Sayup-sayup terdengar suara beberapa orang yang masuk ke dalam pendengarannya. Bahasa yang mereka gunakan sangatlah asing.
Ingin sekali dia membuka kedua matanya, tapi itu tidak bisa. Seluruh tubuhnya terasa berat dan sulit sekali di gerakan.
Perlahan-lahan suara itu menghilang di gantikan dengan sosok wanita yang sedang berdiri menghadap ke atas, melihat ruang kosong nan hampa.
Dari belakang, rambutnya terlihat panjang dengan warna hitam pekat layaknya langit malam. Dia juga tinggi, postur tubuhnya pun bagus.
Begitu wanita itu berbalik menghadapnya, Seonha sontak terkejut.
Wanita itu sangatlah cantik. Dia terlihat seperti boneka hidup. Apalagi manik matanya yang bagaikan permata keemasan, menambah kesan indah pada wajahnya yang ayu.
Tapi, di balik kecantikannya, dia seperti menyimpan kesedihan yang mendalam di balik tatapan matanya yang sayu.
Seonha ingin sekali mencapai keberadaan sosok itu. Akan tetapi, di saat ia akan menggerakkan kedua tungkai kakinya, lantai putih yang ia pinjaki malah hancur dan membuat dia jatuh ke dalam kegelapan.
Deg!!
Dia seketika terbangun dengan nafas yang tersengal-sengal. Mimpi jatuh adalah hal terburuk yang pernah ia alami.
Seonha lantas menghela nafas panjang guna menenangkan dirinya sendiri. Setelah cukup tenang, ia kemudian melihat langit-langit kamar yang begitu luas dengan corak mawar di setiap sudutnya.
Mengernyit heran. Ia mencoba untuk bagun dari posisinya sekarang. Namun, hal tersebut gagal akibat kepalanya yang berdenyut sakit. Seonha reflek memegang perban yang melilit dahinya.
Tunggu ... Aku terluka?
Seketika dia teringat dengan apa yang terjadi sebelumnya. Luka ini tercipta karena dia yang membuatnya sendiri, dengan bantuan tembok serta keberanian diri untuk mencoba.
Aku harus bangun.
Dengan hati-hati ia menggerakan tubuhnya untuk duduk bersandar pada kepala tempat tidur.
Sesudah mendapati posisi nyamannya, Seonha menyapu pandang kesekitar ruangan yang terlihat asing. Apalagi dengan pemandangan langit sore yang terlihat dari balik jendela kamar.
"Tempat ini lagi."
Ia mendengus berat sembari memegang kepalanya yang di perban.
Di tengah-tengah keheningan yang tercipta, pintu kamarnya tiba-tiba terbuka secara kasar dan mampu membuat sang empunya terperanjat kaget.
Dari posisinya sekarang, Seonha dapat melihat dua orang wanita berpakaian maid sedang membawa beberapa perban dan obat-obatan di atas nampan perak.
Di kala tatapan ketiga orang itu bertemu, reflek kedua pelayan yang masuk sebelumnya menunjukkan ekspresi terkejut seperti melihat hantu. Mereka kemudian berhamburan keluar sembari berteriak memanggil seseorang.
Setelah kepergian keduanya yang begitu tiba-tiba, mereka malah kembali dengan seorang pria tampan ke dalam kamar.
Seonha menatap bingung ketiga orang yang berdiri di samping tempat tidurnya. Bukan, lebih tepatnya dia hanya menatap pria tampan yang sejak tadi memberikan tatapan dingin dengan aura mencekam di sekelilingnya.
Detik selanjutnya, pria itu membuka mulutnya mengatakan tiga kalimat yang mengguncang mental Seonha.
"Masih hidup ternyata," ucapnya dengan nada suara yang rendah dan kelam.
Sejenak, Seonha menatapnya garang sebagai respon pertama. Mempertanyakan siapa pria tampan di depan ini. Kenapa dia terlihat sangat jahat?
Karena tidak mendapatkan jawaban, pria itu semakin memberikan tatapan tajam pada Seonha. Manik mata keemasan miliknya seperti akan membunuh sang puan yang ada di atas tempat tidur.
Namun anehnya, Seonha tidak merasa takut sama sekali. Dia lebih ke merasa akrab akan warna mata pria itu. Nampak seperti warna mata wanita yang ia lihat dalam mimpinya baru-baru ini.
"Kenapa tidak berbicara? Apakah mulut mu sakit?" tanyanya sekali lagi.
Padahal bahasanya bukan bahasa ku, tapi kenapa aku bisa mengerti? Pertama-tama coba tanyakan dulu siapa mereka.
"Maaf, anda siapa ya?"
Seonha cukup terkesima akan suara indah yang di keluarkannya sekarang.
Berbeda halnya dengan pria yang ada di sampingnya. Dia terlihat begitu kaget saat mendengar rentetan kalimat yang di katakan sang lawan bicara.
"Pelayan! Panggilkan dokter segera!"
...❁❁❁...
Setelah beberapa menit terdiam dalam keheningan, sosok lain masuk dengan jas putih yang terbalut pada tubuhnya.
Jika di lihat-lihat, sepertinya dia adalah dokter yang di perintahkan pria tampan yang mereka panggil sebagai Marquess untuk datang memeriksa keadaan Seonha.
Terlihat dokter itu sedikit berbincang dengan Marquess, sebelum kemudian mendekati perempuan yang terduduk di atas tempat tidur untuk di periksa.
Banyak ekspresi wajah yang di tampilkan dokter saat memeriksa keadaan Seonha. Setelah selesai, ia segera mendekati Marquess dan memberikan beberapa pertanyaan yang tentu saja di mengerti oleh Seonha.
"Maafkan saya tuan Marquess, sepertinya putri anda kehilangan ingatannya saat membenturkan diri ke tembok."
Perkataan dokter yang masuk ke dalam telinga, sontak membuatnya terkejut.
Ternyata pria tampan itu adalah ayahku! Pekiknya dalam hati.
Marquess tiba-tiba mendekati Seonha yang masih dalam mode shock, kemudian duduk di sampingnya.
"Apakah semua karena Yang mulia Putra mahkota tidak menerima mu, jadi kamu bertindak seperti ini? Sangat di sayangkan."
Langsung saja Seonha menoleh dan bersitatap dengan Marquess saat mendengar kalimat menjengkelkan darinya.
Bisa-bisanya dia mengatakan hal konyol seperti itu pada putrinya yang sedang lupa ingatan.
Lalu, siapa juga yang bertindak kekanak-kanakan dengan membenturkan diri hanya karna cintanya di tolak? Asumsi macam apa itu. Dia kan melakukannya karna berfikir ini semua adalah mimpi.
"Emm ... Pak—Maksud saya ayah, apa yang anda katakan itu tidaklah benar—"
"Jangan berbohong Lianna! Sekarang ingatanmu hilang. Merepotkan saja," kecamnya dingin dengan ekspresi wajah yang tidak bersahabat sama sekali.
Sementara Seonha, dia hanya mengangguk sekilas saat mendengar nama tubuh yang ia masuki ini.
Melihat tidak ada tanggapan lebih yang di berikan anaknya, Marquess segera bangkit berdiri dan pergi bersama dokter serta kedua pelayan yang sejak tadi hanya berdiam diri di ujung ruangan.
...❁❁❁...
Dalam ruangan kerja Marquess yang terbilang cukup luas dan minim pencahayaan, terlihat beberapa orang tengah berdiri menatap si tuan rumah yang tengah duduk di atas kursi kerjanya.
"Rawat putri ku dengan baik, dan jangan sampai anda yang tahu soal dia yang lupa ingatan." Marquess berucap tegas. Pupil matanya menatap intes dua orang yang sedang menunduk takut di hadapannya.
Mereka mengangguk patuh sebagai tanggapan dan segera memberi salam sebelum kemudian berbalik pergi dari dalam ruangan yang suasananya terasa mencengkam.
Setelah kepergian para pelayan, Marquess menghela nafas sejenak sembari merebahkan diri ke punggung kursi.
Padahal beberapa hari lalu adalah hari bahagia untuknya, yang di mana dia bisa memenangkan perang perebutan wilayah bersama dengan rekan-rekannya yang lain.
Tetapi, saat dalam perjalanan pulang dia malah mendapatkan pesan dari kepala pelayan tentang kondisi Lianna yang sekarat karna membenturkan diri sendiri ke tembok rumah.
Tentu saja hal tersebut sangat membuatnya kaget. Orang tua mana yang tidak akan khawatir saat mendengar kondisi anaknya seperti itu.
Meskipun Lianna sering kali berbuat yang tidak-tidak hingga berdampak pada reputasi keluarga Acasha yang memburuk, dia tetap peduli pada darah dagingnya sendiri.
"Haa ... Membuat ku repot saja."
...❁❁❁...
Menjelang pagi, seorang pelayan datang memasuki ruangan kamar majikannya untuk membantu sang nona bersiap-siap.
Seonha yang notabene-nya sudah bangun sejak tadi, hanya mengangguk setuju atas tawaran tersebut. Toh, itu juga adalah pekerjaan mereka sebagai pelayan, buat apa dia menolaknya—Meskipun sebenarnya Seonha merasa tidak enak—
Dari yang ia lihat juga, Lianna ini adalah putri yang baik hati. Karna para pelayan begitu menyukainya dan melayaninya dengan baik.
Tapi, dari perkataan ayahnya kemarin soal Pangeran mahkota yang menolak Lianna, membuat dia bertanya-tanya dalam hati. Kenapa sampai wanita ini di tolak. Mungkinkah Pangeran tidak memiliki perasaan khusus pada Lianna, sampai ia menolaknya?
Haaa ... yang pastinya setelah ini selesai, aku akan menyelidiki semuannya.
Seonha kemudian merilekskan tubuhnya sebentar dalam bathtup. Aroma tenang dan begitu menyegarkan, seketika menyeruak dari air.
Apalagi dengan pijatan yang di lakukan pelayannya, membuat dia merasa nyaman.
Beberapa helai rambut yang terjatuh di depan wajahnya, membuat Seonha sadar bahwa Lianna ini memiliki rambut berwarna hitam.
Ah ia! sejak bangun, aku belum melihat sosok ku seperti apa.
Melihat di air pun percuma, karena semua tertutup busa putih. Nanti setelah mandi, barulah dia akan bercermin.
Begitu pijatan berakhir, pelayan tersebut membantu Seonha untuk bangkit berdiri sembari membalut tubuhnya dengan handuk pakaian dan lanjut mengeringkannya.
Berikutnya, pelayan itu membantu Seonha untuk memakai gaun yang begitu ketat sampai bernafas saja susah.
Bagaimana bisa para putri bangsawan tahan akan gaun indah nan mematikan ini, melekat pada tubuh mereka selama berjam-jam.
"Nona, anda tidak apa-apa? Sepertinya anda sulit bernafas."
Ia menoleh sembari memberikan senyuman kecil pada sang pelayan.
"Tidak apa-apa. Lanjutkan saja," ucapnya yang berpura-pura kuat.
Setelah sesi memakai gaun selesai, saatnya dia memasuki sesi menyisir rambut dan menghias wajah.
Begitu ia duduk dan menatap kearah cermin, Seonha mendadak kaku. Bagaimana bisa sosok wanita yang ia lihat di mimpinya kemarin, sekarang ada di hadapannya.
Berbagai asumsi serta pertanyaan mulai berterbangan dalam kepala. Dan dari antara semuanya itu, dia hanya mendapati satu dugaan yang cukup masuk akal.
Bahwa sosok wanita yang ia lihat itu adalah jiwanya.
"Tidak mungkin!" pekiknya memegangi kedua sisian wajah.
"Ada apa nona, apa saya melakukan kesalahan?" tanya sang pelayan sedikit takut saat mendengar teriakan majikannya.
"Err ... Bu-bukan apa-apa. Lanjutkan tugas mu," jelasnya yang terus menatap ke arah cermin rias. Tepatnya pada sosok Lianna yang sekarang telah di ambil ahli olehnya.
Kejadian ini sungguh membuatnya sakit kepala. Bukannya bereinkarnasi, tapi jiwanya malah merasuki tubuh Lianna yang telah mati.
Seseorang, tolong katakan padanya bahwa semua ini tidaklah nyata.
Kehidupan kuu...
Seonha berteriak kacau dalam hatinya tanpa sepengetahuan orang-orang.
^^^First Published : 07 - June - 2021^^^
^^^Revised : 24 - July - 2022^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
NIA DJOHAN Djohan
bingung
2024-08-30
0
anisa
thor kurang jelas siapa siapa yg bicara
2024-02-27
1
Rini
mampir
2021-12-25
0