Pagi hari, seperti biasa di lalui oleh seorang gadis manis, lemah lembut, cerewet, dan juga manja untuk bersiap menjalani hari-harinya. Dia adalah Ais Afifah Salsabila, seorang anak yatim piatu yang tinggal dengan Bibinya yang bernama Nuriyah atau biasa Ia panggil Umi.
Ais, nama panggilan yang kerap disematkan untuknya. Ia baru berusia 22 tahun, Ia sudah bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan ternama di Indonesia di bagian Divisi kreatif.
"Ais, Ya Allah Gusti. Bangun atuh, ini udah jam berapa. Emang kamu ngak kerja dan lagi kamu udah sholat subuh belum ih?." Ucap Umi Nur sambil mengoyangkan tubuh Ais.
"Aku ngak sholat Ummi. Lagian jam berapa sih, masih pagi banget loh Mi. Tenang aja." Sahut Ais sembari membungkus tubuhnya lagi dengan selimut.
"Astaghfirullah...pagi banget kamu bilang. Ini udah jam tujuh Ais." Jawab Umi Nur sambil menekankan setiap katanya.
"Hah?, Subhanallah Ummi kenapa ngak bangunin Ais sih." Kata Ais yang langsung lompat dari tempat tidur begitu mendengar perkataan Bibinya.
"Ngak ngebangunin kata kamu, dasar bocah bayi. Mulut orang tua sampai berbusa dan kamu bilang ngak ngebangunin dasar tak masukin perut lagi baru tahu rasa." Ucapan Umi Nur yang melihat kelakuan ponakannya itu.
Setelah menyelesaikan urusannya, Ais langsung keluar dari kamarnya untuk langsung pergi bekerja dengan gamis berwarna coklat susu juga kerudung segi empat yang cukup panjang dan menutupi dadanya.
"Ngak sarapan dulu Nak?" Teriak Umi Nur ketika Ia melihat Ais sudah keluar kamar dengan terburu-buru.
"Ngak sempat Umi, nanti aja di kantor. Aku berangkat ya Mi. Assalamualaikum." Ucap Ais sembari mencium tangan Bibinya.
"Walaikumussalam warakhmatullah, dasar anak itu kadang lembut kadang kaya gitu." Gumam Umi Nur melihat kelakuan keponakan kesayangannya yang selalu ceria itu.
Ais datang ke kantornya menggunakan bus yang biasanya Ia menunggu di halte dekat rumahnya.
Setelah menghabiskan perjalanan dengan bus, sekuat tenaga ia berlari menuju ke kantornya karena hari ini ada kunjungan dari CEO atau founder dari perusahaan tempatnya bekerja ke kantornya yang merupakan salah satu kantor cabang dari perusahaan utama sang CEO.
"Huh-huh-huh-huh..Ya Allah, capek banget. Mbak Nini..huh-huh... CEO-nya belum dateng kan Mbak?..huh-huh." Kata Ais dengan nafas yang masih tersenggal-senggal setelah sampai di kubikelnya.
"Belum Is, tumben kamu telat. Biasanya kalau berangkat ngalahin Pak satpam pagi banget." Kata Nina atau teman kantornya biasa memanggilnya Nini.
"Kemarin kan aku lembur bareng Haris sama Lisa sampai jam sebelas malam baru selesai. Apalagi butuh perjalanan yang cukup jauh Mbak." Sahut Ais yang sudah duduk di kursinya sambil meminum air putih untuk melegakan tenggorokannya yang kering.
"Ya udah atuh Neng, buruan kerjain lagi biar cepet selesai. Oh iya, kita nanti juga langsung rapat sama CEO kita hanya bagian Divisi kreatif aja. Kamu jangan lupa bawa hasil kerja Divisi kita sama catatan rinciannya." Jelas Nini yang masih stay sama komputernya.
"Sendiko dawuh ndoro." Balas Ais yang juga langsung menghidupkan layar komputernya dan bersiap untuk betempur dengan tugasnya.
.................................................................................
Di sisi lain, terdapat sepasang suami istri yang menjalankan aktivitas paginya. Mereka adalah Rizki dan Ale.
"Kamu udah sarapan sama minum obatnya kan?." Tanya Rizki kepada istrinya yang tengah duduk di kursi rodanya sembari melihat pemandangan dari arah balkon kamarnya.
"Udah mas, sekarang Mas bisa berangkat kerja. Pasti karyawan Mas udah nunggu." Jawab Ale sembari memegang tangan sang suami.
"Ya sudah, aku berangkat sekarang. Kamu hati-hati di rumah." Kata Rizki sambil mencium kening dan bibir sang Istri dengan penuh cinta.
"Mas, pemintaanku tidak akan berubah. Tolong kabulkan permintaanku." Perkataan Ale seketika membuat Rizki menghentikan langkahnya.
"Dan jawabanku masih sama, sampai kapan pun aku tak akan menduakanmu." Ujar Rizki dengan nada dinginnya yang sudah berjalan keluar kamar mereka.
Ale hanya menghembuskan nafasnya lelah, sebenarnya Ia juga tidak ingin hal tersebut terjadi. Tetapi keadaan yang membuatnya harus melakukannya, Suaminya juga perlu pemenuhan lahir juga batin dari Istrinya. Hal itulah yang membuat ia semakin bersalah kepada Suaminya. Semoga Allah memberikan jalan yang terbaik bagi rumah tangganya.
Hari ini, Rizki berencana untuk mengecek juga mengadakan rapat dengan salah satu Divisi kreatif di salah satu kantor cabangnya.
Setelah beberapa menit menempuh perjalanan, akhirnya Rizki sampai di kantor cabangnya.
"Ais my future zaujati.." Panggil Haris, seorang laki-laki manis yang biasa masih dengan modenya mendekati Ais sang primadona Divisi kreatif baginya dan sebagai calon Istri masa depannya.
"Hai ukti." Panggilan lainnya yang tak lain dari Vernon, seorang pemuda berpawakan tinggi juga tampan yang secara tidak langsung menunjukkan ketertarikannya kepada Ais.
"Hai juga semua, ada apa?." Tanya Ais sambil mengalihkan tatapannya kepada Haris dan Vernon yang berada di dekat pintu masuk kubikelnya.
"Pak CEO-nya udah dateng tuh, kita suruh merapat buat ketemu dia di ruang rapat untuk semua divisi. Nanti setelah itu baru Divisi kita deh. Ayo eneng Ais yang manis." Kata Haris yang sesekali melemparkan godaan kepada Ais.
Mbak Nini yang mendengar hal tersebut pun hanya terkekeh geli mendengar celotehan Haris.
"Aku ngak dibilang manis nih?." Goda Mbak Nini kepada Haris.
Haris hanya menyengir kuda.
"Ya tentu lah Mbak, madu aja sebelas dua belas sama Mbak."
"Hilih, ayo Is kita ke sana. Jangan lupa bawa berkas yang diperlukan." Ajak mbak Nina sembari berjalan keluar dari kubikelnya dan diikuti oleh Ais.
"Iya Mbak."
Setelah sampai di ruang rapat, Ais duduk di sebelah sahabatnya yang berbeda Divisi dengannya, yakni Kinara.
"Eh, Is kamu tahu ngak. CEO kita tampannya kelewat batas normal katanya. Tapi sayang dia udah punya Istri, aduh kenapa kondisi ini membuat aku setuju dengan poligami." Bisik Kinara kepada Ais yang sedari tadi mendengarnya hanya terkekeh geli, padahal sahabatnya ini tidak mau untuk dipoligami.
"Kamu ada-ada aja sih Ki, profesional kerja aja atuh."
"Susah profesional kalau gini Is." Sahut Kinara dengan wajah memberengutnya
Hingga tiba-tiba datang seorang laki-laki bepawakan tinggi dan tegap, dengan garis wajah tegas nan tampan yang rahangnya dihiasi bulu tipis yang menambah kesan wibawa juga dewasanya. Membuat semua karyawan perempuan melongo terpesona dengan karismanya yang luar biasa, kecuali Ais yang sedari tadi masih asik mengecek berkas yang Ia bawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments