Lian terbangun seperti orang linglung, rupanya Ia tertidur di lantai dan masih bersandarkan kaki ranjang. Ia lihat sekelilingnya, kekacauan kamarnya sudah tak nampak lagi. Kamarnya sudah bersih, di tolehnya ranjang yang tepat di balik tubuhnya, sudah rapi dan terdapat sprei dan bantal serta guling baru. Mungkin Bibi masuk dengan kunci serep dan membersihkannya, begitulah pikir Lian.
Tubuhnya terasa lelah, badannya sakit semua, perlahan Ia bangun dan merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Ia melihat kesisi jendela, tampak cahaya matahari mulai masuk menerobos sela-sela lubang angin. Kenapa seperti di pagi hari? begitulah pikir Lian, Ia pun menoleh ke jam dinding, rupanya jam 8 pagi. Ia begitu terkejut dan mengusap wajahnya kasar.
"Ternyata udah pagi aja, gila.... Aku sebenarnya tidur atau pingsan sih. Bukannya kemarin masuk kamar di pagi hari kenapa bisa bangun paginya lagi", ucap Lian bermonolog.
Lian enggan bangun dari tidurnya, untuk sekedar mencuci muka sudah enggan rasanya. Ia menoleh nakas di samping tempat tidurnya, nampak sebuah nampan berisi makanan. Mungkin Bibi yang menyiapkan sarapannya disana. Melihat makanan pun tak membuat Lian merasa lapar, padahal sedari kemarin pagi Ia belum sarapan. Tapi entah mengapa nafsu makannya hilang seketika, harusnya ia merasa lapar setelah tidur atau pingsan sedari pagi kemarin.
Saat menatap makanan tersebut, sesuatu di rak dekat nakas membuatnya mengalihkan pandangannya. Ada sebuah album foto lama disana, Ia pun segera mengambilnya karena tertarik untuk membukanya. Album foto yang di susun Mamanya sedari Lian lahir hingga Ia menikah.
Perlahan Ia membuka foto di lembar pertama, foto bayi merah yang baru lahir, dibawahnya Mama Andin menuliskan nama lengkapnya beserta tanggal kelahirannya. Setelahnya foto-foto pertumbuhan dan perkembangannya beserta tulisan Mama yang memberikan penjelasan tentang foto yang terlihat. Seperti saat ia merangkak, mulai berjalan dan pertama kali bisa memanggil kata 'Mama'. Melihat begitu bahagianya Mama menyimpan momen-momen itu sedari kecil membuat Lian menjadi sedih teringat Mamanya yang masih mogok bicara padanya.
Lembar lain ia melihat foto Ia dan Mira mengendarai sepeda. Ia masih mengingat momen itu, bahagianya Ia bersepeda bersama Mira. Demi memamerkan keahliannya naik sepeda, Ia sampai tak mengikuti perintah Mamanya memakai helm serta pelindung siku dan lutut, padahal Mira juga sudah mengingatkannya. Dan hari itu Ia mengalami kecelakaan, menurut cerita Mama Ia sampai koma berhari-hari berjuang antara hidup dan mati. Mama dan Papanya berdo'a jika Lian sembuh akan menuruti semua keinginannya. Dan karena itulah, yang akhirnya membuat Lian menginginkan semua yang Ia mau harus Ia dapatkan.
Seperti keinginannya mendapatkan gadis bernama Febri (Febri Antika) gadis yang saat sekolah setingkat di atasnya. Ia mengagumi gadis itu sedari Merah Putih, orang bilang itu cinta monyet. Penolakan Febri membuatnya tak suka, karena baru kali ini keinginannya tak tercapai. Berulangkali Ia mengejar Febri dan selalu berakhir dengan penolakan. Ia tak menyadari hal inilah yang mengantarkannya pada obsesi mengejar Febri sampai dapat, bukan lagi karena cinta melainkan tak terima keinginannya tak tercapai. Ia bahkan tak menyadari perbuatannya menyakiti Mira, sahabat sedari kecil yang selalu setia mendukungnya dalam segala hal.
Lembar foto yang lain, fotonya berangkulan dengan Mira dengan seragam putih abu-abu. Foto di saat mereka menginjak SMA, ia ingat Ia telah memohon pada Mira untuk sekolah yang sama dengannya, padahal itu bukan sekolah yang Mira inginkan. Ia memaksa Mira untuk mengikutinya sekolah disana, hanya karena Febri pun sekolah disana.
Ia ingat betul, Ia selalu menjaga Mira dari para siswa yang menyatakan cinta pada Mira. Mira gadis sederhana, sopan, tuturkatanya lembut, dan murah senyum serta wajahnya cantik. Tak heran banyak siswa yang mendekatinya. Berbagai cara Lian lakukan agar semua siswa tak ada yang pacaran dengan Mira. Kalaupun ada selalu berakhir putus dalam waktu singkat. Ia baru sadar, bahwa saat itu mungkin Ia telah mencintai Mira dan tak ingin Mira bersama orang lain. Dan bodohnya Ia baru sadar sekarang setelah beberapa tahun berlalu. Kesibukannya mengejar Febri membuatnya mengabaikan perasaannya sendiri.
Lembar terakhir foto pernikahannya bersama Mira. Terdapat tulisan hari dan tanggal pernikahannya, Mamanya begitu bahagia dengan hari itu.
Ternyata dibelakang foto pernikahannya ada foto saat dirinya berpelukan dengan Mira, begroundnya kantor pengadilan Agama. Hari dimana Ia dan Mira resmi bercerai menjadi mantan suami istri. Di bawahnya tulisan kesedihan Mama Andin nampak disana.
Lian tak menyangka keputusannya mengiyakan permintaan perpisahan yang diajukan Mama Ratih dulu begitu melukai Mamanya. Andai Ia bisa bertahan hingga hari ini, mungkin Ia sudah hidup bahagia dengan orang tercinta. Dan semua kenangan itu hanya bisa Ia lihat dalam album foto.
****.....*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Lintang Maharani
kasian bang lian,penyesalan emang selalu d akhir bang😔😔😔
2021-11-12
0