...SELAMAT MEMBACA...
Adhisti ketakutan setengah mati saat ia di suruh melepas semua pakaiannya, harga diri sebagai seorang perempuan terampas jika ini benar-benar terjadi dalam hidupnya.
"Saya mohon Tuan berbaik hati." Adhisti memperlihatkan wajah tertindasnya.
"Heh... kamu ini menguji kesabaran saya ya. Sebagai pengusaha dan ahli waris keluarga Septian harus teliti memilih barang, apakah kualitas dan kuantitas barang yang di pilih bagus dan produk unggul," Endaru terlihat sangat beringas dan menakutkan sekali.
Ia berjalan mendekati Adhisti yang masih ketakutan, terlihat getaran hebat dari tubuh gadis mungil itu.
'Kenapa dia semenggemaskan ini saat ketakutan, tapi aku tidak bisa luluh dengan mudah pada wanita ini.' Endaru tetap memperlihatkan sifat menakutkan pada Adhisti.
"Aku yang buka atau kamu sendiri?" pertanyaan Endaru membuat Adhisti ketakutan bukan main.
"Baik ... baik ... saya akan buka. Tapi ...!" Adhisti menutupi kedua benda bagian atasnya yang sudah sedikit terbuka.
"Tapi apa, jangan bilang kamu menyuruh aku menikahimu. Baik saya segera persiapkan pernikahan ini secepatnya, tapi satu yang harus kamu berikan pada saya. Yaitu kegadisan kamu." Endaru tersenyum licik kemudian ia pergi mengambil ponselnya.
Adhisti langsung terduduk di lantai, ada perasaan lega tapi tertekan sekaligus dalam dirinya sekarang.
Endaru berjalan ke arah balkon dan menyuruh asisten sekaligus sekretarisnya untuk menyiapkan pernikahan sederhana di rumah ini.
"Siapkan pernikahan saya dengan gadis mungil itu besok dan jangan lupa panggil penghulu yang bisa di tutup mulutnya, saya tidak mau sampai pernikahan ini bocor ke publik apalagi jika Papa saya tau." Endaru berbicara pelan namun dapat di dengar jelas oleh Adhisti.
'Sabar Adhi, kamu harus kuat menghadapi ini. Kamu hanya seorang yatim piatu yang di jual dan tertindas, berdoa yang baik jangan sampai orang lain terkena doa yang buruk yang dari kamu ucapkan.' Adhisti berpikir jernih.
Adhisti segera bangkit dari lantai yang ia duduki, ia tidak berani mendekati Tuan muda yang sedang menyesap rokok di tangannya.
'Kenapa aku merasa Tuan ini kesepian, terlihat jelas dari raut wajahnya. Tampan ....' Adhisti tersenyum.
•
•
Sekitar 1 jam ia berdiri di tempat semula, ia mau mengeluh tapi tidak bisa.
"Aduh sakit kaki aku sampai keram, apa dia tidak kembali masuk ke kamar?" Adhisti menatap arah balkon. Tapi dia tidak kunjung masuk ke dalam kamarnya.
Endaru yang sudah selesai merokok kini masuk ke dalam, ia ingin melihat apakah gadis yang masuk ke kamarnya sudah pergi.
"Kenapa masih diam disitu, pergilah keluar dari kamar ini. Tunggu besok baru boleh masuk usai menikah." Endaru masuk ke dalam kamar mandi, lebih tepatnya kamar mandi kecil yang terlihat transparan dari luar.
Secepat kilat Adhisti keluar dari kamar yang akan mengajaknya mendayung lautan luas.
Adhisti membuka peta yang ia pegang sedari tadi, ia bingung harus pergi kemana di tambah lagi rasa kantuk menyelimuti kedua matanya.
"Rasanya ingin sekali tidur, tapi dimana tempat tidurku?" ia bejalan menelusuri satu persatu sudut ruangan.
Seorang pelayan rumah ini menghampiri Adhisti.
"Nona, saya di perintahkan Pak bos untuk mengantar Nona ke kamar anda." Sambil menunjukkan tempat tidur Adhisti.
Adhisti tercengang dengan apa yang ia lihat, bukannya kamar seperti ini adanya di televisi yang sering ia tonton.
"Memang ya orang kaya seperti ini, apa tidak sayang beli perabot seperti ini. Em ... mbak Nita, berapa kira-kira perabot di ruangan ini?" tanya Adhisti sambil menunjuk ruangan itu.
"Saya kurang tau Nona, tapi semua perabot di sini harganya puluhan sampai ratusan juta dan ada juga yang sampai miliaran Nona, itu setau saya Nona!" Jawab Nita dengan hormat.
"Oh ... mbak Nita jangan panggil saya Nona, seperti saya Nona di rumah ini. Saya cuma gadis yang di beli Tuan kamu, jangan panggil seperti itu. Dan satu lagi mbak Nita, apa saya boleh tau sesuatu?" Adhisti bertanya lagi.
"Nona ingin saya menjawab apa!" Nita bingung sendiri.
"Siapa nama Tuan muda rumah ini?" sambil menampilkan gigi putihnya.
"Nona tidak tau nama Pak bos? apakah Nona tidak bertanya saat Nona di beli pak bos?" Nita memastikan namun hanya gelengan kepala yang ia dapati.
'Nona ini lucu sekali, apakah nona tidak pernah melihat media sosial jika pak bos sangat di kagumi oleh banyak wanita.' Nita tertawa kecil.
"Nona akan tau besok siapa nama pak bos, apakah nona tidak punya ponsel?" Nita bertanya lagi, tapi lagi-lagi Adhisti menggelengkan kepalanya.
"Segeralah istirahat nona, bukannya besok nona harus bangun pagi untuk acara pernikahan nona." Nita tersenyum lalu menutup pintu tersebut.
•
•
Adhisti berpikir keras, siapa namanya dan seperti apa asal usul keluarga ini sampai-sampai mantan gilanya itu menjualnya pada Tuan ini.
"Sudahlah ... lebih baik aku tidur saja, lumayan untuk mengistirahatkan tubuhku ini."
...BERSAMBUNG...
...Harap tinggalkan jejak biar emak makin semangat ngetiknya ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Windha Winda
mampir dlu deechh..
2023-05-26
0
Octa Febian Nii
qku mampir yh ka
2022-05-12
1