...SELAMAT MEMBACA...
Endaru gelagapan sendiri saat melihat pakaian baju tidur terusan selutut yang ada di tubuh Adhisti yang tersingkap bagian bawahnya, mungkin ia lupa jika ini rumah baru yang ia tempati di tambah lagi AC rumah ini yang begitu sejuk saat tertidur.
"Geluk...." Endaru menelan salivanya dengan haus.
'Apa sebegitu enaknya tidur sampai-sampai tidak sadar jika ada orang yang masuk ke kamarnya.' Batinnya tersenyum.
Menolak suami juga dosa, tapi jika tanpa aba-aba seperti ini sakitnya terasa sampai tulang bagian dalam.
Dari dulu Endaru memang di ajarkan untuk menghormati wanita dengan baik selayaknya menghormati orang tuanya, tapi kali ini seolah Endaru melupakan ajaran dari orang tuanya. Ia bahkan menyentuh istrinya tanpa izin dari pemiliknya, apakah ia setuju atau tidak akan tetapi ***** lagi dan lagi yang menghasutnya.
Endaru beranjak pergi usai merampas kesucian miliki istri mungilnya.
Endaru menuju kamar mandi untuk menetralkan candunya yang mulai meningkat lagi, sepertinya jika dekat-dekat dengannya bisa-bisa banyak Endaru junior yang bakalan datang mendadak.
'Mungkin pergi dari kamar ini bisa menghilangkan pikiran kotor ini.' Endaru keluar dari kamar mandi kamar Adhisti dan pergi dengan buru-buru.
Sedangkan Adhisti hanya menatap kepergian suami yang baru saja menyentuhnya yang pergi begitu saja tanpa tanggung jawab membersihkan ulahnya.
Guyuran air di shower tidak dapat menghilangkan bekas jajahan Endaru, justru semakin ia kuat menggosok semakin menempel ingatan tentang Endaru yang mengambil tiba-tiba miliknya yang sengaja ia jaga untuk suami yang mencintainya kelak. Tapi apa boleh daya, takdir berkata lain untuk dirinya.
Di meja makan.
Endaru menatap kesana kemari, setelah perbuatannya tadi membuat dia kelaparan sekali.
'Bisa-bisa jadi gendut mendadak ini jika terus-terusan ini terjadi, jangan sampai aku melihatnya bisa-bisa gerah dan setelah itu lapar lagi.'
Endaru menikmati makanannya dengan nikmat, tapi belum juga selesai ia melihat sekelebat bayangan Adhisti yang tengah berjalan dengan pakaian tidur yang sama tapi berbeda warna saja. Mata Endaru mengerjap-ngerjap sambil memastikan itu benar Adhisti atau bukan.
"Ehem..., harap segera pergi kamu dari hadapanku." Usir nya terdengar sangat kasar dan sombong.
Adhisti terkejut dengan ucapan Endaru yang barusan terucap, apa dia lupa jika baru saja terjadi antara dirinya dan dia.
'Nasib-nasib, ya sudahlah jika di suruh pergi ya pergi buat apa di sini.' Adhisti segera menyelesaikan membuat coklat panas.
Dan seperti kemarin ia tetap membawa peta tapi ia sudah merobek bagian kayu dan menyisakan kainnya saja, supaya mudah untuk di bawa kemana-mana. Tapi ada yang aneh dari peta yaitu tidak ada pintu keluarnya.
'Kenapa aku bisa punya nasib seperti ini, mau mundur sudah terlanjur maju selangkah demi selangkah dan tidak dapat mundur lagi, oke ... tarik nafas buang pelan dan ayo ... menata hidup baru yang semoga esok lebih cerah lagi dan lagi dari sebelumnya.' Adhisti tersenyum dalam hati dan berusaha sesantai mungkin dalam menghadapi kehidupannya yang lebih asin dari lautan dan lebih panas dari bara api.
Nita sedari tadi mengekori Adhisti seperti anak kecil yang takut kehilangan ibunya saja, tapi Adhisti berusaha bersikap b biasa-biasa saja seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
...BERSAMBUNG....
...Jejaknya jangan lupa ya....
...Biar semakin semangat ngetiknya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Lilis Indrawati
wah g seru di cut semua adegan
2021-08-05
4