Setelah diberi perintah oleh Bos besarnya, kini Ais tengah mengerjakan ide desain baru yang akan dikeluarkan oleh kantor cabang tempatnya bekerja.
Berulang kali dia membuang kertas karena mendapati kesalahan dalam menggambar desainnya.
"Mbaaaaak Nini, aku ngak kuat. Aku bener-bener belum paham sama konsepnya. Huhuhuhu-hiks...Umi aku bakal dipecat Umi..huhuhu-hiks." Ungkap Ais sembari meneteskan air matanya, dia memang mudah sekali merasa sedih.
"Loh-loh..udah atuh Is, kok malah nangis sih. Coba sini Mbak lihat ide desainnya." Ujar mbak Nini sambil mengambil berkas ide produk baru itu.
"Hiks-huhuhu-hiks..Um-Umi..maafin Ais Mi, hiks-huhuhu-hiks..Bosnya jahat Umi..hiks..masa tega banget sama Ais..huhuhu-hiks.. ." Kata Ais sembari menangis sesenggukan yang membuatnya malah seperti anak kecil yang rewel ketika tidak mendapatkan permen.
Tanpa Ia sadari, sedari tadi ada seseorang yang memperhatikan kelakuannya yang seperti anak-anak yang tanpa sadar membuatnya terkekeh sendiri.
"Em, ini desainnya emang agak sulit sih Is." Ujar Mbak Nini yang membuat tangis Ais tidak terbendung lagi malah semakin deras.
"Huwaaaa-Umi, hiks-hiks-huhuhu-hiks..auto pergi Umi...hiks-hiks-huhuhu-huwaaa...Mbak ini gimana dong...hiks-huhuhu." Tangisan Ais yang semakin menjadi, membuat Mbak Nini kelimpungan sendiri.
"Ekhemmm.." Deheman seseorang seketika membuat Ais dan mbak Nina langsung mengarahkan pandangannya ke sumber suara itu.
"Maaf Pak, say-saya tadi tidak menyadari kalau Bapak ada disini" Ucap Mbak Nini yang seketika langsung berdiri yang diikuti oleh Ais yang masih sesenggukan dengan kepala tertunduk.
Benar, dia adalah Rizki yang sedari tadi menyimak tangisan dari Ais. Sebenarnya Ia berniat untuk pulang, tetapi tiba-tiba Ia berhenti saat telinganya menangkap suara tangisan.
"Kamu kenapa? Apakah saya jahat dengan memberikan suatu pekerjaan kepada karyawannya. Bukankah kamu digaji untuk melakukan itu, lalu titik kesalahan saya di bagian mana." Kata Rizki dengan nada super dingin dan jangan lupakan tatapan tajamnya yang seperti ingin menusuk mata Ais.
"Huhuhu...Pak maafkan saya. Hiks-hiks..bukan begitu..huhuhu..Bapak salah paham..hiks-huhuhu." Kata Ais yang masih sesenggukan dengan hidung dan mata yang sudah memerah terlebih bibirnya yang mengerucut saat nangis.
Rizki yang melihat hal tersebut sontak melipat bibirnya untuk menahan agar dirinya tidak tersenyum melihat wajah imut Ais.
Sedangkan Mbak Nini hanya cengo melihat Ais yang masih bisa menangis di depan Bos besarnya.
"Sekarang ikut ke ruangan saya." Ucap Rizki sembari keluar dari ruangan Divisi kreatif itu.
Rencana untuk pulang telah diganti dengan hal lain, sungguh luar biasa bukan. Satu-satunya karyawan yang mampu membatalkan rencana awal sang CEO dingin itu.
"Hiks..gimana Mbak ini..huhuhu-hiks..aku takut..huhuhu-hiks."
"Udah bismillah aja ya, Insya Allah kalau pekerjaan ini rezeki kamu pasti Allah bakal tetap memberikannya kepadamu ya. Udah jangan nangis lagi dong, cepet pergi ke ruangannya Pak Rizki." Ujar Mbak Nini yang berusaha menenangkan Ais agar bisa tetap optimis.
"Iya hiks..mbak, doain Ais ya..hiks." Balas Ais sembari berjalan ke ruang sang CEO nya.
"Bismillah." Batin Ais sebelum memasuki ruangan itu.
Tok tok tok
"Masuk!"
"Duduk!" Perintah Rizki kepada Ais.
Bahkan sekarang Ais masih meneteskan air matanya dan sesekali Ia menghapus air matanya itu.
"Kenapa kamu masih menangis?, memangnya saya semenakutkan itu." Ucap Rizki datar sambil menaikkan sebelah alisnya ketika menatap Ais yang masih menangis di sofa yang berada di hadapannya.
"Iya..hiks..Pak. Eh? Ngak kok Pak..hiks..bukan begitu..hiks." Jawab Ais yang semula menundukkan kepalanya, langsung mendongak ketika ia menyadari apa yang telah ia ucapkan.
"Lucu, kerjain boleh juga." Batin Rizki yang merasa lucu dengan tingkah Ais saat ini.
"Alasan, kamu memang tidak punya rasa hormat kepada atasan kamu. Selalu semenangnya sendiri, saya tidak yakin kamu cocok untuk bekerja di kantor saya. Mungkin sebaiknya kamu memang pergi dari kantor ini ya." Ujar Rizki yang sengaja agak meninggikan suaranya dan itu berhasil membuat Ais semakin kalut dengan tangisannya.
"Maaf...hiks ..Pak..huhuhu..bukan begitu..hiks-huhuhu-hiks-hiks..jangan pecat saya pak huhuhu-hiks..Pak..huhuhu-hiks-huhuhu..Pak..huhuhu-hiks-huhuhu. Saya ngak mau..hiks..mengecewakan..hiks.. Umi saya Pak, maafkan saya Pak..hiks-huhuhu.. ." Tangis Ais seketika itu langsung pecah mendengar perkataan Rizki tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
amalia
aduh kok risih sendiri sih dikit dikit nangiss
2022-12-02
0