USAHA
🍁🍁🍁🍁
Selamat membaca ....
London ..
“Momma....” Andrew menopangkan kepalanya dengan satu tangan sambil menghadap Fania yang tertidur memunggunginya. Andrew memposisikan tangannya yang bebas dipunggung Fania sambil menggerakkannya dengan sensual.
“Ehhhhmmm.... apa Poppa ... Momma ngantuk....”
Andrew tersenyum jahil dan langsung merapatkan dirinya.
Fania sedikit menggeliat, namun ia yang tidak sedang tidur beneran membatin. ‘Ck, mudah – mudahan gue selamet ini malem dari geolan Donald Bebek mesum.’
Fania berusaha sekuat tenaga bergeming dalam sandiwara ‘pura – pura tidurnya’.
Namun sial, reaksi tubuhnya tidak bisa diajak bekerjasama akibat sentuhan Andrew di salah satu squishy nya dan membuat puncaknya seketika mengeras. ‘Sialan....’ Ia mengumpat dalam hati karena bersamaan dengan nafas Andrew di tengkuk dan sentuhan sensual jemari lihat si Donald Bebek dipuncak squishy nya membuat sesuatu terasa nyer – nyeran dibawah sana.
“Mata kamu boleh terpejam, Momma, tapi tubuh kamu ga bisa bohong ....” Andrew berbisik dengan sensual ditelinga Fania, sambil memutar ujung squishy milik istrinya itu, menyeringai jahil tanpa terlihat oleh Fania. “Poppa mau hadiahnya sekarang ..”
“Besok ya Pop, Momma cape beneran deh.” Fania menggigit bibir bawahnya mencoba agar desahannya tak keluar
akibat tangan terampil si Donald Bebek yang kini sudah bergerak menurun.
“Apa yang bisa dilakukan sekarang, tidak perlu menunggu besok, Momma....”
‘Kampretoooo.’ Fania memejamkan matanya dan menghirup nafas dalam – dalam saat jemari Andrew mulai menari – nari di lembahnya.
Fania menggerakkan kakinya, menghimpit jemari Andrew yang sedang bergerak pelan, namun sukses membuat dirinya mulai blingsatan.
“Masih bertahan, hem....?.” Andrew belum membalikkan tubuh Fania. masih menggodanya dari belakang sambil berbisik sensual seiring dengan ia sedikit mempercepat tempo permainan jarinya.
“Ahhhh ...” Pertahanan si Kajol pun gagal sodara – sodara, dan ia dengan cepat membalikkan tubuhnya sambil mendorong kasar tubuh Andrew hingga terlentang dan Fania mendudukinya.
“Punya goyangan baru Momma?.”
“Pasti ...” Fania melepas gaun tidurnya sendiri. “Pastikan anda kuat, Poppa.... karena goyangan baru Momma akan sedikit pedas ...”
“Oh ya..?.” Andrew menyeringai puas melihat Fania yang agresif. “Goyang apa, hem?.”
“Goyang nasi padang pake sambel rendang.”
***
Frognal, London
“Babe, apa kamu sakit?.” Reno sudah rapih dengan setelan kerjanya pagi ini. Namun perhatiannya tertuju pada wajah Ara yang nampak sedikit pucat.
“Hmmm, kepala aku sedikit sakit.” Ucap Ara dan Reno mendekatinya.
“Coba sini.” Reno meletakkan punggung tangannya didahi Ara. “Sedikit panas. Lebih baik hari ini kamu istirahat dirumah, Babe.” Reno mencoba untuk memberikan pijatan didahi Ara.
“Sakit dong!.” Ara bicara sedikit ketus sambil menepiskan tangan Reno.
Reno mengernyitkan dahinya. “Babe, aku bahkan belum menekannya. Jangan berlebihan.” Ia terkekeh.
“Berlebihan kamu bilang?. Jadi kalau aku sakit kamu pikir aku berlebihan gitu?.”
“Hey Babe, why you become upset?. I’m just joking, okay?. (Hey Sayang, kenapa jadi marah?. Aku hanya bercanda, oke?).”
“Jadi sakit aku ini hanya bahan ber candaan untuk kamu?.”
Ara yang tiba – tiba ketus itu membuat Reno sedikit kebingungan dengan sikapnya.
‘Apa dia sedang PMS?.’ Reno bertanya sendiri dalam hatinya. “Aku ga menjadikan itu bahan ber candaan, Babe.... bukan begitu maksud aku.”
“Lebih baik kamu berangkat ke kantor deh sekarang, Hon. Kesal aku lihat kamu jadinya.”
“Hm?.” Reno setengah terkejut mendengar ucapan Ara. ‘Kesal?. Gue bikin kesal dimananya sih?!.’ Namun Reno menunjukkan senyumnya. “Ya sudah aku minta maaf ya, kalau sudah buat kamu kesal, Ibu Peri yang cantik.”
Ara tersenyum kemudian. Hendak memeluk Reno
“Nah, senyum gitu kan cantik.” Ucapan Reno membuat Ara menghentikan langkahnya.
“Oh, jadi kalau aku senyum aja baru aku terlihat cantik dimata kamu?.”
Ibu Peri malah sewot. Kakak ganteng jadi makin bingung.
“Babe....” Reno mencoba meraih tangan Ara.
Ara menghela nafasnya seperti sedikit kesal.
“Udah sana kamu cepat berangkat deh.”
“Ya sudah, tapi jangan marah dong.”
“Udah sana berangkat.” Sahut Ara.
“Ya sudah iya, iya.” Reno mencoba mengalah. Daripada pagi – pagi berdebat yang ga jelas masalahnya. “Aku berangkat ya.” Ia akhirnya berpamitan pada Ara.
Namun Ara memandang sedikit sinis pada Reno dan matanya nampak mulai berkaca – kaca.
“Ternyata cinta kamu ke aku udah berkurang ya Hon?.”
Reno yang sudah setengah berbalik untuk keluar dari kamar lalu sarapan dan berangkat kantor, kembali lagi berbalik menghadap Ara.
“Kamu bicara apa sih, Babe?.”
“See. (Lihat), bahkan kamu bicara sedingin ini sama aku.” Sebulir air mata Ara lolos ke pipinya. “Kamu udah masa bodoh ke aku yang sedang merajuk dan sekarang nada bicara kamu sedingin ini ke aku.” Ara mulai terisak. “Kamu udah ga cinta lagi kan sama aku?.”
‘Haaaah....?.’ Batin Reno terkejut dengan ucapan Ara barusan. ‘Ada apa dengan istriku ini Ya Tuhaaannn.....’
***
Kediaman utama Keluarga Adjieran Smith, London, Inggris.
“Drew, Fania mana?.”
John yang sedang berada di London saat ini bertanya pada Andrew yang baru saja keluar dari kamarnya bersama Andrea.
“Di dapur sepertinya sih. Dia bilang mau membuat sesuatu tadi.”
“Ok.”
**
John berjalan ke arah dapur.
Sesuai seperti yang Andrew bilang kalau si Kajol sedang berada di dapur. Harum masakan yang sudah bisa ditebak John, kalau si Kajol sedang membuat bakso itu membuat cacing diperutnya sedikit menggeliat. “Jol.”
“Kon .. de!.” Fania setengah kaget karena tau – tau si bule koplak udah ada disampingnya dan si John itu terkekeh.
”Kakak! Kenape lo? Masuk kedalem panci bakso lo?! Hahahaha.” John baru akan berbicara tapi sebuah suara tanpa penampakan mengalihkan perhatiannya.
‘Prita?.’
***
Beberapa menit sebelumnya
“Theresa, I want to make meat balls. Do we have sliced meet?. (Theresa, aku mau buat bakso. Apa kita punya daging cincang?).” Tanya Fania pada Theresa saat ia sudah berada di dapur.
“Of course we have. What do you want chicken or beef?. (Tentu saja kita punya. Ayam atau daging sapi?).”
“Any. (Apa aja).”
“I will help you prepare everything you need to make that meat balls. (Aku akan membantu menyiapkan segala
yang anda butuhkan untuk membuat bakso).”
“Thank you so much my Dear beautiful Theresa. (Terima kasih banyak Theresa cantikku sayang).” Fania menggelayutkan dagunya dibahu Theresa yang kemudian tersenyum padanya. Kemudian Fania mulai melakukan persiapan yang lainnya saat Theresa sudah mulai menyiapkan bahan – bahan.
Ponsel Fania berdering dalam saku celana pendeknya.
“Aposeh Priwitan.” Prita melakukan panggilan video. “Pasti lagi gabut lo telfon gue.” Ucap Fania sambil memposisikan ponselnya agar tetap berdiri tanpa dia pegang.
“Lagi ngapain lo, Kak?.”
“Belek lo apus dulu. Ga liat nih gue pake celemek?.”
“Wa elah. Lagi bikin apaan?.”
“Bakso ala Indonesia.”
“Sian deh lo. Mau makan bakso aja kudu cape. Makanya lo pindah ke Indo si. Tinggal naek Mio nyampe dah ke bakso kumis, tinggal duduk cantik, pesen, makan. Ah gue jadi pengen bakso mang kumis.” Cerocos si Priwitan.
Fania terkekeh. “Ho oh.”
“Eh iya Ka, kafe lo yang disini kapan mau opening?.” Tanya Prita dalam panggilan videonya.
Fania yang melayani panggilan video adiknya itu tanpa menjeda kegiatannya membuat bakso. “Yah kapan elo ready lah.”
“Sebulanan lagi deh Kak ya, kayaknya masih ada yang kurang kalo menurut pengamatan gue sih.”
“Gaya beut lo ah.” Celetuk Fania.
Prita terkekeh.
“Btw ponakan gue yang unyu – unyu itu mana?.”
“Sama bapaknya di kamar.” Sahut Fania. “Eh iya Priwitan. Lo masih belom mau baikan sama si bule koplak?. Die nanyain mulu. Pengeng kuping gue.”
“Dih emang gue marahan sama dia?.”
“Nah elo masih nge blok die hampir dua tahun sama menghindar mulu? Apa itu namanya kalo lo ga musuhin die?.”
Prita terdiam.
“Kaga bae Prita lo begitu terus.” Ucap Fania sambil sesekali menyetor mukanya di layar ponsel.
“Ya kan elo yang bilang mendingan gue lupain perasaan gue ke die. Fokus ama passion gue, konsentrasi ngejar cita – cita gue, kaga usah mikirin laki.” Sahut Prita.
“Ya emang, tapi bukan nyuruh lo buat musuhin dia, kan?.”
“Ya engga emang....”
“Terus?, yang bikin lo begini terus – terusan sama dia?.”
“Ah tau ah.” Prita terdengar mendesah. Menghembuskan nafasnya sedikit berat.
"Btw dia tau ga kalo selama ini gue yang bantuin ngurusin segala hal menyangkut kafe lo yang disini?.”
“Kaga. Napa, mau gue bilangin?.” Sahut Fania. “Tar dulu Prita lo jangan ngomong dulu, lupa dah tuh gue mau ngapain.” Fania fokus ke panci.
“Jol.”
“Kon .. de!.” Fania setengah kaget karena tau – tau si bule koplak udah ada disampingnya dan si John itu terkekeh.
”Kakak! Kenape lo? Masuk kedalem panci bakso lo?! Hahahaha.” John baru akan berbicara tapi sebuah suara tanpa penampakan mengalihkan perhatiannya.
‘Prita?.’ John langsung menoleh ke arah ponsel Fania yang ada di meja dapur tersandar di salah satu toples.
“Ih ngagetin aja lo!.” Fania berdecak pada John.
“Kak? Lo masih idup kaga?.” Suara Prita terdengar lagi.
“Prita?.” John sudah berada didepan layar ponsel Fania.
*****
‘Adoy.’ Fania baru sadar. ‘Ngomel dah tuh bocah ama gue ntar. Ah bodo ah. Daripada ini bakso gue kacau balau rasanya.’ Batin Fania bermonolog. Masa bodo dengan John juga sudah berdiri didepan ponselnya sambil menunduk. Tersenyum pada gadis yang wajahnya terpampang di layar ponsel Fania.
Gadis yang mengabaikan John selama hampir dua tahun lamanya. Dan kini Prita juga nampak kaget ada John di layar ponselnya. “Apa kabar kam..”
“Kak Fania ntar gue telpon lagi.”
Klik. Prita memutuskan panggilan. Dan kini wajahnya tak lagi nampak dilayar ponsel Fania. John hanya menghela nafasnya setengah frustasi. ‘Kamu masih musuhin Kak John aja, Prit.’
Wajah sendu John tak luput dari perhatian Fania. ‘Sian juga itu si bule koplak.’
“Dia benar – benar ga mau maafin gue Jol?.”
“Ya gue udeh nasehatin Kak. Tapi ya gitu deh. Keras kepala.”
“Dia bahkan lebih keras kepala dari lo ya Jol?.”
John tersenyum miring.
“Bontot namanya juga.”
“Dia bahkan ga kasih gue kesempatan untuk ngomong maaf. Segitunya dia benci gue, karena gue bentak dia waktu itu.”
‘Masalahnya waktu itu die lagi ada rasa sama lo. Jadi dobel tersinggung nya.’ Fania membatin. “Ya, seperti yang gue bilang, lo waktu itu ngebentak dia didepan kita – kita orang, jadi si Priwitan merasa lo permalukan, Kak.”
“Ya kalo memang begitu, kan dia bisa datang sini ke depan gue, terus bentak gue balik.”
“Hadehh puyeng gue ah.”
‘Tapi Prita tambah cantik sekarang. Udah gede dia.’ John membatin. ‘Kangen gue sumpah!.’
“Ya udah sih, lo kenapa juga getol banget ngejar maap nya si Priwitan?. Lo mending buru – buru cari istri sono.” Ucap Fania. “Atau jangan – jangan lo ada rasa ya sama ade gue?. Jangan – jangan lo selama ini ga cari penggantinya Aila, karna lo nungguin si Priwitan?.”
*
Bersambung ye ........
Jempol jangan lupa, biar Author getol update
Oh iya, Votenya juga kalo ga ngerepotin sih. Hehehe
Soalnya Novel ini Author ikutkan di ajang You Are a Writer Season 5
Thank you banyak - banyak sebelumnya*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 398 Episodes
Comments
Vlink Bataragunadi 👑
wkwwk mamam tu Reeen, baru kali ini ya ibu peri ky gt hihihi
2023-04-10
0
lina shelby
semangat kk...
aq sllu menyimak ceritamu😘👍
2021-06-22
1
Gilang H.R
Fanie Azhary nyengir aku baca di part ini Mak,,kenapa lagu goyang nasi padang segala nyempil🤣🤣🤣
2021-06-14
0