Aku memejamkan mataku, menerima semua rasa sakit serta menenggelamkanku dalam lamunanku yang pedih. Tiba tiba, semua rasa sakitku hilang. Rasanya, benar benar sembuh seperti sedia kala. Kakiku terlihat baik, darah dari mulutku juga berhenti, serta badanku yang serasa remuk kini sudah bisa bergerak lagi.
Aku terduduk segera berbalik senang menghadap Shina. Sebelum aku memutarkan badanku, aku menyadari bahwa semua yang ada di sekitarku berhenti bergerak. “Apa ini?!” tanyaku pelan. Aku berdiri perlahan. Aneh, angin masih bertiup, menyapu rambutku dan menerbangkan beberapa daun yang kering. Salah satunya mencolek pipiku, dan semua ini terasa nyata!
Aku berusaha mencubit diriku sendiri. Aku berjalan pelan, menuju Shina yang memegang tanganku. Wait, apa?! Dia memegang tanganku? Aku segera melompat mundur. Cukup jauh untuk orang sepertiku. Aku terkejut. Mataku terbuka lebar, mulutku menganga bagai gua. Memang benar, dia sedang memegang tanganku, hanya saja dia memgang diriku yang lain. Yang sedang tertidur. Atau mungkin, mati?
“Ah, begitu kah?” tanyaku pelan. “Aku, sudah mati.” Kataku pada diriku sendiri, terduduk seakan tidak percaya. Walaupun aku sudah memperkirakan ini bahkan sudah tahu ini akan terjadi, tapi tetap saja, berat rasanya meninggalkan semua orang yang aku sayangi. Berat rasanya meninggalkan mereka dengan air mata.
Sejujurnya, disini sangat tenang. Aku belum pernah merasa senyaman ini. Badanku tidak panas juga tidak dingin, serta angin yang bertiup pelan bagai membelaiku pelan seperti menghiburku dari kematian.
“Jadi, inilah kematian?” aku duduk bersandar di sebuah pohon sakura. Heh apa? Kenapa ada pohon sakura disini? Selain itu, dari tadi aku seperti dibuat nyaman dengan semua ini. Sepertinya, apa yang aku bayangkan sekarang muncul di depanku.
“Oh! Begitu! Ibaratnya ini pasti hiburan karena sudah mati. Hahaha, hahaha INI TIDAK LUCU!” teriakku cukup keras.
“Tapi, tidak buruk juga.” Bisikku pelan. Tapi sejujurnya, aku sedikit menikmati ini. Tapi tetap saja, aku meninggalkan teman temanku dengan tangisan.
Ini semua karena aku lemah. Andaikan saja aku sedikit lebih kuat, mungkin aku tidak perlu sampai mati, membuat mereka semua sedih. Aku memukulkan tanganku ke jalanan yang kini sunyi. Tiba tiba, di sekitarku terbentuk lingkaran dengan warna kuning keemasan.
“Apa ini?!” teriakku. Aku segera berdiri, berjaga jaga. Apakah ada kebocoran gas dan menyebabkan api naik? Tapi mana mungkin masalah kebocoran gas bisa sampai ke dunia “parrarel” ini. Yah, aku tidak tahu lagi harus menyebutnya apa. Yang pasti ini adalah dunia yang berada diantara dunia yang hidup dan yang mati. Aku berusaha menyingkir keluar dari lingkaran yang melingkariku.
“Sial! Aku terkurung, kah?” aku mengetuk permukaannya, dan mencoba menganalisisnya. Ketika aku tiba tiba seperti terbawa ke suatu tempat yang berbeda. Aku berusaha mencapai apapun, aku jatuh.
“Adudududuh! Apa itu tadi?” tanyaku ketika aku sudah mencapai dasar, tempat yang semuanya berwarna putih bersih, benar benar bersih sehingga aku tidak mengetahui pembatas antara dinding dan lantai berada dimana, bahkan bayangan pun tidak ada disini. Tempat yang aneh, tapi disini terang benderang.
“Yo! Selamat datang bocah! Tak kusangka kau akan mati secepat ini!” seseorang, tidak. Se-tuhan? Se-dewa? Pakaiannya rapi, menggunakan jas serta dasi merah dengan sedikit corak hitam.
Aku kira akan sangat mengerikan ketika aku ditanyai amal selama masa hidupku dulu. Tapi ternyata kenyataanya berbanding terbalik.
“Baiklah tanpa basa basi lagi. Kamu, sebenarnya siapa?” tanyaku datar.
“Aku adalah Zadkiel, malaikat penjagamu! Ya! Bersujudlah dihadapan malaikatmu yang agung! Salah satu dari beberapa malaikat utama, sang malaikat pendengar permintaan umatnya! Ya! Itulah aku!” katanya sambil menyombongkan diri.
Dia benar. Aku melihat aura yang sangat agung, serta wajahnya, yang tidak bisa dilukiskan oleh kata. Benar benar malaikat! Aku merasa memiliki bayangan bagaimana dia sangat dihormati.
“Cukup menarik juga, waktu TK pernah menjadi orang yang terkenal narsis, memiliki wahaha! “cukup” banyak teman,”
“Woii! Jangan ungkit masalah itu juga!” teriakku. Dia tidak menghiraukannya dan terus membaca sebuah berkas.
“Setelah itu, berlanjut ke Sekolah Dasar, dia tetap agak narsis hingga akhirnya memiliki sangat sedikit teman. Whahaaha! Apa ini?”
“Tolong hentikan.” Kataku sedikit geram dengan kelakukannya.
“Setelah lulus SD, dia dibully teman sekelasnya dan akhirnya dia menyerah dengan “mencari teman”, lalu melarikan diri ke perpustakaan untuk membaca buku. Dan dia pun menjadi penyendiri jenius yang menyukai buku, serta pengurung diri bodoh yang menganggap dunia luar mengerikan. Whaahaha! Serius data macam apa ini? Hahaha! Aku tertawa hahahha!” Zadkiel, sang malaikat yang agung tertawa keras dan berguling guling di tempat yang bisa disebut “lantai” ruangan tersebut.
“Tolong hentikan. Tindakanmu membuat expectasi ku jatuh tahu!” aku mulai kesal. Dan dia tetap melanjutkan tertawaannya hingga puas. Aku hanya bisa duduk diam dan mengamatinya yang sudah mulai lelah, sambil memmbuat kertas yang ada di tangannya untuk dijadikan kipas sementara dia mulai berdiri. Mengikutinya, aku juga berdiri.
“Yah, begitulah masa lalu ku. Tapi, kenapa kalau anak anak memiliki fantasy tinggi? Bukanlah hal yang aneh bukan? Yang aneh adalah ketika anak smp masih memiliki fantasy seperti itu, sebentar kalau sudah masuk smp sudah dinamakan penyakit alay! Tapi aku hanya melakukannya di TK dan yang terjadi adalah itu mengikutiku hingga ke SD, bahkan SMP! Apa itu salahku?” tanyaku berdiri menyilangkan tangan.
“Baik baik. Maafkan aku sudah tertawa. Tapi, walaupun masa lalumu begitu, pada akhirnya kamu tetap membantu mereka sampai di akhir bukan? Kamu juga ingin berteman dengan mereka juga kan?” tanyanya. Aku hanya mengangguk pelan.
“Jadi, apa kau akan menerimanya?”
“Hufft, mau bagaimana lagi. Aku sudah mati! Biar ku terima ini sebagai hukumanku!” aku menundukkan kepala, tenggelam dalam penyesalan masa laluku.
“He? Waah, pantas saja kamu bisa mendapatkan pengecualian seperti ini!” dia berkata, atau lebih tepatnya berbisik.
“Siapa bilang kamu sudah mati? Bukanlah kau sendiri yang bilang, bahwa kesempatanmu mati adalah 99%! Dan, artinya apakah itu?” dia bertanya menggoda.
“Kemungkinanku selamat tidaklah 0%!” teriakku.
“Ya! Namaku Zadkiel! Aku bisa mengabulkan permintaanmu. Sebelum itu, aku akan menawarkan hadiah yang sebelumnya sudah disiapkan untukmu!” dia mengajakku duduk, dan seketika tempat kosong itu terdapat sebuah meja serta teh yang sudah dihidangkan di depanku, tepat setelah dia duduk. Aku agak terkejut, namun aku segera paham, ini bukanlah hal yang aneh baginya.
“Hadiah?” aku sedikit penasaran.
“Ya! Karena masa lalumu yang menyedihkan, suram, dan kelam…”
“Uwaaah! Kata katanya nusuk banget!” aku protes. Dia sedikit terkikik.
“Yah pokonya, kamu adalah orang yang telah mengalami banyak kesulitan dalam hidupmu, tapi kamu tetap mau membantu orang lain, menyelamatkan banyak nyawa, serta menghukum yang salah…”
“Heh?! Apa yang aku lakukan sebanyak itu?” tanyaku, kembali menyelanya.
“Dengarkan aku sampai selesai!” hiiii! Zadkiel tampak mengamuk, seperti berubah kepribadian. Berbeda dengan tadi yang lebih banyak tertawa, kini dia mengeluarkan senyum mengerkan serta mata menyorot tajam. Berbagai macam alat penyiksaan keluar di belakangnya sambil dia mengeluarkan aura merah kegelapan.
“Baik!”
“Yah, walaupun yang kamu lakukan itu cuma satu kali, tapi itu sudah mencakup semua yang aku sebutkan tadi. Seperti yang aku katakan tadi, kamu tetap mengulurkan tanganmu, walaupun dirimu sendiri juga membutuhkan pertolongan, bahkan tidak pernah menikmati hidupmu. Dan akhirnya meninggal sebelum bisa merasakan itu semua. Jadi,” Zadkiel berdiri, merentangkan tangan.
"Kamu mendapat hak ke dunia dimana kamu bisa bermain!”
“Heh?! Apa?! Apa maksudnya?” tanyaku kurang paham.
“Jadi singkatnya, kamu bisa ber-reinkarnasi dengan ingatan yang sekarang, ke dunia baru. Kalau di duniamu, bisa dibilang dunia ini seperti game! Tidak ada mesin, dunia masih berupa hutan, ada banyak hewan mitologi, banyak ras khusus, dan tentu saja, sihir!” Zadkiel menyerukan dengan pasti. Aku terkejut, menganga sambil duduk memandang Zadkiel.
“A-a-a-apa yang kamu maksud? Sihir? Apa itu? Elemen baru yang tidak aku ketahui? Dan ada banyak mitologi hidup? Banyak hal yang bisa dipelajari?!” kataku berdiri dengan cepat, menggenggam tangan Zadkiel, menunjukkan seberapa antusiasnya aku terhadap elemen yang tidak aku ketahui, “Sihir”.
“A-a-ahh, i-i-iya. Jadi tolong menjauhlah sedikit.” Jawab Zadkiel sambil sedikit mendorongku.
“Selain itu, tidak ada mesin, dan dunia masih berupa hutan, dan ada berbagai ras. Ehe, pasti ada elf atau minimal ada manusia setengah hewan dengan telinga kucing,” aku mulai membayangkannya. Hingga Zadkiel tiba tiba memukul kepalaku dengan tangan terbuka seperti akan memcahkan sebuah batu.
“Jadi, begitulah. Kamu mau menerima yang mana? Berreinkarnasi atau kembali ke duniamu yang lama?”
“Heh? Kembali? Tidak tidak. Tidak ada lagi yang mampu kupelajari disana. Tapi,”
“Kenapa? Ada masalah?”
“Kau adalah Zadkiel, malaikat yang akan mengabulkan permintaan bukan? Jadi aku mohon, kabulkanlah permintaan kecil dari teman temanku di dunia sebelumnya. Dan paling tidak, buat mereka tetap, dan selalu tertawa walau aku sudah meninggal.” Kataku menundukkan kepala, tersenyum mengingat hal yang kami semua lalui bersama.
“Baiklah! Jadi, bisa kuanggap kau menyetujui untuk berreinkarnasi, bukan? Kalau begitu, mari kita atur kemampuanmu disana nantinya.” Katanya sambil menyentuh sesuatu.
“Lagi pula, keinginan teman temanmu hanya bisa terus bersamamu, bodoh!” dia bergumam pelan.
“He? Apa maksudmu?!”
Dan tiba tiba kami berubah ke sebuah tempat seperti sebuah peralatan masa depan, yang didepannya terdapat sebuah layar. Terlihat seperti layar status sebuah game online menurutku. Dia sedikit mengutak atiknya.
“Heh?” tanyaku pelan.
“Ayo! Kita akan membuat karaktermu!” heh apa?! Karakter?
“Baiklah, pertama tama gender apa yang kamu inginkan?” tanyanya.
“Apa apaan itu?! Jelas laki laki!” teriakku.
“Selanjutnya, kamu ingin dilahirkan di ras mana? Setelah itu, bagaimana dengan kekuatanmu disana? Aku bisa lo, membuat Fehl mu tidak terbatas. Selain itu, memiliki skill over power, dan bisa bersenang senang dengan keadaan dunia disana. Oh ya! Fehl adalah “stamina” untuk sihirmu. Jadi, semakin banyak “Fehl” mu, semakin banyak dan besar sihir yang bisa kau gunakan.” Kata Zadkiel yang kini semakin bersemangat. Saking bersemangatnya dia seperti sangat ingin membuatku menjadi karakter “pahlawan” atau mungkin “raja iblis”.
“Sebentar. Aku biasa mendengar ini. Apakah manusia juga memiliki “Fehl” ini? Kalau di plot film biasa, manusia adalah makhluk yang lemah karena tidak mampu menggunakan sihir. Kalau itu terjadi, apa gunanya aku pergi ke dunia itu jika tidak mampu menggunakan sihir!” jelasku mulai duduk disampingnya.
“Yahhh, kalau kau ingin menjadi penyihir hebat, aku menyarankan kau dilahirkan di ras elf. Hanya saja untuk manusia, mereka memang bisa menggunakan sihir, tapi mereka biasanya tidak memiliki banyak Fehl. Jadi kemungkinanmu hanya bisa menggunakan mantra mantra kecil seperti support saja. Tapi aku yakin pasti kamu bisa menemukan cara menambah jumlah Fehl mu, bahkan tanpa kuberitahu sekarang.” Jawabnya sambil tersenyum pelan. Aku kemudian menganggukkan kepala paham.
“Ohh, baiklah kalau begitu, masukkan aku ke ras Manusia saja. Oh ya, tolong aturkan bagaimana caranya agar aku bisa dirawat oleh keluarga elf. Keluarga rata rata saja, yang terpenting ada beberapa buku atau benda yang bisa membuatku belajar sihir. Kalau aku berada di keluarga manusia normal, hal itu sangat tidak mungkin, bukan? Selain itu, jangan beritahu aku hal yang bisa diketahui dalam dunia itu. Itu seperti “spoiler” yang membuatnya tidak seru untuk memainkannya.” Pintaku.
“Yahh, benar! Akan menjadi tidak seru ya! Baiklah kalau begitu, semuanya sudah bisa diatur sesuai keinginanmu. Dan kuingatkan saja, di sana terdapat beberapa orang dari duniamu, jadi jangan terkejut dengannya. Selain itu,” dia menarik nafas, dan menghadapku sambil memegang kedua bahuku. “Kamu harus menepati janjimu.”
“Heh? Janji?”
“Ya. Kau pernah berkata bahwa akan melakukan beberapa hal di kehidupan selanjutnya. Jadi, jangan lupakan itu!” katanya. “Oh ya! Aku memang pernah mengatakan hal semacam itu sebelumnya”. Aku mengangguk perlahan, padahal aku lupa apa yang aku katakan waktu itu. Haha entahlah.
“Lalu, ada system level. Apakah kamu mau mendapatkan skill level boost? Jika levelmu meningkat, efek statusmu meningkat dan memberimu skill baru. Level bergantung pada status. Jika statusmu sudah mencukupi, kamu bisa naik level” wah benar benar mirip game!
“Hmm, aku akan kerepotan kalau memiliki level lebih cepat dari yang lain. Kalau bisa batasan level ku jadikan 3 kali lipat saja! Supaya aku tetap berada di level yang rendah. Selain itu, untuk skill khususku, berikan aku kemampuan yang ada di kehidupanku yang sebelumnya.” Jelasku.
Yah, aku memang sudah sedikit berpengalaman dengan hal seperti ini. Ini seperti game online yang sering aku mainkan. Dimana aku mengatur karakterku sendiri. Hanya saja, disini kekuatanku bisa kuatur sendiri, tidak seperti di dalam game.
“Hanya itu skill khususmu yang kau inginkan?"
“Memang harus berapa?”
“Paling tidak 1 lagi saja. Bagaimana?” aneh. Kenapa malah dia yang meminta skill tambahan untukku?
“Baiklah. Aku minta skill transmutasi bagaimana? Mungkin aku akan membuat sesuatu disana.” Kataku memandang tangan kananmu.
“Wahh! Pintar sekali kamu! Baiklah. Kamu dapat mengaktifkannya ketika kamu menyebutkan namanya “Heian”. Oke?” tanyanya.
“Baiklah. Terima kasih.”
“Oke! Tapi, point skill, yang mana bisa untuk “upgrade” skill mu tetap berdasarkan status, jadi lebih mudah. Kalau begitu! Selamat jalan! Aku akan selalu mengawasimu dan melihatmu. Tap jangan lupa, ini hidupmu. Lebih tepatnya hidup keduamu. Jadi, bersenang senanglah!” Zadkiel melambai perlahan.
“Ya! Terima kasih telah memberiku kesempatan untuk bisa membuat diriku lebih berarti!” aku membungkuk dengan penuh ketulusan. Aku kembali berdiri tegak, memandang Zadkiel yang terus melambaikan tangan, hingga dia mulai tertutup cahaya terang, dan mulai memudar dari pandanganku. Dan tiba tiba, semuanya kembalimenjadi gelap setelah itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments