Gadis itu bermimpi, melarikan diri pun ia tak mampu, semakin lelaki itu dekat di sekitarnya semakin ia hampir memiliki gadis itu sepenuhnya. Seseorang yang berdiri itu pun mulai melangkah ke arah gadis itu. Anehnya tubuh sang Gadis kaku sekali dan tak bisa untuk bergerak sedikit pun. "Bantu aku, siapa saja..." Bahkan suaranya sendiri terdengar seperti bisikan, tidak ada orang yang bisa mendengarnya. "Aku takut."
Gloria membuka mata, "Sayangku Gloria..." Suara pelan ayah membangunkannya. "Kau berkeringat, mimpi buruk?" Tanya nya sambil mengusap lembut kening putri tunggalnya itu. Gloria hanya tersenyum pada ayahnya lalu mengumpatkan wajahnya ke bantal. "Ayolah jangan bermalas-malasan, cepatlah bersiap." Pria tercinta yang ia miliki itu pun melangkah pergi dari ruangan kamarnya. Sejenak Gloria berpikir tentang mimpi gila yang barusan saja mengganggu di bagian menit akhir dari tidurnya. Bertanya-tanya akan apa yang sebenarnya terjadi dalam mimpi itu, dan siapakah seorang lelaki itu, lelaki yang berjalan ke arahnya. "Ah!" Kesalnya dan kemudian ia bangkit dan mulai bersiap untuk pergi sekolah.
"Ayah akan pergi malam ini, kau harus mengangkat setiap panggilan dari ayah." Tegasnya. "Pergi lagi??? Pergi sajalah." Jawab gadis itu dalam hati. "Kau mendengarkanku?" Tanya Ian pada putrinya itu, Gloria hanya mengangguk sambil menyantap serealnya. "Janji?" Ayahnya mempertanyakan kepastian. "Ya ayah aku janji, tolong jangan mengganggu sarapanku." Kesalnya. "Baiklah lanjutkan, maafkan ayah."
Sebagai seorang ayah terasa sulit bagi Ian, dan juga semua ini adalah memang karena kesalahannya sendiri yang telah menyakiti perasaan Alexandra yang telah tiada sejak tujuh tahun berlalu. Wanita itu meninggal karena sakit-sakitan setelah mengetahui Ian yang memiliki wanita idaman lain. Karena memang sedari awal Ian tak bersungguh-sungguh dengan perasaannya pada ibu dari putrinya itu. Situasi saat masa muda mereka memang kacau, karena pergaulan bebas yang ada pada diri mereka membawa suatu masalah yang merugikan keduanya. Suatu hal yang tak di inginkan itu terjadi di antara Ian dan Alexandra, hingga hanya ada satu solusi saja untuk memperbaiki kesalahan mereka. Mereka menikah di usia yang muda, dan memiliki Gloria.
Musim panas tahun ini Gloria berharap akan pergi liburan bersama ayahnya saja. Sambil berjalan di koridor sekolah gadis itu menggerutu kesal jika memikirkan Lindha ibu tirinya yang memang tidak ia sukai. Bahkan saat ayahnya menikah dengan wanita itu Gloria sangat marah dan benar-benar menangis histeris karena tak mau ada yang menggantikan posisi ibunya. Namun mau bagaimana lagi dengan perasaan Ian ayahnya yang sungguh mencintai Lindha, terpaksa gadis ini harus menerima kenyataan yang ada. Maka dari itu Ian menempatkan mereka di rumah yang berbeda, karena pandangan Gloria pada Lindha tak akan pernah bisa berubah.
Melangkah bersama lamunannya, sampai akhirnya, "Hey Gloria, apa kau tak khawatir pada sahabatmu? Terjadi sesuatu padanya, omong-omong apa kau tak memiliki heels? Apakah hanya sepatu itu saja yang kau punya?" Ucap Cheryl White padanya seraya dengan beberapa sindiran, bersama rombongan yang menertawakan gadis sederhana itu. Gloria hanya terdiam sambil mengangkat alis kanannya, "Gadis-gadis menjengkelkan." Gerutunya sambil melanjutkan langkahnya menuju ruangan kelas. Memang Gloria adalah gadis yang manja pada ayahnya di rumah, namun saat gadis itu berada di luar rumah segala sifat yang ia miliki itu berbeda. Gloria memiliki banyak teman, tapi ia juga memiliki lebih banyak musuh. "Gloria! Tunggu!" Panggil Todd yang berlari menghampirinya. "Ada apa..." Putusnya. "Jared di luar sana, ayo!" Ajak Todd.
Terlihat hampir seluruh murid di sekolah itu mengelilingi kericuhan yang terjadi di tengah lingkaran orang-orang itu. Ada yang gelisah ketakutan melihatnya ada pula yang merasa semangat melakukan pertaruhan. "Bajingan!" Teriak Jared pada seorang lelaki yang tertawa mengejeknya. "Hanya itu yang bisa kau lakukan??? Pukulan mu ini tak terasa sedikitpun." Tantang lelaki itu sambil mengusap bibirnya yang sedikit berdarah akibat pukulan Jared. "Oh beraninya nyali mu menantangku!" Suasana disana semakin kacau dengan berlanjutnya perkelahian antara dua lelaki itu, sementara yang menonton merasa terhibur sambil bersorak. "Jared! Jared! Jared!" Darah mulai bercucuran di wajah keduanya. Gloria yang melihat perkelahian itu merasa kesal tambah lagi cemas akan sahabatnya Jared. "Jared hentikan!" Pintanya. "Kalian berdua!!!" Gloria mengeraskan suaranya. Tak ada yang menganggapnya sama sekali, sorakan-sorakan yang ada semakin berisik. Gloria berani melangkah ke arah dua lelaki yang berkelahi itu, dan berteriak keras dengan sekuat tenaganya, "Hentikan!!!" Serentak suara sorakan pun berhenti dan Jared di tarik kuat oleh Gloria menjauhi lelaki itu.
"Ah kau mengacaukan segalanya..." "Menghentikan keseruan saja." Ocehan teman-temannya yang mulai membubarkan diri. Gloria hanya berkata "Aku tak peduli."
Todd membantu Jared untuk berdiri, "Aku akan mengantarmu ke ruang medis." Sementara lelaki itu masih mengejek Jared yang kini wajahnya lebam dipenuhi luka. "Kau memang payah." Mendengar ejekan itu Gloria sudah tak tahan lagi, gadis itu pun berjalan menghampirinya. "Tidakkah kau sadar? Wajahmu itu penuh dengan luka? Apa tidak sakit? Berhentilah mengganggu Jared." Gloria mulai bersuara. "Apa pedulimu?" Tanya lelaki itu yang terlihat mengenakan sepatu yang masih baru. "Kau anak baru disini? Siapa kau beraninya berlagak sombong disini?" Kesal Gloria. "Dan siapa kau putri cantik? Kau kekasihnya?" Tanya balik lelaki itu sambil menertawakan keimutan Gloria. "Bicara saja sendiri dengan otak idiotmu itu." Gadis itu pun berlalu pergi ke arah dua sahabatnya yang mulai meninggalkan lapangan sekolah.
Baru saja mereka bertiga membalikkan badan, "Jared dan Bryson! Mr. Alan menunggu kalian di ruangannya." Perintah Mrs. Eleanor sebagai wakil kepala staf pengajar. "Cepat."
"Kau kacau sekali Jared." Kata Todd sambil membantu Jared berjalan disampingnya. "Sebenarnya apa yang terjadi? Dan siapa si Bryson itu?" Tanya Gloria. "Sudahlah... Kau malah memarahiku bukannya mengkhawatirkanku." Lirihnya. "Baiklah maafkan aku, apa itu sakit?" Mereka bertiga sudah menjadi sahabat sejak duduk di bangku kelas enam sekolah dasar. Dan rumah mereka pun memang tidak berjauhan masih dalam satu lingkungan. Tambah lagi orangtua dari ketiganya memang berteman, jadi hal itu membuat hubungan mereka dekat.
Namun berbeda dengan perasaan Jared kini terhadap Gloria, ia sebenarnya ingin menyatakan perasaan yang sesungguhnya pada gadis pujaannya itu. Namun Jared takut akan merusak persahabatannya dengan Gloria dan juga Todd.
"Masing-masing dari kalian ku beri poin dua puluh lima, karena telah melanggar kedisiplinan sekolah ini, jika poin kalian mencapai seratus, tak ada harapan lagi untuk bersekolah dimana pun." Tegas Mr. Alan. "Kau adalah murid pindahan, jagalah sikapmu, ini baru hari pertamamu Bryson, dan Jared? Baru kali ini kau berbuat masalah, jangan lagi!" Mereka berdua tak berkutik sedikit pun.
Dalam hati sebenarnya Bryson mengejek setiap ucapan dari kepala staf pengajar itu. Memang anak yang tak sopan.
"Dan aku akan sangat berterimakasih pada temanmu, yang menghentikan perkelahian, siapakah namanya?" Tanya Mr. Alan pada Jared. "Gloria..." Jawabnya pelan.
"Gloria." Ucap Bryson dalam hati. Otak jahatnya mulai bekerja merencanakan keonaran untuk siapa saja yang membuatnya kesal. Dan Gloria kini adalah target kedua setelah target pertamanya Jared yang tak sengaja menyenggolnya saat jalan masuk ke gerbang sekolah tadi pagi sebelum perkelahian di mulai.
"Kembali lah ke ruangan kelas masing-masing, ingat, aku mengawasi kalian." Akhir Mr. Alan.
Bryson menyeringai, "Setelah perkelahian tadi, ku anggap itu sebagai perkenalan kita bung." Ucap Bryson pada Jared yang kini sedang berjalan bersama di koridor. Jared tak menganggapnya sedikit pun, "Jika kau membutuhkanku, cari saja aku... Kau pasti tahu dimana aku." Lanjutnya dan berlalu pergi dari hadapan Jared. "Idiot." Kata Jared pelan-pelan.
Ruangan kelas pun serentak ramai saat Jared memasuki ruangan itu, teman-teman sekelasnya bertepuk tangan menyambut ketua kelasnya yang telah berkelahi itu. Ia tersenyum, matanya hanya mencari-cari wajah Gloria.
~
Alunan musik Rock menggema di seluruh sudut gymnasium menyemangati para pemain bola basket. Tentunya bersama para pemandu sorak yang begitu lincahnya berlenggak-lenggok. Suhu ruangan yang cukup panas serta bau keringat di siang itu membuat Gloria mengernyitkan wajah. Mau tak mau ia harus hadir untuk menemani latihan Jared dan Todd. Gloria berjalan melewati barisan para pemandu sorak yang hampir seluruh anggotanya tidak menyukai gadis cantik yang disukai Jared itu, karena virus yang di sebar luaskan oleh Cheryl White tentang keburukan Gloria yang sedari dulu memang sudah menjadi musuhnya. Hanya karena permen karet yang tak sengaja terkena rambut Cheryl saat duduk di bangku sekolah dasar dan satu-satunya cara untuk mengatasinya hanyalah dengan memotong rambut Cheryl sangat pendek, dan itu membuatnya sangat marah. Padahal Gloria sudah meminta maaf berulang-ulang kali hingga tak perlu lagi untuk di hitung seberapa kali ia meminta maaf. Namun Cheryl tak pernah mau memberikannya maaf, segala rasa marah masih tertanam di hati dan pikirannya terhadap Gloria. Dan kini Gloria sudah tak peduli lagi.
"Jelek." "Berlagak cantik saja." "Gadis bodoh." Ejekan yang sama sekali tak Gloria pedulikan. Gadis itu berjalan tenang menghampiri Todd yang sedang duduk di kursi tribun. "Hey cantik!" Sapa Jared yang beteriak dari tengah lapangan gymnasium itu dengan sebuah bola basket yang ia bawa. "Hey tampan." Kata Gloria sambil memberikan salam jari tengahnya sekedar bercanda.
"Apa kau ada jadwal sesudah ini?" Tanya Todd. "Memangnya mau kemana kita?" Gloria pun duduk di samping Todd. "Aku ingin kalian menemaniku untuk bertemu dengan pria yang ku ceritakan." Jawab Todd pelan. "Oh tentu, aku akan menemanimu Todd, sama halnya dengan Jared." Bujuk Gloria yang mengetahui bagaimana perasaan Todd yang sebenarnya tak mau menemui pria besar yang menjadi kekasih ibunya. "Terimakasih Glory." Ucap Todd yang memeluk manja sahabatnya itu.
Jared menghampiri mereka dan langsung menyingkirkan Todd dari Gloria, "Hey hey, Gloria milikku, dasar kau bocah bau." Candanya. "Oh ayolah Jared, dia juga milikku..." Todd berusaha menyingkirkan Jared yang kini tengah duduk di antara keduanya. Dari sudut gymnasium itu terlihat Bryson dan kelompok barunya, ia tengah berdiri memperhatikan Gloria sambil tersenyum. "Gloria huh?"
Gloria sudah pasrah jika kelakuan dua bocah ini mulai menggila. "Menyingkirlah!" "Kau yang pergi!" Gadis itu tak bisa berbuat apa-apa lagi dengan tubuhnya yang di rebutkan oleh dua sahabatnya. "Oh hentikan kalian berdua..." Todd dan Jared tak henti-hentinya saling berebut meraih tangan Gloria. "Oh ayolah kawan-kawan, aku lelah." Ucapnya dengan tertawa merasa konyol.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments