Bab 3 - Last battle

Aku sudah berusaha mengulur waktu selama mungkin, tapi dia tetap mengejar kami sesuai dengan perhitunganku.

Ditambah luka Shina, dia datang entah kenapa sangat tepat dengan yang kuperitungkan tadi. Apa dia sengaja? Tidak mungkin!

“Hahhh! Aku senang perhitunganku tepat, tapi aku sangat berharap di saat seperti ini bahwa hitunganku terlalu cepat.” Kataku pelan, cukup putus asa mungkin.

“Ayo kugendong!” kataku sambil berjongkok, bersiap.

“A-a-apa maksudmu?”

“Apa boleh buat bukan?! Aku juga tidak mau meninggalkanmu disini!”

“A-a-apa b-boleh buat kan? Ingat ya! Aku terpaksa!” katanya setengah cemberut. Aku tersenyum.

“Baiklah baiklah! Cepat!” kataku menoleh ke belakang. Segera kuangkat dia dengan sekuat tenaga. Berat!

“Ha ha! Aku kurang olah raga! Serius! Di kehidupan selanjutnya aku bakalan rajin rajin olahraga dah!” batinku.

Segera aku berlari ke tangga. Tangga tersebut bagaikan ujian kematian bagiku. Aku merintih perlahan, sedangkan Shina hanya diam, tak bergerak sama sekali.

Langkahku mulai memelan ketika memasuki setengah banyaknya anak tangga yang harus aku daki.

“Kamu tidak apa, Shina?” tanyaku khawatir karena dia yang sedari tadi hanya diam saja. Dia sedikit menitikkan air mata.

“Hmm, aku baik. Baik baik saja. Umm, apa aku berat? Turunkan saja aku!” katanya tegas. Aku hanya diam. Berusaha mengumpulkan tenaga.

Aku berhenti sejenak di pertengahan anak tangga, menghitung tenaga yang tersisa dan perbandingannya dengan banyaknya anak tangga yang harus kudaki serta berat massa di tubuhku.

“Hyaaa!” teriakku segera berlari, menerobos pintu. Aku berhasil! Walaupun dengan badan tertindih Shina.

Sebenarnya, Shina tidak terlalu berat. Hanya saja, aku yang kurang bertenaga.

“Kamu baik bak saja?” tanyaku, ketika mendudukkan Shina. Aku melihat sekeliling, ada beberapa kitchen set dan meja serta kursi.

Ah! Kafe rooftop! Bagus sekali! Ada banyak benda untuk menambah waktu.

“Aku tidak apa…” Bam! Ledakan terdengar dari bawah. Gawat! 30 detik lagi dia pasti bisa menjebol pintu di bawah! Aku segera menutup pintu, menguncinya.

Sebuah kitchen set sekalian kompor kudorong ke pintu, paling tidak dapat menghambatnya untuk sementara.

Selain itu, kompornya juga bisa memberikan efek ledakan. Paling tidak melemahkannya walaupun hanya sedikit.

Aku segera membopong Shina untuk pergi menuju ujung gedung tersebut.

“Mana truk pemadamnya?” aku mulai sedikit panik. Kami hanya punya waktu maksimal 3 menit. Sedangkan truk pemadam belum juga tiba.

“Shina, setelah truk pemadam kebakaran tiba, aku ingin kamu utamakan keselamatan dirimu terlebih dahulu. Aku akan mengulur waktu selama mungkin. Dan aku akan segera menyusulmu.” Kataku menenangkan Shina yang sama paniknya.

Tak lama, aku mendengar suara sirine berserta truk warna merah yang segera menerjang ke tengah jalan dan mempersiapkan beberapa hal.

“Hoii! Kami ada di atas sini!” teriakku. Mereka segera menaikkan crane, ke atas. Tunggu, apa? Crane? Berarti orang yang bisa naik terbatas!

Tapi kalau dipikirkan dengan keadaan Shina sekarang, itu adalah yang terbaik. Seseorang datang mengendalikan crane, atau yang lebih tepat disebut elevator itu.

“Kami dari tim penyelamat! Silahkan naik, hanya saja salah satu dari kalian. Kami akan mengangkut kalian bergantian! Jadi kami akan kembali ketika salah satu dari kalian sudah turun dengan selamat. Kira kira membutuhkan watu 5 menit!” katanya tegas.

Huh! 5 menit katanya? Aku bisa bertahan 2 menit disini saja sudah beruntung!

“Shina, kamu turun saja duluan. Aku menyusul.”

“Tapi, tapi!” Shina tampak enggan.

“Shina! Aku ingin kamu melakukannya untukku! Kamu harus. Harus melakukannya! Berjanjilah, dan kita pasti akan segera bertemu lagi!” kataku, menarik wajahnya mendekati wajahku, menunjukkan betapa seriusnya aku untuk melindunginya.

Dia sedikit tersenyum lalu mengangguk mantap. Keraguannya sedikit berkurang.

“Aku akan menunggumu, Yami!” dan dia pun segera naik, ke elevator yang sudah disediakan. Lagipula, kenapa pihak pemadam kebakaran itu tidak menggunakan tangga sih?

Apa karena teknologi sudah maju? Jadi sudah tidak membutuhkan tangga? Ahhh! Sudahlah! Paling tidak, Shina bisa selamat.

“Ahh! Lagi lagi, aku harus berjuang, kah?” kataku pelan, mengambil ponsel merekam sesuatu. Aku membuang ponselku, ketika urusanku selesai. Aku berjalan pelan, ketika pintu akhirnya meledak.

“Hmm, dua granat sudah hilang, jadi dia hanya punya apa yang ada di tangannya?” tangan dan kakiku gemetar. Jujur saja, aku takut. Ya! Aku sangat takut sekarang.

Tapi, untuk apa aku berjalan sejauh ini? Bukankah mati saja aku sudah tenang?

“Hei bocah! Apa yang kamu lakukan? Dimana bocah yang lainnya?” teriak seseorang, berjalan pelan sambil menodongkan machine gun nya. Aku tertawa keras.

“Apa yang aku lakukan? Apa yang aku lakukan katamu? Aku hanya diam disini, menertawakan kebodohanmu! Dia sudah turun! Kenapa? Kau bingung?"

"Dan juga, sebentar lagi teman temanku akan membebaskan mereka semua yang ada di bawah! Kau tahu? Semua yang kalian rencanakan sudah berakhir! Dan semuanya berada dalam kendaliku! Ya! Semuanya ada di tanganku, orang yang kau katakan bocah ini!” teriakku dengan raut wajah puas. Tanganku masih bergetar.

“Apa! Siapa sebenarnya kau ini?” tanyanya, dengan mata berkilat penuh dengan amarah.

“Aku hanyalah, bocah SMA biasa!” teriakku melemparkan granat. Sialan! Ternyata yang kuambil malah granat asap!

Yah, itu tidak buruk, selama aku mengalihkan tembakannya ke tempat yang acak, membuatnya buta lalu menimbulkan suara di arah yang salah.

Cara yang tepat untuk menghabiskan peluru. Dia terus menembak ke tempat yang salah.

“Bocah sialaaan! Dimana kau!” teriaknya membuang senjata apinya yang kini sudah tak berperluru.

“Aku ini, dari dulu tidak bisa bergaul,” aku berteriak maju, menendangnya yang sudah tanpa senjata.

“Aku ini, dari dulu selalu sendirian,” kupukul perutnya, namun hanya membuat tangan kecil nan lemahku ini sakit.

“Aku, yang selalu mengurung diri di dalam kamar dalam kesendirian!” aku masih berusaha berlari, melemparnya dengan kursi, walaupun itu juga nampaknya tidak berarti apapun.

“Karena aku menganggap teman hanyalah penghalang!”

“Dasar bocah tengik! Dimana kau!” teriaknya, mencakar cakar ke segala arah.

“Tapi, setelah aku bertmu dengannya, dengan mereka,” asap mulai menghilang.

Aku mnyipitkan mataku, bersamaan dangan tubuhku yang lemah ini terlihat olehnya. Dia menyeringai aneh, sekaligus menakutkan.

“Aku mulai banyak belajar,” aku berlari.

“Betapa lemahnya diriku ini!” teriakku maju dengan penuh keyakinan, tapi tentu saja aku langsung dihempaskan ke belakang, menabrak beberapa meja dan kursi.

Beberapanya hancur karena itu. Cukup keras hingga membuatku mengeluarkan sedikit darah dari mulutku.

“Cih! Aku tidak bisa berbuat apa apa, ya? Aku berjanji pasti akan mempelajar bela diri di kehidupan yang selanjurnya!” kataku pelan, mengusap darah yang ada. Sekalian, aku juga ingat bahwa ini bukanlah manga atau novel.

“Ha ha! Sekarang kan terlihat! Aku tidak peduli lagi dengan masalah lain! Kali ini, akan kubunuh kau! Kalau semua tujuanku tidak tercapai, paling tidak aku pasti bisa membunuhmu!” dia berlari, menerjang.

Serius, sakit. Sangat sakit hingga aku ingin menangis. Dengan tenaga yang tersisa, aku berusaha untuk memegang sebuah balok kayu, mencoba menahan serangannya.

Dia datang, dengan sangat cepat hingga aku tak bisa lagi menghindar. Bogem mentah segera datang menuju perutku. Aku tak sanggup lagi menahan darah yang ada di dalam mulutku. Ah!

Sangat sakit! Aku terhempas jauh, dimana dia masih mengejarku bagaikan singa yang gila menginginkan mangsanya. Menarikku dan melemparku ke tembok pengaman pinggir gedung dengan keras.

Aku kaget tidak percaya. Apa apaan dengan kekuatannya itu? Selain itu, suara patahan terdengar di belakangku.

Aku tidak tahu, apaah itu suara tombok di belakangku, atau suara tanganku. Tapi kemungkinan, keduanya.

Aku ingin menangis, tapi sudah tidak ada tenaga lagi untuk melakukannya. Aku jatuh terduduk, berusaha menggerakkan tangan kananku yang kubuat menahan tabrakan tubuhku dengan tembok itu.

?!

Aku tidak bisa menggerakkan tangan kananku, bahkan aku pun tidak bisa merasakannya?!

“Ha ha ha!” aku tertawa keras, menyapu rambutku menggunakan tangan kiri ku yang masih bisa bergerak. Aku berusaha bediri dengan tangan kanan yang sudah tidak mau bergerak lagi.

“Memang hebat! Kekuatanmu itu memang hebat! Tangan kananku patah tulang tahu!” teriakku menunjuk tangan kananku ketika sudah bisa berdiri cukup tegak.

Setelah itu terdengar suara helikopter mendekat, dan aku pun tersenyum puas.

“Kuakui, kau luar biasa. Tidak hanya mampu menghentikan rencanaku, sampai mampu membuatku berada dalam kondisi seperti ini! Ha ha luar biasa!” teriaknya.

“Yahh, tapi di kesempatan ini aku yang menang,” kataku menunjuk ke atas.” Kami berdua terdiam, dia nampak sangat terkejut. Dia hanya berdiri tanpa berkata apapun. Hanya saja, kini ekspresianya terlihat sangat marah.

“Jangan bercanda!” teriaknya melihat beberapa helikopter yang sedang terbang menuju kemari. Aku tertawa pelan. “Aku menang!” batinku. Dia berjalan pelan ke arahku, semakn cepat.

“Yahh, walaupun aku harus babak belur begini tapi..” kata kataku terputus. Dia menerjangku, mendorongku dengan pukulan tangannya.

Tembok yang berada di belakangku entah kenapa bisa hancur, bagai bunga yang berguguran.

“Apa?!” kataku lemah, muntah darah tak menyadari apa yang terjadi dalam beberapa detik ini. Sepersekian detik kemudian, kami berada di udara.

Dia menarik kakiku, dan dengan cepat menghempaskan tubuhku kebawah. Aku terlempar ke bawah, dengan cepat menghantam mobil yang berada di bawahku.

Sesaat, semuanya menjadi lambat. Pecahan kaca berterbangan di sekitarku, seluruh tubuhku bersuara aneh, atap mobil menjadi penyok.

“Ha? Bukannya ini hanyalah perampokan biasa? Kenapa kejadiannya menjadi separah ini? Dia hanya penjahat biasa, bukan?” tanyaku dalam waktu yang rasanya terus melambat.

Kembali, mulutku mengeluarkan darah segar. Entah keberapa kalinya aku muntah darah. Seseorang berteriak, tapi aku hampir tidak bisa mendengarnya.

Semuanya mulai sunyi, suara orang-orang yang memanggilku berangsur angsur menghilang. Aku menoleh ke sekelilingku.

“Shina? Shino? Hikaru?” tanyaku ketika melihat mereka berlari ke arahku. Aku sempat melihat seseorang yang terduduk di atas truk, dengan senyum puas menatap ke arahku.

“Ah, kenapa jadi berlebihan begini? Seperti film anak anak saja! Dramatis!” batinku. Aku ingin segera bangun, tapi sepertinya memang mustahil.

Aku berusaha memeriksa kondisi tubuhku sendiri. Aku tidak bisa mempercayainya. Seluruh tubuhku tidak bisa kugerakkan!

Lagi lagi, apa yang mengalir hangat di punggungku? Aku juga kesulitan bernafas!

“Yami! Yami!” seseorang berteriak, menatapku dengan wajah terbalik. Aku tidak melihatnya dengan jelas. Sudah pasti seluruh indraku mati rasa.

“Yami,” katanya lagi, penuh penyesalan. Menangis, meneteskan air matanya ke dahi ku.

“Aku tahu suara ini. Aku tahu tangan ini,” batinku. Ah! Shina! Aku mengangkat tangan kiriku. Ajaibnya, dia masih bisa bergerak, dan mengelus pipinya, menghapus air matanya.

Namun apapun yang aku lakukan, air matanya tidak bisa berhenti, dan terus menghujani dahiku.

“Ambulans cepat! Panggil ambulans, dokter, pertolongan pertama, atau apapun itu! Apapun! Apapun!” teriak seseorang, dan aku yakin itu Hikaru.

Aku tersenyum, berganti melihat Shino yang tampaknya sibuk menghubungi rumah sakit.

“Nah, Shina! Kenapa kamu menangis?” tanyaku pelan.

“Kamu itu bodoh kah?” jawabnya masih terus menangis.

“Hei! Yang akan pergi aku. Seharusnya, aku yang menangis,” kataku. dia hanya diam, meneruskan tangisannya. Tangannya berpindah, menggenggam erat tanganku.

“Bertahanlah! Sebentar lagi ambulans akan datang! Kumohon, bertahanlah sebentar lagi!” dia masih menangis, kini makin menggenggam erat tangan serta jari jariku dengan kedua tanganya.

Aku terseyum. Sulit bagiku untuk bergerak. Jadi, tersenyum saja sudah cukup membuatku kesakitan.

“Hei, Shina. Kalau kau mau tahu keadaanku. 6 tulang rusukku patah, tulang belakang beberapa retak, tulang kaki remuk, beberapa organ dalamku mungkin tak berbentuk, dan aku sudah tidak bisa lagi merasakan badanku. Kita bisa bercakap cakap saat ini saja sebuah keajaiban. Jadi, kalau melihat keadaanku seperti ini, 99% aku akan mati disini,” kataku menjelaskan keadaanku yang sebenarnya.

“Tidak! Aku percaya! Aku percaya! Aku percaya pdaa 1% itu! Aku berusaha untuk..” Shina tidak melanjutkan perkataannya.

“Tapi, aku tersenyum, bukan?” aku tersenyum bahagia, menatapnya.

“Semua! Beri hormat! Terima kasih atas kerja kerasnya!” teriak Hikaru, menundukkan kepala.

“Ahh, siapa sangka kematianku menjadi acara drama seperti ini? Oi oi! Hentikan! Memalukan tahu!” teriakku dalam hati.

Suasana menjadi sangat tenang. Angin berhembus, seperti berusaha meniup lukaku, menyembuhkanku. Atau mungkin berusaha mengangkat nyawaku segera pergi. Mungkinkah ini perasaan seseorang sebelum meninggal?

“Uhh!” aku batuk, tidak mampu menahan lagi. Bernafas kini pun sulit. Setidaknya, aku harus memastikan teman teman melakukan apa yang aku katakan.

“Hei Shino!” kataku agak keras.

“Ya?!” dia mendekat. Dia tampak ingin menangis, tapi aku tahu dia menahannya.

“Hei, Shino. Tidak, untuk kalian berdua. Shina, Shino,” aku semakin kesulitan berbicara. Nafasku sudah semakin tidak teratur. Sial! Sedikit lagi!

“Tolong,” aku batuk semakin keras. Ahhhh! Tuhan, paling tidak, biarkan aku tersenyum tulus sekali saja! Aku menarik nafas,

“Lakukan permintaan terakhirku, ya!” aku tersenyum bahagia menatap mereka berdua.

Ahh, akhirnya aku bisa tersenyum tulus. Sepertinya sudah cukup untukku berusaha sampai sejauh ini. Pandanganku menggelap.

Aku masih ingin bersama mereka sedikit lebih lama lagi.

Tapi waktu sudah memberikan kebaikannya hingga aku berhasil bertahan sampai sekarang.

Mungkin ini sudah waktunya.

Selamat malam!

Terpopuler

Comments

Ahmad Rudi

Ahmad Rudi

opening yg hebat

2021-09-24

0

Faeow—

Faeow—

👋👋👋👋

2021-08-17

0

anggita

anggita

mnarik👏

2021-06-20

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Keseharianku yang Tenang Berakhir Hari Ini
2 Bab 2 - Kekuatan Hati
3 Bab 3 - Last battle
4 Interlude 1 - Keinginan semua orang
5 ACT 1: A HUMAN WHO TRY TO FIGHT THE DESTINY
6 ACT 1:Bab 2 - Dunia Lain Itu Indah, Mungkin?
7 ACT 1:Bab 3 - Pelajaran di Dunia Lain
8 ACT 1:Bab 4 - Pelatihan "Iblis" Kakakku
9 ACT 1:Bab 5 - Pelatihan Atau Penyiksaan?
10 ACT 1:Bab 6 - Sebuah Kebenaran (Kecil)?
11 ACT 1:Bab 7 - Pertanda bencana
12 ACT 1:Bab 8 - Kebetulan?!
13 ACT 1:Bab 9 - Petunjuk yang mengerikan
14 ACT 1:Bab 10 - Rapat yang Tidak Menguntungkan
15 ACT 1:Bab 11 - "Shinigami"
16 ACT 1:Bab 12 - Kecerobohan Suzu
17 ACT 1:Bab 13 - Aku bukanlah orang yang naif
18 ACT 1:Bab 14 - Rumah adalah tempat yang menyenangkan
19 ACT 1:Bab 15 - This Tea Time!
20 ACT 1:Bab 16 - Kenyataan Dunia Lain
21 ACT 1:Bab 17 - Rencana Baru
22 ACT 1:Bab 18 - Kesulitan masing masing orang
23 ACT 1:Bab 19 - Mari belajar sihir!
24 ACT 1:Bab 20 - Here we Go Again
25 ACT 1:Bab 21 - Vs Dragon
26 ACT 1:Bab 22 - Ultimate skill
27 ACT 1:Bab 23 - Janji
28 ACT 1:Bab 24 - Sparring
29 ACT 1:Bab 25 - Hari Hari yang Damai
30 ACT 1:Bab 26 - Perjalanan ke Furyuun!
31 ACT 1:Bab 27 - Adventurer Guild
32 ACT 1:Bab 28 - Adventurer Guild (2)
33 ACT 1:Bab 29 - Dungeon
34 ACT 1:Bab 30 - Kebenaran Dalam Dungeon
35 ACT 1:Bab 31 - Dungeon Rank S
36 ACT 1:Bab 32 - Dungeon Rank S (02)
37 ACT 1:Bab 33 - Malam Hari di Furyuun
38 ACT 1:Bab 34 - Akademi
39 ACT 1:Bab 35 - Pertunjukan Kecil di Akademi
40 ACT 1:Bab 36 - Ren VS Suzu
41 ACT 1:Bab 37 - Dewa Dewi di Dunia Lain
42 ACT 1:Bab 38 - Lilin yang Mulai Redup
43 ACT 1:Bab 39 - Keputusasaan
44 ACT 1:Bab 40 - Pertemuan Terakhir
45 ACT 1: EPILOG ACT 1
46 Pengumuman Ending Act 1
47 ACT 2:TRAVELLER WHO TRY TO FIND THE TRUTH (PROLOGUE)
48 ACT 2:Bab 1 - Adventurer's Guild kota Muinie!
49 ACT 2:Bab 2 - Penemuan Kecil
50 ACT 2:Bab 3 - Reborn
51 ACT 2:Bab 4 - Black Eyes
52 Act 2 : Interlude 1 - Celica's Back Story
Episodes

Updated 52 Episodes

1
Bab 1 - Keseharianku yang Tenang Berakhir Hari Ini
2
Bab 2 - Kekuatan Hati
3
Bab 3 - Last battle
4
Interlude 1 - Keinginan semua orang
5
ACT 1: A HUMAN WHO TRY TO FIGHT THE DESTINY
6
ACT 1:Bab 2 - Dunia Lain Itu Indah, Mungkin?
7
ACT 1:Bab 3 - Pelajaran di Dunia Lain
8
ACT 1:Bab 4 - Pelatihan "Iblis" Kakakku
9
ACT 1:Bab 5 - Pelatihan Atau Penyiksaan?
10
ACT 1:Bab 6 - Sebuah Kebenaran (Kecil)?
11
ACT 1:Bab 7 - Pertanda bencana
12
ACT 1:Bab 8 - Kebetulan?!
13
ACT 1:Bab 9 - Petunjuk yang mengerikan
14
ACT 1:Bab 10 - Rapat yang Tidak Menguntungkan
15
ACT 1:Bab 11 - "Shinigami"
16
ACT 1:Bab 12 - Kecerobohan Suzu
17
ACT 1:Bab 13 - Aku bukanlah orang yang naif
18
ACT 1:Bab 14 - Rumah adalah tempat yang menyenangkan
19
ACT 1:Bab 15 - This Tea Time!
20
ACT 1:Bab 16 - Kenyataan Dunia Lain
21
ACT 1:Bab 17 - Rencana Baru
22
ACT 1:Bab 18 - Kesulitan masing masing orang
23
ACT 1:Bab 19 - Mari belajar sihir!
24
ACT 1:Bab 20 - Here we Go Again
25
ACT 1:Bab 21 - Vs Dragon
26
ACT 1:Bab 22 - Ultimate skill
27
ACT 1:Bab 23 - Janji
28
ACT 1:Bab 24 - Sparring
29
ACT 1:Bab 25 - Hari Hari yang Damai
30
ACT 1:Bab 26 - Perjalanan ke Furyuun!
31
ACT 1:Bab 27 - Adventurer Guild
32
ACT 1:Bab 28 - Adventurer Guild (2)
33
ACT 1:Bab 29 - Dungeon
34
ACT 1:Bab 30 - Kebenaran Dalam Dungeon
35
ACT 1:Bab 31 - Dungeon Rank S
36
ACT 1:Bab 32 - Dungeon Rank S (02)
37
ACT 1:Bab 33 - Malam Hari di Furyuun
38
ACT 1:Bab 34 - Akademi
39
ACT 1:Bab 35 - Pertunjukan Kecil di Akademi
40
ACT 1:Bab 36 - Ren VS Suzu
41
ACT 1:Bab 37 - Dewa Dewi di Dunia Lain
42
ACT 1:Bab 38 - Lilin yang Mulai Redup
43
ACT 1:Bab 39 - Keputusasaan
44
ACT 1:Bab 40 - Pertemuan Terakhir
45
ACT 1: EPILOG ACT 1
46
Pengumuman Ending Act 1
47
ACT 2:TRAVELLER WHO TRY TO FIND THE TRUTH (PROLOGUE)
48
ACT 2:Bab 1 - Adventurer's Guild kota Muinie!
49
ACT 2:Bab 2 - Penemuan Kecil
50
ACT 2:Bab 3 - Reborn
51
ACT 2:Bab 4 - Black Eyes
52
Act 2 : Interlude 1 - Celica's Back Story

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!