Bab 2 - Kekuatan Hati

Satu detik, dua detik, aku masih belum menyadari apapun. Di detik ke tiga, aku mendegar jeritan jeritan orang orang yang ada di sana.

Mereka semua panik, dan berlari behamburan kesana kemari. Bahkan ada yang berlari ke bawah saking paniknya.

Tak sedikit juga yang tetap berlindung di bawah meja dengan wajah ketakutan, tak terkecuali Shino yang memegangi kepalanya sambil menunduk di bawah meja.

Suara tembakan terdengar di bawah, dan juga beberapa jeritan. Semua yang diatas semakin panic.

Mereka yang berlari ke bawah malah meunjukkan bahwa di atas masih ada banyak orang, yang bisa jadi membuat mereka mungkin akan naik ke atas. Tapi apapun yag terjadi, aku tidak bisa menyalahkan mereka.

“Tenanglah tenanglah, berpikirlah logis, apa yang harus kulakukan pada saat saat ini. Menurut ledakan dan kejadian kejadian selanjutnya, tidak salah lagi, ini adalah perampokan. Tapi, kenapa mereka kesini?” aku bertanya, dan aku menyadari sesuatu.

“Ah! Toko perhiasan! Jadi, tujuan mereka ada di lantai satu, dan kemungkinan kami tidak akan di sentuh mereka karena kami di lantai 2 bukanlah tujuan mereka yang sebenarnya. Tapi, jika mereka memiliki niat lain, mereka tidak akan melewatkan kami yang ada di atas sini, contohnya,” aku terbelalak kaget.

“Benar! Anak sekolah! Terakhir kali, aku melihat cukup banyak anak sekolah disini, mungkin untuk sesuatu yang menguntungkan."

Aku membayangkan hal mengerikan, dimana teman temanku yang ada disini dijadikan sandera, serta mambayangkan penyiksaan yang mereka alami jika itu semua sampai terjadi.

"Tidak! Aku tidak bisa membiarkan ini. Aku sudah berjanji, untuk melindungi mereka!” sialan! Setidaknya, berpikirlah bagaimana cara keluar dari keadaan ini?! Aku geram, meninju lantai yang tertutup debu.

“Shino! Shino! Tenanglah!” aku berusaha menenangkan Shino yang masih ketakutan. Bahkan dia tampak semakin memburuk, dengan badan yang bergetar, matanya terbelalak dan tagannya memegangi kepalanya terus menerus, bagai orang yang mengalami depresi berat. Tapi, tak ada cara lain.

“Shino! Shino! Sadarlah!” walaupun aku berteriak berkali kali, dia tetap tidak bisa menguasai tubuhnya.

“Ah!” aku berteriak, memukul wajahnya sekuat tenaga hingga dia terduduk hingga ke tembok, dan sepertinya itu membuatnya sedikit sadar.

Selain itu, pukulaku juga memberikan bekas di wajahnya itu. Dia bergerak, meraba pipinya yang mulai membiru, dan tiba tiba berteriak.

“Apa yang kau lakukan sialan! Situasi ini sudah buruk, jangan memperparah situasi lagi bodoh!” teriaknya.

Aku yang masih terduduk, kaget melihat dia yang sudah bisa berdiri marah marah sambil mengacung acungkan tangannya.

Aku tertawa. Cukup keras hingga mampu mengalahka kepanikan yang ada disana. Semua orang terdiam, kemudian perlaha menoleh ke arahku. Aku menjadi salah tingkah sendiri.

“Jangan panik! Panik tidak mengubah apapun! Pertama tama, kita harus mencoba menghubungi polisi! Dan yang lainnya, bersusahalah untuk tidak panik."

"Aku ingin kalian membantu! Dan kalau tidak bisa membantu, lindungilah nyawa kalian dengan tiarap dan jangan bergerak! Dengan begitu, kemungkinan kalian akan ditembak akan semakin kecil!” aku berteriak yakin.

Kini, suasanya mulai tenang. Seseorang datang kepadaku.

“Letnan dua Hikaru Ahza! Siap membantu!” dia menghormat, lalu duduk. “Jadi, apa yang akan kita lakukan?” lanjutnya. Wahhh!

Betapa beruntungnya aku! Tak kusangka ada seorang tentara disini! Eh, ini bukan waktunya untuk ini!

“Shino! Kamu sebaiknya menghubungi polisi, juga pemadam kebakaran! Kita akan membutuhkan elevator pemadam kebakaran untuk bisa mengakses atap!” aku meghadap Shino.

“Sedangkan kita. Perkiraanku, mereka akan segera sampai di sini sekitar kurang dari 3 menit lagi.

Mereka cukup pintar, namun mereka tidak terlalu pintar untuk mengalahkanku!” aku tersenyum sadis, mengeluarkan sisi gelapku.

***

“Sepertinya, mereka akan mengirim paling banyak 2 orang untuk menuju ke atas sini. Selain itu, salah satu dari mereka pasti mengecek ke kamar mandi. Kita ambil 1 dulu, baru yang satunya lagi, serahkan padaku agar kalian bisa kabur!” kataku tegas, pada seorang letnan dua di depanku.

“Dimengerti. Tapi, seberapa akuratkah itu? Dan apa saja yang harus saya lakukan?”

“Akurat! 95% tepat! Ketika mereka berdua naik, tunggu sampai salah satu dari mereka masuk ke dalam toilet, dan aku akan memancing salah satu dari mereka kesini, dan ketika dia jatuh, lumpuhkan dia dalam sekali serang.” Aku menatap yakin.

“Dimengerti! Maafkan keraguan saya, Kapten!” dia kini menunduk pelan. Eh, apa?! Biarlah! Aku menoleh ke arah Shino, dan dia juga mengangguk mengerti. Aku menggigit bibirku, geram. “Ini harus berhasil, apapun yang terjadi!” aku menggumam pelan.

Tap tap tap. Langkah kaki beberapa orang terdengar menaiki tangga. Aku memejamkan mata, memastikan berapa orang dari suara langkah kakinya. Dua orang? Bagus!

“Kamu periksa toilet! Aku akan periksa yang sini” komando yang salah satunya.

“Baiklah baiklah! Enak banget lu ya! Tinggal nyuruh! Padahal kan gua bos lu! Bos! Lebih kuat dari semua yang ada disini!” salah satu dari mereka sedikit mengeluh, tapi dia tetap melakukannya walah sedikit lemas berjalan.

Aku memulai peranku, untuk memancing salah seorang untuk kemari.

“Setelah dia jatuh, kamu akan menggantikannya, dan bawalah aku mendekati pintu toilet, dengan berkata bahwa aku terlalu berisik supaya bisa mencegat dia yang ada di kamar mandi.” Kataku berbisik walau tidak terlalu pelan. Hikaru menangguk, setidaknya itulah namanya.

“Hei! Apa kalian bisik bisik dari tadi?” teriak seorang penjaga sambil mendekat.

“Setelah aku memancingnya, kalian atasi yang di bawah, tembak kalau bisa jangan membunuhnya. Setelah semua yang ada di bawah lumpuh, beri aba aba untuk polisi yang berjaga di luar untuk masuk,” sambungku.

Tanganku gemetar, tapi aku tahu, sekarang bukan waktunya untuk seperti itu. Aku sudah terlalu jauh untuk mundur.

“Apa yang kalian bicarakan?!” kini dia sedikit berteriak, menggertak.

“Tiga meter, 2 meter, sekarang!” aku menyapu kakinya, menyebabkan senjatanya terbang ke udara, dan dengan segera, aku menendangnya menjauh.

Pak letnan juga bertindak cekatan, dia segera memukul tengkuk orang yang sudah jatuh itu, hingga dengan segera dia pingsan.

“Hmm, tidak buruk.” Kataku pelan

“Kerja bagus, Kapten!” kata Hikaru, sambil mengadukan tinju padaku. Semua orang yang ada di sana mulai berdiri dengan wajah senang. Nampaknya, mereka sudah mulai bisa percaya dan tenang melalui ini.

“Baiklah! Sekarang, kita lihat apa yang dia bawa. Segeralah pakai perlengkapannya! Kamu harus segera membawaku sebagai tahananmu, dan ketika aku lari, kamu bilang saja, kalau yang disini, serahkan saja padaku! Dan juga,” nada bicaraku memelan.

“Bisakah kau berhenti memanggilku Kapten? Bukankah itu kurang cocok karena sebenarnya aku hanyalah seorang bocah SMA biasa.” Kataku mengambil sebuah granat tangan, untuk berjaga jaga.

“Tidak bisa, karena anda yang secara langsung memerintah saya, jadi ini adalah salah satu bentuk penghormatan saya."

"Selain itu, kalau kita bisa menjatuhkan salah satu dari mereka dengan mudah, kenapa tidak kita lumpuhkan saja dia, jadi anda tidak perlu repot repot memancingnya.” Dia mulai mengambil senjata, memasang pelindung badan, dan memakai penutup wajah. Aku menghela nafas.

“Aku tidak mau mengambil resiko. Selain itu, ketika bekerja tanpa ancaman, kamu akan lebih mudah mengerjakannya bukan? Dan juga, keselamatan banyak orang lebih utama dari beberapa orang saja. Selain itu…” aku merasa tidak mampu melanjutkan kata kataku.

“Kenapa, Kapten?”

“Kalau aku tidak salah, maka temanku akan menjadi sanderanya, aku tidak akan bisa memaafkan diriku jika dia terluka karena salahku.” Aku terdiam sesaat.

“Shino! Tolong cari kertas, dan beri pesan pada para polisi, agar ketika Hikaru memberi aba aba, mereka bisa langsung mengerti!” kataku pada Shino.

“Sialan! Kenapa aku bisa berada posisi ini? Kenapa aku ada disini? Kenapa aku berlagak menjadi seorang pahlawan yang bisa menyelamatkan semuanya? Kenapa aku sampai dianggap pemimpin dari seorang letnan?” batinku berteriak, hampir tak sanggup melakukan hal selanjutnya.

“Aku tidak ubahnya seorang bocah SMA yang kebetulan ada disini. Aku pun mengakui, bahwa aku merasa takut. Tapi kenapa aku masih mampu berfikir? Kenapa sampai aku rela melakukan ini semua? Memang benar, kemampuan penghitunganku dan prediksiku sempurna, tapi kalau lawanku senjata, apakah aku bisa menang?” aku terduduk. Rasanya seperti termakan pikiranku sendiri.

“Yami, kau baik baik saja?” Shino berusaha menggapaiku yang tenggelam dalam pikiranku sendiri.

“Kapten?” kini Hikaru menoleh.

Perasaanku seperti terpuruk, mengetahui betapa kecilnya diriku. Tapi aku serasa mendapat dorongan. Aku melihat sekeliling, melihat orang orang yang kesakitan, menahan rasa takut.

Dan sekarang mereka memiliki secercah harapan dariku. Dan dalam diriku, aku tahu bahwa jika aku membiarkan mereka seperti itu, pastinya hatiku terasa sakit.

Aku melihat Hikaru, lalu Shino. Ah! Aku teringat ketika Shino, Shina, dan aku bermain bersama. Bercanda dan tertawa. Dan sewaktu itu, aku sudah berjanji.

“Benar! Aku sudah berjanji!” kataku sambil berdiri, memegang bahu Hikaru.

“Aku sudah berjanji, untuk melindungi mereka, melindungi senyuman mereka!” kini aku mengatakannya dengan jelas.

“Aku pasti, akan menyelamatkan senyuman mereka, berapa kalipun kehidupan menungguku!” kini aku memiliki sebuah alasan, kenapa aku melakukan semua ini. Tiba tiba, aku teringat sesuatu.

“Ya! Semakin kuat hatimu, semakin kuat dirimu! Aku mengerti sekarang, Shino! Ini kan maksud perkataanmu!” batinku, sambil menoleh ke arah Shino.

“Hikaru! Katakan bahwa kau membawaku karena aku sedikit berisik. Dan setelah aku memancingnya ke atas, bagaimanapun caranya, provokasi dia agar mengejarku. Dan aku akan membawa temanku berlari. Karena kemungkinannya dia akan diserahkan ke bawah. Jika dia tidak terprovokasi, aku yakin dia cukup pintar untuk memikirkan itu!” kataku tegas kepada Hikaru.

“Siap! Dimengerti!” Hikaru memasang sikap siap.

“Baiklah! Ke tempat masing masing!” kataku menggema di ruangan itu, membuat yang mendengarnya bertambah semangat.

“Nahh! Ayo kita mulai! Permainannya!” aku tersenyum, merasa sedikit puas. Hikaru dengan segera meraih tangaku, menaruhnya ke belakang, sseperti sedang menawanku. Aku tersenyum puas.

Kami mengambil tempat di sebelah pintu toilet. Terdengar suara tawa yang mengerikan, beserta keluarnya beberapa orang dari pintu itu. Mereka semua segera berlari dan tertunduk di pojok ruangan.

“Hoi hoi coba lihat apa yang kudapat! Aku mendapatkan anak sekolah lo! SMA! Pasti tepat dengan apa yang kita butuhkan!” teriaknya dari dalam. Dia tampak menyeret seseorang wanita, dengan seragam, dan tangannya yang ditariknya tampak sedikit memar.

Mataku terbelalak. Shina!

Aku serasa akan memukulnya. Mulutku bergetar, serta seluruh badanku bergetar.

“Sialan!” aku menggumam pelan. Hikaru menyentuh pundakku secara perlahan. Aku menoleh. Dia tampak menggeleng. Aku pun tersadar.

“Ya! Aku juga dapat satu! Yang ini kelihatannya seperti orang kaya nih!” pasti kita bakal dapet banyak uang dari ini!” Hikaru memulai sandiwaranya.

“Yami!” teriak Shina sambil meronta ronta. “Lepaskan aku! Lepaskan!” Shina memberontak. Aku memalingkan wajah.

Aku merasa benar benar tidak tahan. Kuatur nafasku, dan terus menatap Shina dalam dalam. Dia yang tadinya memberontak, secara perlahan tenang, melihat wajahku dengan seksama. Aku berkedip perlahan.

Semoga dia paham. Setelah beberapa detik, dia tertegun.

Aku berusaha tenang, menghitung. 3, 2, 1. Ya! Aku berteriak, mengarahkan tanganku ke arah orang bodoh yang berani menyentuh Shina.

Kudorong dia hingga ke tembok, kupukul wajahnya, dan kutendang perutnya menggunakan lututku. Beberapa darah keluar dari mulutnya.

Aku tak peduli. Kini, kemarahan sudah benar benar menguasaiku. Aku segera menarik tangan Shina, mengajaknya lari. Beberapa detik kemudian, orang yang berada di sebelah Hikaru sadar apa yang terjadi dengannya.

“Cih! Bocah tak tahu diuntung! Kemana perginya yang cewek? Aku harus membawanya dulu ke bawah!” katanya sambil melihat ke sekelilingnya.

Aku mendengarnya, dan melihat Hikaru sedikit terkejut, namun aku tahu di balik topengnya itu dia sedang tersenyum.

“Dia dibawa pemuda sialan itu ke atas! Kejar saja dia, serahkan saja disini padaku!” Hikaru berteriak, sedikit mendorong orang di sebelahnya.

“Bagus sekali, Hikaru!” kataku ketika mencapai lantai 3. Aku segera membuka pintunya. Beruntungnya, pintu itu harus dikunci dari dalam dan belum dikunci.

“Hah perkantoran?” aku terhenti sesaat sambil melihat ke seluruh ruangan.

“Masih sekitar 30 detik sebelum dia bisa mencapai sini. Aku akan sedikit mengulur waktu. Shina! Kamu pergilah duluan ke atas atap! Eh?” aku segera menarik beberapa meja, dan kujatuhkan ke depan pintu.

Bahkan beberapa lemari ringan juga menjadi sasaran empukku. Tapi, ketika aku melihat kea rah Shina, dia sedang terduduk, memegang kakinya.

“Ah iya! Bagaimana aku bisa lupa? Bagaimana keadaan kakimu Shina?” aku segera mendekatinya, dan melepas sepatunya. Aku terkejut. Kakinya bengkak, memar dan aku yakin pasti sakit jika sedikit saja digerakkan.

“Kamu tidak bisa berjalan lagi, ya?” tanyaku pelan. Dia hanya menunduk. Aku berfikir ulang. Dengan adanya kejadian tak terduga seperti ini, waktu yang dibutuhkan bertambah, dan aku harus menutup kekurangan waktu yang ada.

Aku menambah beban di pintu, dari mulai lemari, meja, bahkan kursi kutaruh untuk menghalangi jalan.

“Yami, tinggalkan saja aku. Aku hanyalah beban buatmu. Kamu pasti punya rencana sendiri kan?” katanya pelan. Aku menunduk.

“Justru karenamu lah aku sampai seperti ini!” kataku tegas. Shina terkejut. Dia memalingkan wajah ke bawah. Wajahnya merah padam.

“Maksudku kalian! Kalian berdua!” aku segera membenarkan perkataanku. Detik 45! Hitunganku mencapai batas. Aku segera menoleh ke arah pintu.

BRAK! Pintu berusaha didobrak dari luar. Sedangkan kini raut wajah Shina tampak berubah takut. Dia sudah sampai disini. Tepat seperti perhitunganku. Aku menarik nafas.

“Sepertinya ini akan menjadi last battle untukku,”

Terpopuler

Comments

Faeow—

Faeow—

aku mampir thor

2021-08-17

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Keseharianku yang Tenang Berakhir Hari Ini
2 Bab 2 - Kekuatan Hati
3 Bab 3 - Last battle
4 Interlude 1 - Keinginan semua orang
5 ACT 1: A HUMAN WHO TRY TO FIGHT THE DESTINY
6 ACT 1:Bab 2 - Dunia Lain Itu Indah, Mungkin?
7 ACT 1:Bab 3 - Pelajaran di Dunia Lain
8 ACT 1:Bab 4 - Pelatihan "Iblis" Kakakku
9 ACT 1:Bab 5 - Pelatihan Atau Penyiksaan?
10 ACT 1:Bab 6 - Sebuah Kebenaran (Kecil)?
11 ACT 1:Bab 7 - Pertanda bencana
12 ACT 1:Bab 8 - Kebetulan?!
13 ACT 1:Bab 9 - Petunjuk yang mengerikan
14 ACT 1:Bab 10 - Rapat yang Tidak Menguntungkan
15 ACT 1:Bab 11 - "Shinigami"
16 ACT 1:Bab 12 - Kecerobohan Suzu
17 ACT 1:Bab 13 - Aku bukanlah orang yang naif
18 ACT 1:Bab 14 - Rumah adalah tempat yang menyenangkan
19 ACT 1:Bab 15 - This Tea Time!
20 ACT 1:Bab 16 - Kenyataan Dunia Lain
21 ACT 1:Bab 17 - Rencana Baru
22 ACT 1:Bab 18 - Kesulitan masing masing orang
23 ACT 1:Bab 19 - Mari belajar sihir!
24 ACT 1:Bab 20 - Here we Go Again
25 ACT 1:Bab 21 - Vs Dragon
26 ACT 1:Bab 22 - Ultimate skill
27 ACT 1:Bab 23 - Janji
28 ACT 1:Bab 24 - Sparring
29 ACT 1:Bab 25 - Hari Hari yang Damai
30 ACT 1:Bab 26 - Perjalanan ke Furyuun!
31 ACT 1:Bab 27 - Adventurer Guild
32 ACT 1:Bab 28 - Adventurer Guild (2)
33 ACT 1:Bab 29 - Dungeon
34 ACT 1:Bab 30 - Kebenaran Dalam Dungeon
35 ACT 1:Bab 31 - Dungeon Rank S
36 ACT 1:Bab 32 - Dungeon Rank S (02)
37 ACT 1:Bab 33 - Malam Hari di Furyuun
38 ACT 1:Bab 34 - Akademi
39 ACT 1:Bab 35 - Pertunjukan Kecil di Akademi
40 ACT 1:Bab 36 - Ren VS Suzu
41 ACT 1:Bab 37 - Dewa Dewi di Dunia Lain
42 ACT 1:Bab 38 - Lilin yang Mulai Redup
43 ACT 1:Bab 39 - Keputusasaan
44 ACT 1:Bab 40 - Pertemuan Terakhir
45 ACT 1: EPILOG ACT 1
46 Pengumuman Ending Act 1
47 ACT 2:TRAVELLER WHO TRY TO FIND THE TRUTH (PROLOGUE)
48 ACT 2:Bab 1 - Adventurer's Guild kota Muinie!
49 ACT 2:Bab 2 - Penemuan Kecil
50 ACT 2:Bab 3 - Reborn
51 ACT 2:Bab 4 - Black Eyes
52 Act 2 : Interlude 1 - Celica's Back Story
Episodes

Updated 52 Episodes

1
Bab 1 - Keseharianku yang Tenang Berakhir Hari Ini
2
Bab 2 - Kekuatan Hati
3
Bab 3 - Last battle
4
Interlude 1 - Keinginan semua orang
5
ACT 1: A HUMAN WHO TRY TO FIGHT THE DESTINY
6
ACT 1:Bab 2 - Dunia Lain Itu Indah, Mungkin?
7
ACT 1:Bab 3 - Pelajaran di Dunia Lain
8
ACT 1:Bab 4 - Pelatihan "Iblis" Kakakku
9
ACT 1:Bab 5 - Pelatihan Atau Penyiksaan?
10
ACT 1:Bab 6 - Sebuah Kebenaran (Kecil)?
11
ACT 1:Bab 7 - Pertanda bencana
12
ACT 1:Bab 8 - Kebetulan?!
13
ACT 1:Bab 9 - Petunjuk yang mengerikan
14
ACT 1:Bab 10 - Rapat yang Tidak Menguntungkan
15
ACT 1:Bab 11 - "Shinigami"
16
ACT 1:Bab 12 - Kecerobohan Suzu
17
ACT 1:Bab 13 - Aku bukanlah orang yang naif
18
ACT 1:Bab 14 - Rumah adalah tempat yang menyenangkan
19
ACT 1:Bab 15 - This Tea Time!
20
ACT 1:Bab 16 - Kenyataan Dunia Lain
21
ACT 1:Bab 17 - Rencana Baru
22
ACT 1:Bab 18 - Kesulitan masing masing orang
23
ACT 1:Bab 19 - Mari belajar sihir!
24
ACT 1:Bab 20 - Here we Go Again
25
ACT 1:Bab 21 - Vs Dragon
26
ACT 1:Bab 22 - Ultimate skill
27
ACT 1:Bab 23 - Janji
28
ACT 1:Bab 24 - Sparring
29
ACT 1:Bab 25 - Hari Hari yang Damai
30
ACT 1:Bab 26 - Perjalanan ke Furyuun!
31
ACT 1:Bab 27 - Adventurer Guild
32
ACT 1:Bab 28 - Adventurer Guild (2)
33
ACT 1:Bab 29 - Dungeon
34
ACT 1:Bab 30 - Kebenaran Dalam Dungeon
35
ACT 1:Bab 31 - Dungeon Rank S
36
ACT 1:Bab 32 - Dungeon Rank S (02)
37
ACT 1:Bab 33 - Malam Hari di Furyuun
38
ACT 1:Bab 34 - Akademi
39
ACT 1:Bab 35 - Pertunjukan Kecil di Akademi
40
ACT 1:Bab 36 - Ren VS Suzu
41
ACT 1:Bab 37 - Dewa Dewi di Dunia Lain
42
ACT 1:Bab 38 - Lilin yang Mulai Redup
43
ACT 1:Bab 39 - Keputusasaan
44
ACT 1:Bab 40 - Pertemuan Terakhir
45
ACT 1: EPILOG ACT 1
46
Pengumuman Ending Act 1
47
ACT 2:TRAVELLER WHO TRY TO FIND THE TRUTH (PROLOGUE)
48
ACT 2:Bab 1 - Adventurer's Guild kota Muinie!
49
ACT 2:Bab 2 - Penemuan Kecil
50
ACT 2:Bab 3 - Reborn
51
ACT 2:Bab 4 - Black Eyes
52
Act 2 : Interlude 1 - Celica's Back Story

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!