Lian kembali meratapi nasibnya, Ia telah kehilangan cintanya. Wanitanya telah pergi, semakin jauh untuk Ia gapai. Ia pikir masih ada kesempatan untuknya bisa kembali hidup bersama dengan Mira. Tapi, harapan itu berakhir sia-sia. Ia pikir pagi ini bisa bertemu dengan Mira setelah acara pernikahannya bubar, setidaknya hari ini keluarga besar Mira pun sudah kembali ke rumah masing-masing. Kesempatan itu ternyata tak ada untuknya, hanya kekecewaan yang Ia dapatkan.
Ia terlambat, setelah terbangun dari tidurnya yang lama pukul 08.00, ia harusnya bergegas ke rumah Mira, bukan malah memandangi album foto lama hingga berjam-jam. Kini Rumah Mira telah sepi, tak ada seorangpun di rumah itu. Menurut tetangga terdekat Mira di boyong suaminya ke Jakarta dan diantar orangtuanya ke bandara pukul 08.00 tadi, pesawatnya take off pukul 10.00. Dan sekarang sudah pukul 11.00, artinya Mira telah terbang jauh di luar jangkauannya.
Andai Ia tak bangun kesiangan, dan segera datang.Mira masih bisa Ia temui, Ia bisa melihat wanita itu sebelum pergi dengan suami barunya. Andai....andai.... kini hanya bisa berandai-andai saja yang bisa Lian lakukan. Kesempatan untuk bertemu dengan Mira saja sudah tak ada, apalagi Ia masih berharap bisa membujuk Mira untuk kembali bersamanya. Hampa...hidup Lian kini terasa hampa, tak ada lagi tujuan hidupnya setelah Mira meninggalkannya.
Terlambat sudah usahanya mengejar Mira, semua sudah berubah. Mira bukan lagi Mira yang dulu, sahabat yang selalu mengabulkan keinginannya. Wanita yang tak bisa menolak bujukannya, Ia tak akan tega mengabaikannya. Sekarang Mira wanita yang tegas, tak goyah lagi hanya dengan bujukannya. Semenjak bercerai Ia dan Mira seperti orang asing, tak ada lagi kedekatan seperti bertahun-tahun yang mereka alami.
Lian kembali ke rumah Orangtuanya,Ia enggan pulang ke rumahnya sendiri. Di rumah itu bayangan kebersamaannya bersama Mira selalu menghantuinya. Senyuman manis Mira seakan ada di hadapannya, wajah cantiknya selalu terbayang di pikirannya. Bodohnya, Ia baru sadar itu setelah Mira jauh darinya.
Ia dan Mira memang tidur terpisah sedari akad nikah, waktu itu Ia sadar belum mencintai Mira dan masih sibuk mengejar Febri. Ia lelaki normal, Ia takut akan khilaf jika tidur seranjang dengan Mira. Ia tak ingin merusak Mira saat Febri telah luluh padanya, karena Ia berniat berpisah dengan Mira saat Febri mau menerimanya. Dan semua itu benar-benar terjadi, Ia berpisah dengan Mira sebelum Ia menyentuh wanita itu. Bahkan saat Ia belum bisa meluluhkan hati Febri, yang nyatanya bukan cinta melainkan hanya sebuah obsesi.
Ia kembali mengingat rutinitasnya bersama Mira tiap harinya. Sedari bangun tidur hingga waktu tidur. Meski mereka tak melakukan hubungan suami istri tapi Mira meminta untuk tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang Istri kepada suaminya. Ia memasak sendiri bahkan mencuci pakaiannya. Meski telah ada Bibi disana tak membuat Mira meninggalkan kewaiibannya itu. Bagi Mira memasak adalah tugasnya bukan orang lain, sementara mencuci baju suami akan mendapatkan pahala dari Allah. Bibi bertugas berbelanja dan membersihkan rumah.
Setiap pagi Mira membangunkannya untuk sholat shubuh berjamaah di kamar utama. Kamar yang mereka kosongkan dan berada di antara kamar Lian dan Mira. Setelah berjamaah Mira menyempatkan untuk menyiapkan setelan kerjanya sebelum mulai membuat sarapan. Mereka selalu bersantap pagi bersama layaknya pasangan suami istri yang harmonis. Mira mengantarnya hingga ke mobil sebelum Ia ke toko kuenya, dan tak lupa mencium punggung tangannya, sementara Lian mengecup kening Mira. Yah... hubungan mereka seperti pasangan suami istri sesungguhnya. Hanya saja tanpa urusan ranjang.
Hidup Lian serasa suram, tak ada lagi harapannya untuk bisa bahagia. Kebahagiaannya sekarang telah pergi jauh dan tak bisa Ia raih lagi.
****
Dengan langkah gontai Lian masuk kedalam rumah orangtuanya, mengabaikan Papa dan Mamanya yang sedang berbincang-bincang. Papanya sedang kurang enak badan dan lebih memilih istirahat di rumah hari ini. Mama Andin hanya melirik Putranya sekilah, Ia masih enggan berbincang dengan Putra tunggalnya itu.
"Kamu darimana Yan?", sapa Papa Bara yang tak di sahuti oleh Lian.
Lian bahkan berlalu begitu saja menuju kamarnya, dan segera masuk ke kamarnya tanpa menutup pintunya kembali.
"Kenapa lagi Dia Ma?", tanya Papa Bara pada Istrinya.
"Entahlah Pa. Pusing Mama liat anakmu itu", sahut Mama Andin.
"Mau sampai kapan kamu mendiamkannya Ma. Dia itu butuh teman bukan butuh musuh. Cobalah dekati Dia, biarkan Dia berbagi apa yang Ia rasakan pada Mama. Selama ini Ia lebih dekat denganmu kan Ma. Ia tak pernah mau terbuka dengan Papanya", ucap Papa Bara membujuk istrinya, Ia ingin keluarganya kembali hangat seperti dulu.
"Aku masih marah dengan kebodohannya itu Pa. Biarkan Dia puas dengan penyesalannya dulu", jawab Mama Andin cuek.
"Ma... cobalah berdamai dengan hati Mama. Buang amarahmu itu, semua sudah terlanjur terjadi. Dan semua bukan hanya karena kebodohannya terlambat menyadari perasaannya sendiri tetapi juga karena memang jodoh mereka hanya sampai disitu. Mira dan Lian mungkin hanya di takdirkan sebagai sahabat dan tak berjodoh", nasehat Papa Bara yang membuat Mama Andin terdiam.
"Cobalah dekati Dia Ma. Jangan sampai Mama menyesal. Papa takut karena keadaan ini dan Mama mendiamkannya membuat Lian tertekan. Dan itu bisa berakhir depresi", lanjut Papa Bara.
"Sefatal itukah Pa. Mama kok jadi takut", ucap Mama Andin mulai cemas.
"Makanya Mama maafkan Lian dan coba ajak bicara", bujuk Papa Bara.
"Akan Mama coba Pa", jawab Mama Andin.
Prang...
Bugh....
Terdengar suara benda pecah dan barang-barang dibanting dari kamar Lian. Mendengarnya membuat orangtuanya terkejut dan segera menuju kamar Lian.
Kamar yang tadi telah dirapikan kini kembali berantakan. Barang-barang hancur berserakan. Lian tampak kacau, pakaiannya acak-acakan, ia menjambak-jambak rambutnya sendiri seperti kesetanan.
"Arrrrrgggghhhh.....", Lian berteriak-teriak tak jelas tanpa menghiraukan orangtuanya yang melihatnya dari dekat.
Mama hanya bisa menangis melihatnya, sepertinya Lian mulai depresi seperti kata Papa Bara.
*****......*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Lintang Maharani
ceritanya bagus tp kok yg ngelike sedikit ya, sayang sekali
2021-11-12
0