Sudah terlihat dari kejauhan Rose atau ibu dari Todd itu berdiri disamping pria besar yang sedang menunggu kedatangan anaknya. Todd masih di dalam mobil yang terparkir tepat di depan rumah Rose, wajah Todd terlihat gugup. "Ayolah bung, hajar saja wajahnya." Bisik Jared yang membuat Todd tertawa.
Namun Gloria lah yang mendahuluinya, "Baiklah kawan-kawan aku saja yang duluan." Gloria pun keluar dari mobil milik Jared itu dan berjalan ke arah Rose yang sudah membuka lebar kedua tangannya untuk memeluk gadis belia itu. "Bagaimana kabarmu sayang... Kau semakin cantik Glory, bagaimana kabar ayahmu?" Karena memang sudah lama mereka tak berjumpa. "Ayah? Semakin tua dan gemuk." Jawabnya membual membuat Rose tertawa lepas. "Baiklah sayang, perkenalkanlah kekasihku Andrew... Dan Andrew ini adalah Gloria sahabat kecil Todd, dan kedua orangtuanya juga adalah teman sekolah ku dulu, kita sangat akrab." Ucap Rose baik. "Gloria, senang berkenalan denganmu."
Di sisi lain, "Apa yang kau lakukan? Berhentilah." Suara berbisik Todd yang tubuhnya di dorong oleh Jared. "Kau harus berani menghajarnya bung." Bisik Jared yang terus mendorong tubuh Todd sampai ke hadapan ibunya. "Holla." Jared menyapa Rose dan langsung memeluknya, "Jared lihat dirimu, kau tinggi sekali, bagaimana kabar ibumu? Hey! Mengapa wajahmu terluka Jared?" Rose merasa cemas melihat wajah lebamnya. "Aku baik-baik saja... Oh ya Mrs. Rose, Todd ingin menyampaikan sesuatu padamu dan juga... Mr???" Jared memang anak yang sangat menjengkelkan, dan selalu saja mempermainkan semua temannya.
Wajah Todd langsung memerah dan sangat kesal pada Jared. "Andrew." Jawab pria besar itu dengan senyuman. "Mr. Andrew, Todd ingin menyampaikan sesuatu dari tangan kuatnya itu..." Jared benar-benar menyebalkan saat itu. "Jared? Apa..." Tak bisa berkata lagi, mau tak mau Todd harus bersikap baik.
"Oh hai Andrew, kau bisa melakukan tos?" Disana Todd dan Andrew melakukan tos yang biasa pria lakukan. Sementara Jared dan Gloria menertawakannya,
"Mom?" Todd mengangkat bahu, "Oh anakku..." Rose pun memeluknya sangat erat.
"Itukah yang disebut menghajar?" Bisik Jared pada Gloria.
Hanya menghabiskan waktu satu jam, Todd mengantar dua sahabatnya itu ke depan halaman rumahnya setelah mereka berbincang seru dengan Rose dan kekasihnya. "Aku tahu bagaimana perasaanmu saat ini Todd." Kata Gloria yang telah merasakan bagaimana rasanya mendapatkan kehadiran seseorang yang tak diinginkan seperti ibu tirinya Lindha. "Terimakasih banyak pada kalian berdua, ah aku benci mengucapkan ini..." Ucap Todd geli. "Aku sayang kalian berdua." Sambungnya dengan kepala tertunduk. "Oh Todd..." Jared pun merangkulnya. "Todd..." Gloria langsung memeluk dua lelaki tinggi itu sangat erat.
Setelah berpamitan, Glory pun pulang bersama Jared.
Mobil Jared memang menjadi salah satu mobil favorit Gloria karena nyaman dan wangi dengan aroma apel. "Kita harus membuat Todd bisa bersantai lagi, aku tak mau melihat ia merenung memikirkan pria besar itu." Kata Jared. "Ya ya..." Gloria hanya asik menghirup aroma pengharum mobil itu. "Kau lucu sekali..."
Sejenak Jared menatap indahnya senyuman Gloria sambil memegang kemudi, hatinya selalu berdebar jika dirinya hanya berduaan bersama Gloria.
Ujung lidahnya ingin sekali mengungkapkan rasa ketertarikannya terhadap sahabatnya itu. Namun otaknya selalu tak setuju untuk melakukan hal itu, jadi ia diam dengan menggerutu dalam hati. "Sial."
~
Bryson merasa segar dengan minuman dingin yang menemani malamnya di halaman rumah bibinya. Anak lelaki yang berusia sembilan belas tahun itu bersantai merokok tanpa merasa khawatir akan seseorang melihatnya, anak nakal yang selalu terlambat masuk sekolah di awal tahun pertamanya saat di bangku kelas menengah atas, tahun sebelumnya.
Dia adalah salah satu otak kenakalan yang mewakili seluruh murid di sekolah lamanya, yang kini sudah memiliki sekolah baru setelah ia di keluarkan oleh pihak sekolah langsung, akibat kelakuan yang tak semestinya di lakukan oleh seorang pelajar. Bryson sering mempermainkan dan menjahili, tidak hanya teman-temannya bahkan guru-guru pun banyak yang merasakan kejahilan yang ia buat untuk keonarannya.
Hal jahil terburuk yang dilakukannya itu membuat ia di keluarkan dari sekolah, yaitu berani menyentuh seorang guru fisika yang merasa terlecehkan dan tak menerima kehadiran Bryson di kelas ajarannya. Poin-poin yang sudah ia dapatkan itu pula mendukung untuk di usirnya ia sebagai murid paling nakal. Dan pada akhirnya ia harus menyogok hampir semua guru di sekolah manapun upaya menutupi riwayat buruknya.
"Bryson! Matikan rokok itu!" Teriak ibunya yang memergoki dirinya. "Baiklah!" Ayah dan ibunya pun menghukumnya setara dengan apa yang dilakukannya, dan itu memang membuat malu mereka sebagai orangtua yang gagal dalam mendidik anak sulungnya. Bahkan Lindsey menangis semalaman setelah mengetahui putranya yang melecehkan seorang guru di sekolahnya.
Sebagai seorang ibu itu sangat frustasi baginya, tapi sosok ibu adalah pemaaf bagi setiap kesalahan dari anak-anaknya. Kini Lindsey mulai memantaunya setiap saat karena tak mau lagi sesuatu hal buruk kembali terjadi menjerat sifat putranya lagi. "Ayahmu memang tak ada disini, tapi pamanmu Ian bisa saja ku suruh untuk mengurusimu!" Tegas ibunya. Tak lama Lindsey menceramahi anaknya, suara klakson mobil Ian pun menghentikannya.
Wajah Bryson berubah berkesan kesal dan berlalu pergi ke dalam rumah, "Aku sayang ibu." Ucapnya pelan, Lindsey sebenarnya menahan tangis.
"Selamat malam Lindsey." Ian menyapanya dengan kedua tangannya yang masing-masing menjinjing dua kantong belanja. "Biar ku bantu." Wajahnya murung. "Apa anak itu baik-baik saja?" Tanya Ian. Lindsey hanya tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments