🕊🕊
Sore menyapa dengan sinar matahari yang cukup indah. Namun tidak dengan hati Vivi saat ini, tak ada senyum yang terukir dari wajahnya hanya rasa yang begitu menyesakan dada. Vivi menyesali kebodohanya di malam itu, malam dimana dirinya begitu mempercayai Rendra, terbuai akan rayuan dan janji manisnya.
"Bodoh...!" Berkali-kali Vivi mengupati dirinya sendiri, penyesalan sebesar apa pun kini tak ada artinya lagi. Dirinya sudah terjatuh cukup jauh, tinggal mengikuti takdir kemana akan membawanya pergi.
Malam itu Vivi, menyerahkan seluruh cinta yang dirinya punya, demi Rendra, agar Bian mau melepaskanya dan sang mama menyetujuhi hubunganya dengan lelaki pilihanya sendiri, bukan Bian pria yang di pilih sang mama untuknya.
"Tenang sayang, jika nanti kau hamil aku akan siap lahir dan batin untuk bertanggung jawab. Dan ini jalan satu-satunya agar cinta kita bersama, dan mamamu secara terpaksa akan menerimaku jadi menantu, yang pasti mamamu akan menggagalkan perjodohanmu dengan, Bian." Ucapan Rendra padanya masih terngiang jelas di benak Vivi. Bagitu manis dan meyakinkan.
"Haaaaaaaah... Breng sek...! Dasar pembual,"Vivi semakin kesal. "Kini, laki-laki yang mati-matian ku benci, justru bertanggung jawab atas perbuatan yang tak pernah dirinya lakukan," batin Vivi seraya membayangkan wajah menyebalkan Bian.
Lelaki yang selalu menuruti keiginanya dan selalu mewujudkan apa pun yang Vivi minta. Tapi semua kebaikan Bian tak membuatnya jatuh cinta.
"Sial kau Rendra, justru karena otak mesummu itu, membuatku tak akan lepas lagi dari dekapan, Bian. Kau yang menghancurkanku, tapi Bianlah yang mengakui." Omel Vivi lagi di dalam hati.
🕊
Bukan tanpa alasan, Amira menuduh Bian pelakunya, sebab selama ini yang Amira tau bahwa Bianlah kekasih Vivi. Bianlah yang sudah 3 tahun menjalin kasih dengan anak gadisnya dan Bianlah yang selalu membawa Vivi pergi kemana pun. Belum lagi perjodohan yang Amira rencanakan, tapi dirinya tak mengerti, kenapa Bian tega menodai kepercayaa yang sudah dirinya beri selama ini.
🕊
Merah masih membekas di pipi Bian. Cap 5 jari yang Amira beri menjadikan rasa sakitnya kian bertambah. Memandang dunia tak adil baginya.
"Hahaha...!" Tawa kecil Bian dalam hatinya seraya mengelus pipinya yang masih memerah. "Huuuuuuuf, lihatlah kini, justru akulah yang akan bertanggung jawab atas kebang satan Rendra, atas kebodohan Vivi," omelnya di dalam hati. "Tenang Bian, kau akan membuat mereka merasakan rasa sakitmu, sabar, sabar," ucapnya untuk dirinya sendiri.
Bian masih menatap wajahnya sendiri di cermin. Di tatapnya dalam-dalam wajah penuh dendam, di tatapnya begitu tajam, wajah penuh rasa sakit hati atas permainan takdir di setiap jengkal langkahnya.
Bian memang sukses dalam karirnya. Harta yang orang tuanya tinggalkan membuat Bian dengan mudah mengelolanya. Sebab, kecerdasaan Bian memang tak di ragukan, trik jitu dalam setiap keputusan dalam bisnisnya selalu mendapat banyak sambutan hangat dari rekan-rekan kerjanya.
Namun tidak prihal asmara. Bian tipe pria yang setia dan tak semudah itu jatuh cinta, meski dirinya sadar banyak wanita yang kagum denganya. Namun hatinya tak semudah itu menerima kehadiran setiap wanita. Vivi adalah cinta pertama dan wanita satu-satunya yang membuat Bian sulit berpaling, namun apa yang dirinya dapatkan, yaitu sebuah pengkhianatan yang sakitnya tak mampu terlukiskan.
"Aaaaaahhhhgggggrrr.....!" Bian meremas-remas tanganya sendiri. "Awas kau, Vivi," ucapnya dalam hati.
🕊
"Bian..." Panggil seseorang dengan nada bicara yang begitu lembut.
"Ma," sapanya pula dengan ramah pada sosok wanita paruh baya yang kini duduk di sampingnya.
"Mama, sangat kecewa. Kenapa Bian lakukan itu pada Vivi, rasanya ingin sekali tangan ini menaparmu lagi. Tapi percuma itu tak akan membalikan semua seperti dulu lagi," ucapnya lirih dengan mata berkaca-kaca.
"Maafkan aku, ma. Aku Khilaf," jawabnya pelan.
Bian tak melakukan penolakan, atas tuduhan yang dirinya terima. Hal itu membuat Amira semakin yakin dan percaya, bahwa memang Bianlah pelakunya. Apa yang kini tengah Bian fikirkan dan rencanakan, hanya Bian sendiri yang mengerti.
Amira menepuk pelan bahu Bian, memberi keyakinan bahwa dirinya mempercayai anak muda yang kini ada di hadapanya.
"Jangan kecewakan mama lagi. Jaga Vivi!" Titahnya pelan seraya beranjak pergi dari hadapan Bian.
🕊Jangan lupa tinggalkan jejak ya🕊
❤Terima Kasih❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Iba Shayra
bkin vivi mnderita dn nangis darah bian.. jgn ada rsa ksihhan
2021-12-31
0
🌈 Fhame Alin🌈
bukan udh mulai rencanain pembalasan
2021-08-01
0
Ita Sinta
lanjuttt
2021-07-03
0