🕊
Bian mentap dalam-dalam seluruh sudut ruangan yang sebentar lagi akan menjadi saksi pernikahan dadakanya dengan Vivi. Bian tersenyum penuh arti seraya mengepalkan kelima jarinya.
"Semuanya baru di mulai," ucapnya pelan lalu melangkah nyaman untuk memasuki ruangan yang sudah Amira siapkan.
Sudah ada beberapa orang yang duduk di sana, salah satunya orang yang akan menikahkan Vivi dan Bian serta satu wali hakim dan beberapa orang yang akan menjadi saksi.
________
"Bagaimana saksi?"
"SAH..
"SAH..
Jawab semua orang yang ada dalam rungan tersebut. Pernikahan dadakan pun sudah terlaksanakan.
Amira bernafas lega, sebab kini anak dalam kandundungan Vivi akan memiliki seorang ayah, dan lahir kedunia dengan orang tua yang utuh. Walau masih nampak jelas gurat kecewa di raut wajahnya.
"Nanti di SAH kan lagi ya, bu! Pernikahan mereka sudah SAH di mata agama, namun belum tercatat saja," titah si penghulu yang menikahkan Vivi dan Bian. "Status anak anda kini, masih sebagai istri siri," tambahnya kemudian.
Amira tersenyum sendu, sementara Bian tertawa dalam hatinya.
___
Seperti biasa, setelah ijab sah si penghulu meminta Bian mengecup kening istrinya dan Vivi menyambut tangan Bian yang kini sah menjadi suaminya.
Satu kecupan mendarat aman di kening si cantik Vivi. Namun tidak dengan sambutan yang Bian lakukan. Pria tampan itu meremas tangan Vivi sekuat tenaga hingga rasa sakit yang Vivi terima saat akan mencium punggung tangan Bian.
"Sa_sakit..." ucap Vivi lirih namun tercekat di tenggorokanya saja.
"Ini sambutan dan salam perkenalan," bisik Bian pelan.
"Haaaah....!" Vivi tertegun dan tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya. Bahkan dirinya tak faham apa maksud dan tunjuan Bian sebenarnya.
🕊
Hari itu pun berlalu dengan sesuatu yang tak terduga. Pernikahan dadakan yang terjadi antara Vivi dan Bian cukup membuat Vivi canggung kepada mantan kekasih yang kini menjadi suaminya.
____
Hembus angin malam kini mulai terasa, Vivi menutup jendela kamarnya yang sedari tadi dirinya biarkan terbuka.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah kebersamaan mereka. Malam ini keduanya berada di satu kamar yang memang sudah di tata rapih oleh Amira sedemikian rupa, untuk anak kesayangan dan menantunya.
"Besok kau harus tinggal bersamaku," Bian membuka pembicaraan yang sedari tadi hening tanpa kata.
"Tak bisakah kita tinggal di sini beberapa hari lagi?" pinta Vivi pada suaminya.
"Tidak ada tawar menawar, aku menikahimu tanpa syarat." Tegas Bian tanpa menatap wajah Vivi sedikit pun.
Perkataan Bian tadi benar-benar menyentak batin Vivi, rasanya sudah tentu sakit sekali. Dirinya tak menyangka, pria yang selalu memperlakukan secara lembut, kini berkata begitu kasar menurutnya.
Tak ada yang bisa Vivi lakukan, kecuali terdiam. Bahkan menatap wajah Bian sungguh takut dirinya lakukan. Sungguh kebodohanya malam itu justru membuatnya berada dalam dekapan singa.
Bruuuuuuuuuuug.
Bian menjatuhkan tubuhnya di sofa, menatap wajah Vivi dengan sinis sebelum memejamkan mata. Sikap Bian membuat Vivi heran dan begitu penasaran.
"Apa yang kini tengah dirinya pikirkan dan rencanakan?" batin vivi seraya memandangi wajah Bian yang sudah memejamkan matanya.
Malam pertama berlalu begitu saja, tanpa ada sesuatu yang terjadi di antara keduanya. Jangankan meyentuh, menatap wajah istrinya saja seolah Bian enggan melakukan.
___
Pagi menyapa dengan sinar matahari yang nampak indah. Sayup-sayup Bian mulai membuka mata, pria tampan itu terkejut saat mendapati Vivi tengah memandangi dirinya.
"Apa yang kau lakukan?!" Bian menjauhkan tubuhnya.
"Maaf, aku berniat membangunkanmu. Hari sudah siang apa kau tak kekantor hari ini?" tanya Vivi selembut mungkin.
"Sejak kapan kau perduli? baru satu hari menjadi istri kau sudah berani main atur-atur suami!" Ucapnya sinis dengan tatapan yang cukup sadis.
"Maaf," jawab Vivi lirih seraya menundukan kepala. Ucapan Bian tentu saja menyakiti perasaanya.
Bian segera berdiri dan pergi dari hadapan Vivi. Masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
__
Tak selang beberapa lama Bian keluar dari kamar dengan raut wajah yang nampak segar. Pria tampan itu terlihat rapih dengan setelan kemeja putih yang di pakainya kini.
Sorot matanya langsung tertuju pada sebuah meja, yang sudah tertata banyak makanan. Senyumnya seketika mengembang dan segera menuju meja tersebut.
"Siapa yang menyiapkan ini semua?" Bian bertanya pada istrinya karena memang hanya ada Vivi di sana.
"Aku," jawab Vivi.
"Heeeem... Aku jadi tak nafsu!"
Kata-kata itu spontan keluar dari bibir Bian. Tanpa di saring atau memikirkan perasaan istrinya.
🕊
🕊
❤Lanjutlah❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Ursula Ursula
gx suka Vivinya terlalu murahan
2022-09-06
0
Lucki RM
kena mental ngak tuhh Vivi.
2021-09-15
0
AniaH
mental gx jantung kamu Vivi
hooooo nyesek yak hati nya
kk shan ❣️❣️❣️💕💕💕
2021-08-23
0