...SELAMAT MEMBACA...
Pagi hari.
Adhisti terkejut bukan main saat dirinya ternyata sudah berada di bak kamar mandi atau bath tub sepertinya tadi malam tidurnya sangat nyenyak sekali, sampai-sampai ia tidak sadar jika dirinya di mandikan seperti orang yang tidak bisa apa-apa.
"Apakah sebegitu nyenyaknya tadi malam aku tidur, haduh ... malunya aku saat ini." Gumam Adhisti lirih saat beberapa orang sedikit menjauh darinya.
"Nona." Nita membawa jubah handuk dengan menampilkan senyum terbaiknya.
"Eh... iya mbak Nita, ada apa?" Adhisti mati gaya antara canggung dan malu bercampur jadi satu.
"Ini handuknya Nona!" jawab Nita.
"Mbak Nita, saya mohon jangan panggil saya dengan sebutan Nona." Adhisti ngedumel sedikit geram.
"Maaf Nona, kalau begitu saya panggil dengan sebutan apa nona?" Nita jadi bingung.
"Adhi saja mbak, lebih enakkan panggil nama saja!" Adhisti mengambil jubah handuk sebelum ia membilas tubuhnya di kucuran shower .
"Maaf Nona, tapi saya tidak enak jika hanya memanggil nama. Lebih baik saya panggil dengan sebutan Ibu Adhi saja atau mbak Adhi."
"Mbak saja, ya sudah saya keluar dulu kalau begitu," rasa malu Adhisti sudah tidak ada dari tadi malam.
Dari pada nanggung lebih baik sekalian saja rasa malu ini di hilangkan dari dalam hidupnya.
Suasana rumah tidak ramai karena hanya ada satpam, asisten rumah ini dan juga beberapa body guard sebagai saksi pernikahan ini. Adhisti hanya tertunduk sedih sambil menatap rok kebaya yang ia gunakan, rasanya berat menuruni anak tangga. Benarkah hari ini hari terakhir ia lajang bahkan tinggal menunggu detik saja.
Pernikahan berjalan lancar sampai selesai ijab qabul dengan mahar yang tidak biasa bahkan semua jumlah melebihi dirinya saat di jual sang mantan kekasih.
Antara terkejut dan ingin berteriak saat menerima angka yang nol nya sulit di baca.
'Hore... nikah dapat rejeki nomplok, tau begini kenapa tidak dari dulu aku di jual laki-laki buaya mata duitan itu. Jadi nama dia Endaru Septian, bagus juga namanya apalagi orangnya.' Adhisti tersenyum sendiri dalam hati.
Jangan tanyakan Adhisti iya atau tidak? jawabnya tentu iya, dia terkagum-kagum dengan sosok pria ini meski banyak laki-laki tampan dan menawan di dunia ini tatap yang paling tampan orang yang mengucapkan ijab qabul (secara sah di Agama) untuk dirinya.
Jika aku di posisi Adhisti aku berpikir berlipat-lipat deh, sepertinya akan sulit ia mencairkan uang yang ada di cek tersebut. Nasib-nasib malang menimpa dirinya, mau menangis tapi susah dan juga sudah terlanjur menikah sah pula di Agama.
Malam pengantin.
Adhisti hanya menatap wajahnya dari pantulan kaca besar di meja rias, ia sedikit berpikir sekarang.
"Bagaimana caraku mencairkan uang ini, sementara aku tidak dapat keluar dari rumah. Kemarin saat aku masuk rumah besar ini mata aku di tutup pakai kain?" Adhisti bingung sendiri jadinya.
Di tambah lagi saat ijab qabul di ruangan tertutup seperti hall hotel ternama.
"Apa semua kehidupan orang kaya seperti ini saat menikah diam-diam, ah ... sudahlah jadi pusing sendirikan jadinya." Adhi segera menuju ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya.
Endaru yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya kini masuk ke dalam kamar, tanpa adanya riasan seperti pengantin pada umunya yang menikah.
'Sepertinya sudah tidur, eh... kemana dia tidurnya?' Endaru menatap kesana kemari mencari sang pengantin mungilnya itu.
"Apa dia kabur dari rumah ini? tidak... tidak... rasanya mustahil ia kabur. Masuk ke dalam rumah ini saya pakai penutup mata." Endaru bergegas ke kamar Adhisti untuk mengecek saja, hanya mengecek pengantin mungilnya kabur atau tidak.
Endaru yang mulai emosi bergegas ke kamar yang di pakai Adhisti tadi malam. Ia masuk begitu saja tanpa mengetuk atau bersuara.
'Sepertinya harus di hukum si mungil ini.'
...BERSAMBUNG....
...Ayo dong dukungannya biar emak semakin di depan karyanya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Aulia Nia
orang tegak hadir thor walaupunsh up
2021-06-16
1