

"Sayang mama rasa kamu sudah dewasa, mama dan papa ingin kamu segera menikah, mama dan papa juga akan menua mama ingin sekali menggendong cucu". Mata Harini seakan berbinar ketika menyebutkan kata cucu.

Alex yang mendengar penuturan Harini itu duduk seketika.

" Ma Alex belum mau menikah, Alex belum siap untuk menghidupi anak orang ma, dan Alex juga tidak punya calon ".

"Kamu kan punya Feliysa sayang".

" Aku tidak akan menikah dengannya ma" Geram Alex dengan gigi gemeretak ketika mendengar nama Feliysa disebut.

"Kenapa sayang? Feliysa kan pacarmu, terus dia juga wanita yang baik".

" Dia bukan wanita baik- baik ma".

"Kamu ribut dengan Feliysa?".

"Sudah lah ma jangan bahas tentang wanita itu". Alex menahan emosinya.

" Tapi sayang kamu tau kan bagaimana papa kamu? Kamu tidak kasihan kepada mama mu ini nak?". Harini mengiba kepada Alex dan hal itu tentunya membuat Alex serba salah

"Berikan Alex waktu ma". Pinta Alex pada akhirnya

"Ya sudah, mama tunggu kabar baik dari mu, dan jangan kecewa kan mama!".

_______

Di sebuah apartemen mewah, seorang gadis sedang duduk termenung seorang diri. Ia bingung harus bagaimana, mau menghubungi temannya handpone nya hilang sewaktu di hadang geng motor di malam itu. Mau pulang, juga tidak tau alamatnya, uang juga tidak punya.

Clek terdengar suara pintu apartemen terbuka yang membuat Zahra tersentak dari lamunannya.

" Siapa" . Zahra berdiri karena terkejut.

" Bagaimana kamu bisa masuk kesini". Tanya Zahra setelah melihat siapa yang datang

" Kamu lupa kalau ini apartemen ku". Ucap lelaki yang tak lain adalah Alexi

"Masih utuh, belum meledak". Ucap Alex lagi melihat- lihat sekeliling apartemen nya itu.

" Maksud kamu apa?". Tanya Zahra tidak mengerti

" Ouh tidak ada maksud apa-apa". Jawab Alex enteng

"Bagaimana? Apa kamu betah tinggal disini?". Tanya Alex lagi

" Sebenarnya aku sudah lama menunggu kamu datang, aku sangat ingin pulang, dan aku mau meminta bantuan dari mu". Ucap Zahra sedikit terbata dan ragu

" Bagaimana kamu bisa pulang kamu saja tidak tahu tempat tinggalmu".

" Begini, Sebenarnya beberapa bulan ini aku tinggal di sebuah pondok pesantren, dan aku tidak pernah keluar dari sana sekalipun kecuali pada malam itu, karena waktu itu aku sedang ada keperluan pribadi yang tidak bisa aku jelaskan, jadi aku keluar sendiri tanpa sepengetahuan pihak pondok, namun ketika aku ingin kembali tidak tau jalan pulang lagi". Jelas Zahra kepada Alex

" Lalu". Tanya Alex

"Lalu, aku mau minta bantuan kepadamu, bisakah kau membantuku mencarikan pondok pesantren tempatku tinggal itu." Zahra memohon kepada Alex dengan harapan besar

Alex terlihat terdiam sedang berpikir

"Aku bisa membantumu mencarikan pondok itu" ucap Alex

" Benarkah" ucap Zahra dengan mata yang berbinar

" Ya tentu saja, tapi ada syaratnya".

"Syarat?". Tanya Zahra tak mengerti

"Ya syarat, kalau mau di bantu sih" ucap Alex yang tiba- tiba mempunyai rencana di kepalanya.

"Syarat apa?". Tanya Zahra

" Menikah lah dengan ku!".

"Apaaa??? Menikah dengan mu, kamu gila??? Kita bahkan baru kenal satu minggu yang lalu". Zahra sangat terkejut dengan pernyataan Alex barusan.

"Ya kalau kamu setuju, ini pun tidak akan lama, aku hanya butuh untuk beberapa bulan saja, boleh dikatakan nikah kontrak". Jelas Alex enteng

"Kalau kamu mau di bantu sih". Lanjut Alex lagi

"Kamu pikir pernikahan itu sebuah permainan?". Geram Zahra mendengar penuturan Alex yang menurutnya asal keluar saja tanpa berpikir.

"My bee yess My bee no". Jawab Alex yang berhasil membuat Zahra greget.

"Ya sudah kalau kamu tidak mau membantu, aku akan cari sendiri saja". Ucap Zahra pada akhirnya karena tidak tau harus berkata apa lagi yang melihat sikap Alex itu.

" Yakin??? Bagaimana kalau tidak ketemu dan bagaimana kalau kamu diganggu lagi oleh geng motor waktu itu".

" Biarin dan aku akan pergi sekarang, terima kasih atas tumpangan tempat tinggalnya selama ini" Ucap Zahra berlalu menuju pintu keluar apartemen

"Tunggu! Kamu kira semuanya gratis? Kamu harus membayar, mulai dari sewa apartemen selama satu minggu hingga semua kebutuhan yang kamu pakai selama satu minggu". Ucap Alex memeras.

Zahra seketika berhenti dari langkahnya dan menoleh kebelakang dengan terkulai lemas" Apa kamu tidak ikhlas menolong ku". Ucap Zahra

" Tentu saja ikhlas, tapi aku sedang terdesak dengan alasan yang tidak perlu kamu tahu". Jelas Alex

Sejenak Zahra terdiam, ia berpikir keras, ingin membayar jelas dia tidak punya uang, ingin meminta kepada papanya juga tidak mungkin, jangankan meminta uang, pulang kerumah saja Zahra tidak mau.

Masalah di tengah keluarga Zahra saat ini sangatlah rumit, yang membuat Zahra merasa tidak mampu untuk melanjutkan hidupnya, hingga saat itu ia memutuskan untuk bunuh diri.

Namun tuhan masih menakdirkan umur panjang untuk Zahra, sehingga datang seorang malaikat penyelamat, ia adalah seorang ustad muda berparas tampan.

Dengan sigap sang ustad menghalangi niat Zahra yang konyol itu.

Hingga Zahra tersadarkan oleh nasehat sang ustad kalau keputusan yang di ambil Zahhra adalah jalan yang salah.

Lalu Zahra memutus kan untuk belajar ilmu agama dan merubah penampilannya guna memantaskan dirinya menjadi seorang hamba yang bisa bersyukur kepada RobbNYA.

Zahra menimba ilmu agama dengan di bimbing sang ustad di sebuah pondok pesantren yang didirikan oleh ayah sang ustad tampan itu.

"Apakah saya boleh berhutang dulu, di lain waktu saya akan membayarnya". Zahra mencoba bernegosiasi pada akhirnya

" Tidak! Kamu harus membayar sekarang juga". Alex tau Zahra pasti tidak akan bisa membayarnya dan juga pasti tidak bisa menolak tawaran Alex

" Hufffhhh", Zahra berkeluh kesah kepada dirinya sendiri dan " Baiklah". Ucap nya kemudian

"Baiklah, maksudnya". Tanya Alex tak mengerti.

"Baiklah saya mau, tapi tolong bantu saya mencari pondok itu, saya khawatir banyak yang mencemaskan saya disana" ucap Zahra pada akhirnya.

"Yess". Sontak Alex merasa menang dan menepuk kedua tangan nya bahagia karena merasa menang.

"Mari kita pergi sekarang" Ajak Alexi keluar dari apartemen itu

Setelah hampir sepanjang hari mereka mencari pondok yang dimaksud Zahra akhirnya kini ketemu juga

"Zahraaaa". Teriak Aisyah sahabat baru Zahra selama tinggal di pondok itu.

" Ya ampun Zahra aku sangat khawatir, semua khawatir, dan ustad juga sangat khawatir, kami semua sudah mencari mu pada malam itu namun tidak membuahkan hasil". Aisyah berbicara tak henti - hentinya seperti gerbong kereta api yang sambung - menyambung menjadi satu.

meja makan keluarga besar Baskara Pratama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!