Besok lusa, ada beberapa yang Seonha selidiki melalui pelayan—Maksudnya dayang kemarin yang merawat dan membantu semua keperluannya.
Nama dayang itu Daisy, dia adalah putri pertama dari Count yang bangkrut beberapa bulan lalu karena sakit.
Sejak saat itu dialah yang menjadi tulang punggung keluarga dan bekerja untuk melunasi beberapa hutang yang ada.
Seonha tidak tahu pasti kalau Daisy ini baik atau tidak. Tapi melihat ia yang merasa akrab jika bersama Daisy, artinya dia bisa di kategorikan baik.
Tubuh yang Seonha masuki ini adalah seorang putri pertama keluarga Marquess Acasha yaitu Ilianna Resya Acasha, sering di panggil Lianna.
Dia memiliki seorang saudara kadung yang sedang berada di akademi, dan mungkin saja tahun ini akan selesai.
Seperti apa sosoknya kakak Lianna? Itu yang membuatnya penasaran.
Ada juga beberapa yang di ceritakan Daisy tentang kekuatan keluarga ini. Salah satunya adalah Marquess Acasha seorang sword master hebat di kekaisaran.
Beberapa hari yang lalu juga, Marquess Acasha—Dan lainnya—Baru saja pulang membawa kemenangan atas perang perebutan wilayah kekuasaan.
Mendengarnya saja sudah membuat Seonha bersemangat. Berarti dia memiliki orang tua yang heroik bukan?
"Artinya kita keluarga yang hebat!"
Ia memekik senang akan cerita yang di katakan dayangnya. Namun hal tersebut berbanding terbalik dengan ekspresi yang di tunjukan lawan bicaranya.
"Perkataan nona benar, tapi banyak yang tidak menyukai keluarga Acasha."
Senyum yang ia kembangkan perlahan memudar di gantikan dengan ekspresi bingung.
Seorang pahlawan kekaisaran ini tidak di sukai? Memangnya apa yang salah.
"Kenapa?"
Satu pertanyaan itu terlontar begitu saja dari balik bibirnya. Sempat terdengar helaan nafas berat dari Daisy sebelum memberikan sebuah jawaban.
"Karena di keluarga Acasha mengalir darah penyihir."
Seonha mengernyit bingung. Mempertanyakan berbagai hal di dalam benaknya. Bukankah jika memiliki darah penyihir itu bagus?
Banyak juga yang berandai-andai menjadi seorang penyihir, tapi kenapa disini malah terkucilkan.
"Memangnya apa yang salah dengan darah penyihir?" tanyanya sembari menelengkan kepala di ikuti tatapan penasaran.
"Menurut orang-orang, mereka melawan kehendak alam kerena meminjam kekuatan jahat."
Sekilas ia mengangguk paham. Sekarang, sedikit demi sedikit penjelasannya yang cukup jelas membuat Seonha menyadari satu hal.
Biasanya, seseorang yang melakukan hal seperti itu sama dengan menghina kekuatan pencipta. Kebanyakan orang lebih mempercayai ilmu alkemis dari pada ilmu sihir yang tidak berdasar.
Seonha lantas menepuk kedua tangannya sambil bangkit berdiri.
"Baiklah, sekarang tunjukan di mana letak perpustakaan."
Untuk pertama-tama, ia harus menyelidiki latar belakang keluarga ini lebih banyak lagi. Termasuk sesuatu yang bernama sihir dan segala antek-anteknya. Benar-benar membuat sakit kepala.
Tapi dari pada itu, kenapa Daisy hanya diam saja? Dia tidak bergerak barang sedikit dan hanya memberikan ekspresi cengo saja.
"Daisy?" panggilnya sekali lagi.
Mungkin wanita itu tidak mendengar ucapan yang ia katakan sebelumnya.
"Maaf nona, apa anda benar-benar ingin kesana?"
Pertanyaan yang ia lontarkan terdengar seperti tidak percaya. Dan itu membuat Seonha sedikit bingung.
"Memangnya kenapa?"
"Ah, soal itu ... Nona jarang sekali belajar karena otak anda yang pas-pasan."
Seonha terdiam tidak menjawabnya. Jadi, Lianna ini bodoh?
Pantas saja Daisy terkejut saat mendengar dia yang akan pergi ke perpustakaan. Juga, sudah jelas bukan, kenapa Putra mahkota tidak tertarik padanya serta sifat ayahnya dingin.
Sebenarnya seberapa bodoh Lianna ini sampai orang-orang sekitar seperti tidak akan percaya jika dia menjadi profesor suatu saat nanti.
"Sudah tunjukan saja."
Seonha berkata dengan gusar seraya memijit batang hidungnya pelan.
Daisy segera mengangguk dan mempersilahkan sang majikan untuk mengikutinya dari belakang.
Jika di pikir-pikir, ini adalah kali pertama dia keluar dari dalam kamar. Ternyata kediaman Acasha cukup besar dan mewah. Ia bahkan sempat terpukau untuk beberapa saat.
Seonha lalu melihat sekeliling. Di mulai dari jendela yang besar dan bersih, lampu gantung berhiaskan permata indah, tangga yang panjang dan banyak, serta lantai marmer dengan kualitas terbaik.
Begitu menuruni tangga, ia baru bisa bertemu dengan beberapa pelayan yang bekerja di kediaman Acasha.
Memangnya seberapa besar rumah ini? Padahal sedari tadi aku berjalan, tapi kenapa tidak sampai-sampai.
"Anu ... Apa perpustakaannya masih jauh?"
Seonha bertanya kaku seraya mengesampingkan rambutnya ke belakang telinga.
"Sudah dekat nona, tepat berada di lantai satu," jelasnya penuh kelemah-lembutan di akhiri senyuman kecil.
Ia cukup senang mendengar penjelasan Daisy. Ternyata sebentar lagi dia akan sampai di tempat tujuan.
Namun kenyataannya ada tiga lantai yang harus di lewati. Tulang kaki Seonha hampir patah karena menuruni tangga dalam jumlah yang terbilang tidak sedikit.
Sebenarnya dia bisa bertahan melewati beberapa lantai ini, karena sudah terbiasa naik turun tangga di kantor tempatnya bekerja.
Tapi, yang membuat dia tidak tahan adalah gaun yang sesak dan berat ini. Apa lagi dengan sepatu berhak yang ia kenakan
Ternyata menjadi seorang bangsawan tidak seenak kelihatannya, benak Seonha menghela nafas panjang.
Daisy tiba-tiba berhenti di depan pintu besar, dengan dua penjaga di sisi kiri dan kanan. Kelihatannya mereka sudah tiba di tempat tujuan.
Melihat kami yang akan masuk, kedua penjaga itu segera membungkuk hormat dan membuka pintu di samping mereka lebar-lebar.
Seonha seketika melongo. Rak buku yang besar nan tinggi, meja dan kursi yang tersedia sebagai tempat untuk membaca, di tambah buku-buku yang beragam, membuat jiwa Seonha hampir melayang.
Ini baru namanya hidup! Aku akan mencari cerita yang menarik dan membacanya sampai besok pagi.
"Mari nona," panggil Daisy.
Dia pun menjelaskan beberapa rak buku yang ada di dalam ruangan. Mulai dari sejarah, tatakrama, keuangan, politik, perang, ekonomi, sampai kisah-kisah lainnya.
Seonha mengangguk dengan semangat, lalu mendekati rak yang berada di ujung ruangan. Tempat sejarah. Mengambil beberapa buku yang ingin di baca lalu mencari tempat duduk.
"Apa anda yakin ingin membaca ini?" tanyanya heran sambil menunjuk sejumlah buku yang ada di dalam pelukan Seonha.
"Tentu saja! Sekarang kamu pergilah, sediakan teh dan beberapa cemilan," pintahnya memberikan senyuman lebar.
Wanita itu pun mengangguk dan segera berbalik meninggalkan perpustakaan.
Sedangkan Seonha, dia mulai membuka satu buku dan membaca sejarah yang tercatat di sana.
Ternyata dari awal sudah tertulis bahwa keturunan Acasha memiliki keahlian yang hebat. Kepintaran mereka dalam menyusun strategi juga bagus.
Mereka membawa bendera kemenangan terus menerus bersama dengan keluarga kekaisaran dan keluarga Duke Timothy yang ikut berperang, serta menjadi seorang kepercayaan Kaisar untuk melindungi kekaisaran sampai turun-temurun.
Namun, tepat di lembaran selanjutnya, disana menceritakan tentang bagaimana keturunan Acasha selanjutnya yang menikahi seorang penyihir.
Dan terjadilah beberapa pertentangan dengan alasan para bangsawan bahwa keluarga Acasha menodai kekaisaran suci ini.
Banyak yang berpendapat untuk menghukum keluarga tersebut, namun karena keluarga Acasha tergolong orang-orang berjasa yang membantu kekaisaran, Kaisar tidak bisa melakukannya.
Sampai pada akhirnya keturunan terus berlanjut. Yang anehnya adalah, darah penyihir memilih sendiri siapa yang akan menjadi pewaris selanjutnya di setiap anak-anak keturunan Acasha.
Tanda bahwa darah penyihir memilih anak Acasha atau darah penyihir mengalir dalam tubuhnya, adalah warna mata emas seperti batu permata langkah muncul padanya.
"Artinya aku di pilih?" tanyanya saraya membaca halaman selanjutnya.
Sejak saat itu banyak bangsawan yang tidak menyukai keturunan Acasha, walaupun mereka sering membantu kekaisaran.
Seonha mengangguk-angguk pelan. Ternyata kisahnya seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi, cinta seseorang tidak bisa di ganggu gugat.
Dia lalu menutup buku sejarah, kemudian melirik kearah jendela.
Perjalanannya masih sangat panjang. Namun dengan mengetahui sejarah keluarganya, sudah cukup untuknya memahami keadaan ini.
Daisy kemudian masuk dengan membawa beberapa kue serta teh. Dia lalu meletakannya di atas meja dan undur diri sebentar.
Seonha pun mulai menikmati kudapan yang tersedia di atas meja, dan lanjut membaca.
Sampai-sampai tidak terasa matanya mulai lelah dan ia tertidur di sana. Begitu lelap.
Ia perlahan masuk ke dalam dunia mimpi yang cukup indah. Di sana Seonha melihat seorang wanita yang begitu cantik sedang duduk membaca buku.
Rambutnya yang berwarna silver begitu indah, dan lebih unik lagi bola mata berwarna perak yang sejuk, sedang menatapnya hangat.
Sebenarnya siapa wanita ini? Kenapa perasaannya begitu senang saat melihatnya?
^^^First Published : 07 - June - 2021^^^
^^^Revised : 30 - July - 2022^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Al^Grizzly🐨
namanya Sekarang Liana..jadi jangan pakai lagi seonho yg dr dunia lain.
2024-04-16
0
Rini
langsung favorit😍💕
2021-12-25
0
Ida Blado
paling sebel kalau ada kalimat *kataku* setelah kalimat obrolan.menurutku lbh bgs kalau dri sudut pandang authornya dri pada dri tokohnya
2021-11-02
3