Semua tidak masuk akal. Kenapa dia harus masuk ke dalam tubuh wanita yang kesannya buruk? Ahk! Ayolah takdir, jangan mempermainkan dirinya seperti ini.
Dari cerita singkat yang dikatakan Daisy di dalam kereta, Lianna adalah seorang wanita yang terobsesi pada hal-hal indah termasuk pria tampan.
Dan sudah banyak pria yang ia dekati, tapi mereka malah tidak tertarik—hanya pria hidung belang saja yang tertarik pastinya.
Sikap yang di tunjukan Lianna dengan menganggap pria tampan itu harus menjadi miliknya, yang membuat reputasinya sebagai keturunan Acasha makin memburuk.
Di tambah dia juga sering cari muka di hadapan Pangeran Mahkota yang sudah menolaknya beberapa kali di hari-hari sebelumnya, menambah gosip di kalangan bangsawan— tentang darah penyihir yang menghasilkan orang gila seperti Lianna.
"Kehidupan sebelumnya aku banyak patah hati, dan disini? Jadi orang yang terobsesi? Sungguh tidak adil! Sebenarnya dosa apa yang sudah kulakukan di kehidupan lampau!"
Dengan kasar Lianna mengacak-acak rambutnya.
"Tapi itu Lianna dulu, sekarang yang menggantikannya adalah aku! Akan ku buat semua omongan mereka menjadi pujian suatu saat nanti. Mula-mula, aku harus belajar!"
Dengan terburu-buru Lianna pergi menuju perpustakaan yang berada di lantai bawah. Begitu sampai, dia sudah kelelahan. Lain kali dia akan membeli sepatu rendah dan gaun simpel saja.
Lianna pun masuk ke dalam perpustakaan dan mengambil beberapa buku untuk di pelajari.
Tak henti-hentinya dia membaca beberapa halaman yang begitu banyak, sampai sebuah pertanyaan terlintas di dalam kepala. Jika dia keturunan penyihir, apa dia juga memiliki kekuatan sihir?
Menarik sekali, benaknya sambil lanjut membaca buku.
Ketika menjelang sore, Lianna mulai merasa lelah. Dia lalu menguap dan mulai mengantuk. Tidak! Dia harus menahannya. Tinggal satu halaman lagi.
Namun sayangnya itu tidak berhasil, dia malahan langsung tertidur dengan buku yang menutupi sebagian wajah cantiknya.
Kini, di alam bawah sadarnya, dia bermimpi melihat Lianna kecil sedang duduk di pinggiran danau dengan tubuh yang meringkuk. Tiba-tiba terdengar suara tangis darinya.
Saat hendak mendekati anak itu, seseorang sudah lebih dahulu mendekati Lianna kecil. Dia adalah anak laki-laki bersurai pirang keemasan, mengingat posisinya yang membelakangi Lianna.
"Berhentilah menangis," ucapnya pelan.
Dia lalu mengambil sesuatu dari kantong celana yang ternyata adalah sapu tangan. Lianna kecil lantas menerimanya sembari menghapus sisa air matanya.
Dari kemarin aku sudah memikirkannya, apakah semua ini adalah ingatan Lianna?
...❁❁❁...
Di dalam sebuah ruangan, terlihat Marquess Acasha yang sedang menulis beberapa berkas-berkas penting di balik meja kerjanya. Ia kemudian dia teringat akan putrinya yang sedari pulang tadi tidak mengunjunginya.
Sampai pada akhirnya, Marquess memanggil kepala pelayan untuk menanyakan dimana keberadaan Lianna sekarang.
"Nona sedang ada di perpustakaan sejak dia pulang, tuan."
Marquess langsung melepaskan alat tulisnya saat mendengar perkataan dari kepala pelayan.
"Apa? Sekali lagi. Coba kamu katakan sekali lagi," pintanya tiba-tiba.
"Nona sedang berada di perpustakaan."
Ternyata dia tidak salah dengar. Ini hal yang mengejutkan untuknya. Padahal Lianna tidak suka membaca, apa lagi belajar, tapi sekarang dia mengambil langkahnya sendiri?
Marquess pun memutuskan untuk pergi ke perpustakaan melihat putrinya itu. Begitu sampai, dia terkejut karena Lianna sedang tidur dengan buku yang menutupi sebagian wajahnya.
Pandangannya kini melihat ke arah meja. Di sana ada beberapa tumpukan buku yang di baca Lianna sebelumnya, dan itu sangat sulit untuk di pahami jika seseorang memiliki kepintaran di bawah rata-rata.
"Ini begitu mengejutkan, apakah dia tidak merasa terbebani?" tanya Marquess pada dirinya sendiri.
Dia lalu duduk di samping Lianna sambil menatap lekat wajah anaknya. Sejak kematian istrinya karena sakit, tidak pernah dia melihat senyuman Lianna yang cerah. Malahan hanya wajah datarnya dan senyuman dingin saja.
Banyak yang dia korbankan agar Lianna bahagia, tapi dia lebih suka berbuat yang tidak-tidak. Membuat Marquess jadi kerepotan.
"Anak aneh."
Marquess menyentuh surai Lianna lembut. Kemudian dia bangkit berdiri membiarkan Lianna untuk beristirahat.
...❁❁❁...
Menjelang malam, Marquess mengundang Lianna untuk makan bersama. Sementara sosok yang di panggil, malah diam memikirkan beberapa memori yang terlintas dalam kepala.
Itu adalah ingatan Lianna tentang makan malam yang tidak ia sukai, karena ayahnya yang hanya akan diam saja.
Apa mungkin Lianna seperti ini karena tidak mendapatkan kasih sayang?
Ada beberapa hal yang ia tebak. Pertama, ingatan penting akan muncul salah satunya dari mimpi, berikutnya dengan cara tiba-tiba seperti tadi saat dia baru bangun tidur.
Lianna pun mengeluarkan nafas kasar.
Sebenarnya dia juga tidak ingin makan bersama ayahnya, tapi ada hal penting yang harus dia tanyakan.
Tanpa berlama-lama lagi, Lianna segera turun menuju ruangan makan. Dan di dalam sana, ayahnya sudah menunggunya dengan wajah datar seperti setangkai bunga kering. Tidak ada kehidupan sama sekali.
Dia lalu memberi salam dan duduk, kemudian melihat beberapa makanan yang cukup banyak tersedia di atas meja panjang.
Mereka pun mulai makan bersama dengan tenang, sampai pertanyaan yang ingin di tanyakan Lianna teringat kembali.
"Emm ... Ayah, bolehkah saya menanyakan sesuatu?" ucapnya membuka topik pembicaraan.
"Katakan," balas Marquess sembari menatap Lianna.
"Jika kita keturunan penyihir, artinya saya memiliki kekuatan sihir?"
Nampak raut Marquess yang begitu terkejut saat mendengar perkataan putrinya.
"Kenapa kamu bertanya soal itu? Biasanya tidak," jawab Marquess dengan raut wajah penasaran.
Jadi Lianna tidak suka bicara soal keturunan penyihir?
"Tidak apa-apa ayah, saya hanya ingin tahu saja saat ini," katanya sambil tersenyum kaku.
"Kalau untuk itu, eksistensi mananya tidak terasa dalam darah mu."
Penjelasan tersebut membuat ciut semangat Lianna. Apakah darah penyihir hanya sebatas keturunan saja?
"Lalu apakah ayah memiliki sihir?" tanyanya sekali lagi.
"Tentu, sihir itu ada beberapa jenis dan jika di pelajari mungkin saja bisa kita kendalikan."
Lianna begitu takjub akan jawaban ayahnya. Tidak hanya seorang sword master yang hebat, dia juga memiliki kekuatan sihir.
"Tapi sihir jarang di gunakan karena di larang dalam kekaisaran, kalaupun perlu, itu hanya di gunakan di saat geting saja," jelasnya singkat dengan ekspresi datar.
"Kenapa kamu bertanya soal sihir?" ucap Marquess sekali lagi.
"Bukan apa-apa, aku hanya ingin mendengarnya saja," lontar Lianna sambil melanjutkan aktivitas makannya kembali.
Pembicaraan mereka pun terhenti, dan begitu selesai menikmati santapannya, Lianna pamit untuk beristirahat dalam kamar.
...❁❁❁...
Sepanjang jalan, ia terus saja memikirkan soal perkataan Marquess. Jika eksistensi Mana-nya tidak terasa, lalu untuk apa warna mata emas ini? Hanya menjadi pajangan sebagai bahan untuk mengolok dirinya di mata bangsawan dan rakyat?
"Bagaimana jika semua yang ku pikirkan benar adanya."
Lianna menghentakkan kakinya merasa kesal. Pandangannya tiba-tiba berahli ke arah jendela saat hendak menaiki tangga.
"Lebih baik aku jalan-jalan dulu di luar."
Lianna kemudian memutar arah tujuan dan pergi keluar. Begitu sampai di taman, angin malam bertiup cukup kencang sampai membuat tubuhnya gemetar. Namun hal tersebut tak melunturkan keinginan Lianna untuk jalan-jalan.
Saat ia semakin dalam menelusuri taman itu, terlihat di hadapannya ada sebuah labirin.
"Ku rasa akan seru jika masuk."
Lianna tersenyum lebar dan melangkah masuk ke dalam labirin taman mawar putih dengan berani, sampai dia sadar bahwa tidak seharusnya orang baru di tempat ini masuk sembarang.
Akibatnya, dia tersesat.
^^^First Published : 07 - June - 2021^^^
^^^Revised : 08 - Oktober - 2022^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Kim Seona
nh loh mmpus kn clba2 si wkw
2022-01-26
0
Rini
sukaaa smaa ceritanya
2021-12-25
0
Reyzz
*sword
2021-11-23
0