Tiga tahun Khania merantau di Kota M dan tak pernah ada kejadian aneh selama ia disana. Kenyataan tentang hubungannya dengan Rakha, hanya ibunya saja yang mengetahuinya.
Khania memberitahu Amara ketika hubungan mereka sudah berjalan selama satu tahun. Amara selalu bercerita jika Khania hidup dengan baik di kota rantau dan bahagia pada Khayla. Penghasilannya juga cukup besar meski hanya seorang guru TK.
Namun kini apa yang Khay lihat, sangat berbanding terbalik dengan apa yang diceritakan ibunya. Kakak kembarnya itu kini tengah meregang nyawa dengan luka memar disekujur tubuhnya.
Khay masih terdiam di samping ibunya yang terus menangis. Ray yang setia mendampingi Khay juga ikut terdiam.
Mereka bertiga kini ada di rumah sakit sambil menunggu Khania selesai diperiksa oleh dokter.
Tak lama seorang dokter menghampiri mereka. Khay menghampiri dokter itu dengan wajah cemas. Amara masih diam duduk dan bersiap mendengar hal buruk dari sang dokter.
"Bagaimana keadaan kakak saya, dok?" tanya Khay.
"Kondisi pasien sungguh memprihatinkan. Luka lebam di sekujur tubuhnya dan kemungkinan ada luka dalam juga." jelas dokter.
"Lalu, apakah dia bisa di selamatkan?"
"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Kita tunggu hasilnya. Pasien akan di pindahkan ke kamar perawatan. Kalau begitu saya permisi."
"Terima kasih, dokter."
Khay menghampiri ibunya yang tetap duduk terdiam.
"Ibu... Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Khay dengan suara lembut.
Amara hanya menggeleng dengan berlinang air mata.
"Baiklah. Jika ibu masih belum mau bercerita. Aku seorang detektif. Aku pasti akan menemukan pelakunya."
Kemudian Khay pergi meninggalkan ibunya. Ia mencari informasi dari beberapa perawat yang berjaga saat itu.
Ray dan Khay menginterogasi untuk mengetahui kronologi kedatangan kakaknya ke rumah sakit. Perawat bilang jika Khania datang diantar oleh seorang supir taksi.
Lalu Khay berinisiatif untuk mencari nomor polisi taksi tersebut dengan melihat rekaman CCTV yang ada di rumah sakit.
Khay bersikeras memaksa pihak rumah sakit agar menunjukkan rekaman CCTV saat kakaknya tiba di rumah sakit. Namun pihak rumah sakit menolak karena tidak ada surat resmi dari kepolisian.
Khay yang mudah tersulut emosi hampir saja menghujamkan bogem mentahnya ke pihak rumah sakit. Namun Ray menahannya.
Ray menenangkan Khay dan akan mencari bantuan dari teman-temannya yang bekerja sebagai hacker.
Khay baru ingat tentang hal itu. Ia pun merutuki kebodohannya karena sudah marah-marah tak jelas.
Khay menemui ibunya yang masih duduk setia menunggu Khania di pindahkan ke kamar rawatnya.
Seorang perawat mengabari mereka jika Khania sudah berada di kamar perawatan kelas 1 nomor 3.
Khay berterimakasih dan memapah ibunya untuk menuju kesana. Sesampainya di kamar Khania, Amara kembali menangis melihat keadaan putrinya yang memprihatinkan.
Luka di sekujur tubuh dan wajah lebam. Khay juga ikut bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi dengan kakaknya.
Sementara Ray hanya menunggu di luar kamar dan menunggu kabar dari temannya bernama Andre.
Khay ikut duduk bersama Ray di bangku depan kamar Khania.
"Kau harus sabar, Khay. Aku yakin Khania akan baik-baik saja." ujar Ray menguatkan hati Khay.
Khay hanya mengangguk. Hatinya sangat gelisah saat ini.
"Ray..." panggil Khay.
"Apa?" Ray menoleh ke arah Khay.
"Apa kita pergi ke Kota M saja? Aku sangat yakin terjadi sesuatu dengan kakak disana. Bagaimana menurutmu?"
Ray menatap Khay tidak percaya. Ingin langsung membantah ide Khay tapi rasanya tak mungkin.
"Tenangkan dulu dirimu. Kita cari informasi dari supir taksi yang mengantar kakakmu dulu. Lalu... Jika diperlukan, kita pasti akan kesana. Aku akan selalu bersamamu, Khay." sahut Ray menepuk bahu Khay pelan.
"Iya, baiklah. Apa sudah dapat kabar dari Andre?"
"Belum. Sebaiknya kita temui dia saja. Bagaimana?" ide Ray.
"Oke. Aku akan berpamitan pada ibuku dulu."
.
.
.
Sesampainya di tempat kerja Andre yang hanya sebuah kontrakan dengan penuh komputer dan kabel yang melilit dimana-mana.
Andre nampak sedang mengutak atik komputernya dengan mimik wajah serius. Khay dan Ray hanya menunggu sambil sesekali Khay menguap karena merasa bosan dan mengantuk.
"Nah, ketemu! Ini dia!" seru Andre.
Khay segera mendekat ke arah Andre dan melihat rekaman CCTV milik rumah sakit.
Seorang pria paruh baya terlihat terburu-buru memanggil perawat dan membawa tubuh Khania masuk ke ruang IGD rumah sakit.
Andre memperbesar gambar taksi yang membawa Khania dan mencatat nomor polisinya.
Dan dengan secepat kilat, Andre bisa mengetahui identitas si supir taksi tersebut.
"Namanya Pak Ahmad, dia tinggal di Jalan Melati XX. Kalian bisa langsung kesana untuk interogasi." jelas Andre.
"Terima kasih banyak, Ndre." ucap Khay dengan tersenyum yang membuat hati Andre tersentil. Pasalnya, Khay yang dia kenal jarang sekali tersenyum manis.
Ray hanya menepuk bahu Andre pelan dan mengikuti langkah Khay.
Ray mengemudikan jeepnya dengan kecepatan sedang. Hari sudah mulai gelap, dan Khay yakin jika Ahmad pasti sudah ada di rumah.
Di depan sebuah rumah, Khay dan Ray saling pandang. Ray lalu mengetuk pintu rumah tersebut.
Sesosok pria paruh baya muncul dari balik pintu.
"Cari siapa ya?" tanya pria itu.
"Dengan bapak Ahmad?" Ray mengawali pertanyaan.
"Iya, saya sendiri."
"Bisa kami bicara sebentar, Pak?" ucap Khay melanjutkan sambil melepas topinya.
Melihat jelas wajah Khay, Ahmad terlihat sangat kaget pasalnya Khay berwajah sama dengan gadis yang ditolongnya tadi pagi.
Akhirnya Khay menjelaskan keperluannya menemui Ahmad. Khay dan Ray mendengarkan dengan seksama cerita kronologi yang dibeberkan Ahmad.
Khay berterimakasih pada Ahmad karena sudah menolong saudara kembarnya. Mereka pun pamit undur diri karena memang tak menemukan apapun dari cerita Ahmad.
#bersambung...
*Yang mampir jangan lupa tinggalkan jejak yaa👣👣
Terima kasih 🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
seru ni jd penasaran
2021-08-15
1
Titik pujiningdyah
wah makin seru aja nih
2021-08-13
3
Restviani
lanjut nanti ya, mak ! magrib dulu...
salam saling dukung 💪💪
2021-08-06
3