Keesokan harinya.
07:45 Am.
Eun-Kyun baru saja mengantarkan Do-Hyun ke sekolah, yang jaraknya tak jauh dari apartemen mereka. Hanya 1 kilometer dari apartemen, ketika pulang akan ada bus sekolah yang mengantar anak-anak kembali ke rumah.
Tentu saja pihak sekolah harus menjaga anak-anak yang masih balita itu, karena adanya penculikan anak-anak yang sangat berbahaya.
Eun-Kyun juga memilih sekolah dengan fasilitas yang baik untuk anaknya, meskipun hanya Taman kanak-kanak (TK).
Pihak sekolah bahkan memiliki bus untuk mengantar jemput anak-anak di pagi hari, sehingga mempermudah orang tua yang memiliki kesibukan saat bekerja dan tak bisa mengantar jemput anak mereka.
Eun-Kyun juga tak merasa khawatir, karena ada Ibu Nathan yang selalu menjaga Do-Hyun sampai Eun-Kyun kembali dari kantor.
Sedangkan Eun-Kyun, dia memiliki mobil yang sederhana dan tak terlalu mahal. Saat akan ke kantor, masih memiliki waktu untuk mengantar Do-Hyun ke sekolah, lalu melanjutkan perjalanan ke kantor.
Harus berangkat di pagi hari, jika tidak ia akan terjebak dalam kemacetan yang lumayan panjang karena berada pada jam sibuk.
Ketika tiba di kantor, Eun-Kyun yang sekarang menatap gedung kantor dari luar. Meskipun dia mengingat dengan jelas seperti apa gedung kantor di tahun ini, namun masih belum percaya.
Gedung ini meskipun terlihat menjulang tinggi, namun masih kalah dengan gedung perkantoran di tahun 2100- san.
"Hufftt.." hanya bisa mendesah pelan, melangkahkan kakinya sesuai dengan ingatan pemilik tubuh.
Ruang kerjanya berada di antara 10, maka harus menaiki lift lagi dan berdesakan bersama beberapa orang.
Ketika tiba, Eun-Kyun pergi ke meja kerjanya. Dia berada didalam ruangan yang sama dengan 9 orang lainnya, ruangan ini cukup luas sehingga bisa menampung banyak orang.
Di masa depan, ruangan dengan ukuran seperti ini hanya ditempati oleh 5-7 orang, namun berbeda dengan sekarang.
Mau tak mau, dia harus menerima situasi yang ada dan sedang terjadi padanya.
Melihat beberapa dokumen yang sudah berada di atas meja kerjanya, Eun-Kyun mengingat jika ini adalah pekerjaan yang harus diselesaikan oleh 'Eun-kyun' sebelum ia meninggal di malam itu.
Setelah ia menyalakan komputernya, ia mengambil dokumen yang berada persis di samping komputer. Membacanya dalam waktu singkat, lalu mulai mengerjakan pekerjaan nya.
'Ini masih terlalu mudah bagiku, mungkin pekerjaan ini sulit baginya tapi ini mudah bagiku,' batinnya.
Bagaimanapun, dia yang berada di masa depan memiliki karir yang sangat baik. Terlebih lagi, saat masih berada di Pulau Bayangan (Tempat Eun-Kyun menghabiskan 18 tahun) dia dan anak-anak lainnya memiliki kehidupan yang sangat keras.
Bahkan, pekerjaan seperti ini di lakukan oleh mereka saat berusia 13 tahun.
Bila mengingat hal ini, dia yang sekarang akan menangis. Kehidupan bebas adalah impian mereka, memiliki keluarga adalah keinginan mereka, dan terlebih memiliki kehidupan normal adalah impian semua orang.
Melihat Eun-Kyun yang sudah kembali masuk, sang atasan memanggilnya.
Eun-Kyun meninggalkan komputer nya yang masih hidup, setelah menyimpan file tersebut ia segera pergi ke ruangan sang atasan.
"Anda memanggil saya, Bu?"
Seorang wanita berusia 40-an menatap Eun-Kyun yang sudah berada dalam ruang kerjanya.
"Yah. Silahkan duduk," ucap wanita itu.
Eun-Kyun mendekat, lalu duduk di kursi yang sudah disediakan.
"Bagaimana kesehatan mu, apakah sudah lebih baik?" tanyanya pada Eun-Kyun.
Mengangguk, "Terimakasih telah mengkhawatirkan saya, Bu. Kondisi saya menjadi lebih baik setelah istirahat dan dan minum obat. Saya akan menjaga kesehatan lebih baik lagi kedepannya," ucap Eun-Kyun.
"Syukurlah..
Saya memanggilmu untuk mengingatkan, jika bulan depan adalah penarikan kalian. Kontrak kalian sudah selesai, dan bulan depan kalian akan di pulangkan ke Seoul.
Apa kau masih mengingatnya?" ucap wanita tersebut.
Kontrak selesai? Kembali ke Seoul?
Jika diingat lagi memang benar, Eun-Kyun sudah berada di negara ini selama 5 tahun dan membesarkan seorang anak selama 4 tahun.
"Anda benar, Bu. Saya yang melupakan nya, Terimakasih telah mengingatkan saya."
Wanita itu tersenyum, "Padahal beberapa temanmu tak sabar untuk pulang. Namun sepertinya kau sedikit berbeda, yah?" godanya pada Eun-Kyun.
Dibalas senyum canggung oleh Eun-Kyun, "Tak terjadi apapun, Bu. Saya baik-baik saja," balas Eun-Kyun.
"Baiklah jika begitu. Kau bisa kembali ke meja mu," setelah mengatakan hal itu, Eun-Kyun juga mengambil langkah untuk keluar dari ruangan tersebut.
Tiba di meja kerjanya, ia membuka dokumen baru dan mengerjakan pekerjaannya.
Siang, 11:45
"Eun-Kyun," panggil seorang wanita muda yang sudah berada di samping nya.
Menoleh, ia melihat wanita itu.
Itu adalah Momo, namanya adalah Monica Kim. Namun biasa dipanggil Momo, wanita dengan darah campuran Kanada-Korea.
Teman kerja Eun-Kyun, sekaligus orang yang selalu membantu Eun-Kyun jika berada dalam masalah di kantor. Mereka datang ke Kota B bersama karena di tugaskan dari kantor, awalnya saling tak mengenal namun pada akhirnya karena berasal dari negara yang sama mereka menjadi akrab di negara orang ini.
"Momo? Ada apa?" tanya Eun-Kyun setelah mengingat siapa wanita yang berada disampingnya ini.
"Kau tak makan siang? Aku sudah menunggu mu sejak tadi." ujar Monica.
Eun-Kyun mengalihkan pandangannya ke jam yang melekat di pergelangan tangannya, memang benar, sudah waktunya makan siang dan istirahat.
"Baiklah, sebentar. Aku datang," tepat waktu juga. Pekerjaannya selesai ketika Monica memanggilnya.
Kedua wanita muda itu meninggalkan ruang kerja lalu pergi ke lantai satu dimana kantin kantor berada.
"Penuh?" ujar Monica, mereka baru saja tiba namun melihat kantin yang penuh dengan karyawan.
"Kita ke cafe sebelah saja. Jika mengantri, bukankah akan menyia-nyiakan waktu?" ucap Eun-Kyun.
"Kau benar, ayo kesana." Melangkah ke arah cafe yang jaraknya 300 meter dari gedung kantor, mereka tiba juga.
Pengunjung nya sedikit padat karena jam istirahat kantor, mereka memilih meja yang berada di samping dinding kaca. Lalu memesan makan siang, dan mengobrol ringan.
"Kesehatan mu semakin memburuk?" tanya Monica.
Eun-Kyun mengangguk pelan, "itulah mengapa aku tak boleh kelelahan. Jika tidak, jantungku akan kembali kambuh, itu menyakitkan." balas Eun-Kyun.
'Bahkan penyakit ini telah membunuh Eun-Kyun yang asli, dan sekarang ditempati oleh jiwa dari masa depan.'
"Apakah, nantinya kau harus melakukan operasi jantung? atau transplantasi jantung juga?" ucap Monica, ia memang menghawatirkan temannya ini.
"Entahlah, itu memerlukan biaya yang besar. Aku akan mengkonfirmasi dengan dokterku dulu." balas Eun-Kyun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Saifudin Zuhri
udah OFF kyknya
2021-10-28
1
Erinna-chii3425
lanjut Thor.. semangatt.. 🌹🔥🔥🔥🤗
2021-09-29
0