BAB 4 - Memutuskan Pergi

"Dimana Raka dan Rian?" tanya Fahmi ketika keduanya sama-sama terdiam dalam jangka waktu yang cukup lama.

"Ikut bude Nur, mereka di rumah bu Ammah," jawab Tika apa adanya, tadi mereka terpaksa putar balik dan tidak jadi pergi ke Ancol, karena Fahmi melihat mobil Alfath yang melaju menuju rumahnya.

Tak ingin sang adik kembali berhubungan dengan suami orang, Fahmi pun buru-buru putar balik dan kembali ke rumah. Dugaannya benar, ketika masuk ke pekarangan rumah, mobil Alfath sudah terparkir rapi disana.

"Maaf ya, kita tidak jadi berlibur bersama anak-anak," sesal Fahmi, pasalnya ini adalah hari minggu dan harus terlewati dengan cara seperti ini.

Tika tidak menjawab, ia hanya mengangguk dan memperlihatkan senyum teduhnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Setelah tangisnya sedikit reda, Kiran mulai memutar handle pintu itu perlahan, lalu masuk dan menutup pintu rapat-rapat. Ia bahkan menguncinya, seolah tidak ingin ada orang lain yang mengganggu.

Napasnya masih tersengal, ia menatap mengitari seisi kamarnya ini dari balik pintu tempatnya berdiri.

Haruskah aku pergi dari sini?

Satu langkah, dua langkah, tiga langkah, ia terus berjalan dengan gontai dan berhenti tepat di samping meja nakas. Memperhatikan dua bingkai foto sekaligus, yang satu fotonya bersama Alfath, lelaki yang sangat ia cintai. Dan yang satunya lagi fotonya bersama sang kakak beserta Tika, Raka dan Rian, keluarganya yang sangat berarti.

Ia tersenyum miris, merasa takdir begitu tak adil. Kenapa ia harus kehilangan keduanya, kekasih dan keluarga.

Sudah cukup.

Kiran mencoba memantapkan hati bahwa semuanya benar-benar sudah berakhir. Tangannya bergerak mengambil fotonya bersama Alfath dan dimasukkan ke dalam laci.

Ia juga memutuskan untuk pergi dari rumah ini dan memberi waktu pada sang kakak untuk bisa memaafkannya.

Entahlah mau kemana, yang jelas Kiran ingin pergi. Uang tabungannya cukup untuknya bertahan hidup diluar sana, tanpa bantuan sang kakak seperti selama ini.

Cukup yakin dengan keputusannya itu, Kiran berulang kali menarik dan menghembuskan napasnya. Mencoba membuka lembaran baru dengan meninggalkan semua orang, hidup menyendiri.

Sebelum berubah pikiran, Kiran langsung bergegas mengemasi barang-barang. Memgambil koper kecil dan mulai memasukkan beberapa baju.

Selesai mengemas baju, Kiran mengambil ponselnya dan menghubungi Widya, atasanya di tempat kerja.

Bu, saya izin cuti selama 3 hari, ada kepentingan yang tidak bisa saya tinggal.

Ucapnya dalam pesan singkat itu. Kiran adalah sales supervisor di salah satu dealer mobil ternama di kota Jakarta.

Ting!

Tak butuh waktu lama, pesan itu langsung mendapat jawaban dari Widya.

Widya:

Baiklah.

Jawabnya singkat.

Tak ingin mengulur waktu, setelah mendapatkan balasan Widya, Kiran langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas. Lalu bergegas keluar kamar dengan menyeret koper kecil.

Kiran sudah tak menangis, ia juga berniat pergi tanpa pamit. Buru-buru ia keluar ingin menjangkau pintu.

Namun langkahnya memelan ketika sayup-sayup terdengar banyak pembicaraan di ruang tamu. Kiran pikir, kakak dan mbak iparnya sudah masuk ke dalam kamar.

Tapi sepertinya malah ada tamu di ruang tamu.

Tak ingin membuat keributan, akhirnya Kiran mengurungkan niatnya untuk pergi. Ia mengintip ingin melihat siapa orang yang datang itu, sedikit penasaran karena ia mendengar namanya disebut-sebut.

Pakde Iwan? Bude Yuli? untuk apa mereka kesini? Batin Kiran penuh tanya.

Iwan dan Yuli adalah tetangga mereka.

Apa mereka terganggu dengan keributan yang sering terjadi di rumah ini? Tebak Kiran, ia mempertajam telinganya ingin mendengar semua pembicaraan disana.

Iwan dan Yuli tidak datang sendiri, bahkan anak dan menantunya pun ikut kesini.

"Jadi Pakde ingin melamar Kiran untuk Aslan?" tanya Fahmi tak percaya, pasalnya Aslan sudah menikah dan istrinya pun bahkan ada disini, Maya.

Tika sama terkejutnya, tidak menyangka jika lamaran itu malah datang dari tetangganya sendiri.

"Kenapa?" tanya Fahmi lagi karena Iwan hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Saya yang akan menjawab Mas." Aslan buka suara, seketika itu juga ia menjadi pusat perhatian. Semua mata menatap ke arahnya, juga dua mata yang diam-diam mengintip.

"Kenapa Lan? apa alasanmu melamar adik Mas, maaf karena sepertinya itu tidak masuk akal," jujur Fahmi, Tika mengangguk menyetujui.

Aslan berusia 2 tahun lebih muda dari Kiran, dulu mereka adalah adik dan kakak kelas semasa SMA. Aslan bahkan memiliki istri yang jauh lebih muda dari Kiran.

Lalu apa alasannya?

"Jujur Mas, selama 8 tahun pernikahan saya dengan Maya, kami belum dikarunia anak. Karena itulah saya ingin mencari istri kedua." jujur Aslan, ia berucap tanpa ragu sedikitpun.

"Kenapa Kiran? kamu bisa mencari istri kedua yang lebih muda, bukan yang lebih tua?" tanya Fahmi lagi menggebu, tau emosi sang suami mulai tak stabil, Tika lalu menyentuh lengan Fahmi.

"Kalau Kiran tidak bisa memberimu anak apa kamu akan mencari istri ketiga?" Fahmi tak kuasa untuk menahan kekesalannya.

"Mas," desis Tika, memberi isyarat agar suaminya itu lebih tenang.

Fahmi menghela napas kasarnya, merasa terhina dengan lamaran tiba-tiba ini. Kenapa? kenapa adiknya harus menjadi istri kedua? apa dia tidak pantas menjadi istri pertama dan satu-satunya? kenapa? apa karena Kiran perawan tua? apa karena desas desus di kompleks perumahan ini yang mengatakan jika Kiran adalah pelakor, perebut suami orang, karena masih saja berhubungan dengan Alfath meski laki-laki itu sudah menikah. Kenapa?

Banyak pertanyaan yang menyelimuti seisi kepala Fahmi, dan dia ingin sekali segera menolak lamaran ini.

"Maaf Mas, bukan seperti itu maksud saya. Saya hanya ingin menikahi mbak Kiran, bersama-sama membangun rumah tangga. Saya juga akan berusaha untuk selalu adil antara Maya dan mbak Kiran. Ini adalah bentuk ikhtiar saya untuk menikah lagi, jika dipernikahan kedua saya tidak dikaruniai anak, saya ihklas, berarti itu memang sudah takdir saya dan tidak akan ada pernikahan yang ketiga." jawab Aslan yakin, sebelah tangannya menggengam tangan sang istri, Maya.

Fahmi dan Tika terdiam, sementara Kiran berdecih meremehkan jawaban Aslan.

Berani-beraninya anak kecil itu melamarnya? dan apa? jadi istri kedua. Kiran mengeleng, bibirny terus menyeringai merasa tak masuk akal.

"Baiklah, saya akan panggil Kiran dulu." ucap Tika setelah itu ia langsung bangkit.

Kiran yang sudah muak mendengar penuturan Aslan tak niat untuk mendengar pembicaraan itu lagi, ia juga yakin jika Fahmi dan Tika pasti akan menolak lamaran itu.

"Ran." panggil Tika, Tika terkejut ketika melihat Kiran sudah ada dibalik tembok pembatas sambil membawa koper kecil ditangannya.

"Kami mau kemana?" tanya Tika cemas, ia bertanya dengan suara pelan, tak ingin mencuri perhatian orang-orang di ruang tamu.

"Kamu ingin meninggalkan rumah ini?" cerca Tika karena Kiran hanya terdiam, Kiran sama terkejutnya ketika melihat Tika sudah ada disini, memergokinya yang ingin pergi.

Merasa gamang, Tika lalu menarik tangan Kiran, melepas koper itu dan membawa Kiran ke ruang tamu.

"Kiran bersedia menerima lamaran Aslan." ujar Tika dengan suara mantap, seketika itu juga kedua mata Fahmi dan Kiran membola. Tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.

Lain halnya dengan keluarga Aslan, mereka semua tersenyum penuh syukur.

Terpopuler

Comments

Akbar Razaq

Akbar Razaq

Rupanya Kiran mmg sdh sangat gat allll

2024-08-14

0

guntur 1609

guntur 1609

dasar biadab kalaian semuanya. alasan saja semuanya. padahal nafsu kalian yg gak bisa dikontrol

2024-07-29

0

mars

mars

lah apa bedanya jadi istri ke 2 pacar pwrtama

2024-04-22

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 - Sebuah Janji
2 BAB 2 - Tawaran
3 BAB 3 - Tidak Punya Pembelaan
4 BAB 4 - Memutuskan Pergi
5 BAB 5 - Lamaran Tidak Masuk Akal
6 BAB 6 - Berlinang Air Mata
7 BAB 7 - Kedatangan Maya
8 BAB 8 - Aku Sanggup
9 BAB 9 - Lagu Kesukaan
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 Bab 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 Pengumuman
77 BAB 76
78 BAB 77
79 BAB 78
80 BAB 79
81 BAB 80
82 BAB 81
83 BAB 82
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 BAB 87
89 BAB 88
90 BAB 89
91 BAB 90
92 Bab 91
93 Bab 92
94 Bab 93
95 Bab 94
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 98
100 Bab 99
101 Bab 100
102 Bab 101
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
113 Bab 112
114 Bab 113
115 Bab 114
116 Bab 115
117 Bab 116
118 Bab 117
119 Bab 118
120 BAB 119
121 BAB 120
122 BAB 121
123 BAB 122
124 BAB 123 - Menyadari Perasaan Dihati
125 BAB 124 - Detak Jantung
126 BAB 125
127 BAB 126
128 BAB 127
129 BAB 128 - Rencana Babymoon
130 BAB 129 - Merasa Bersalah
131 BAB 130 - Persahabatan Yang Saling Menguntungkan
132 BAB 131 - Alana Putri
133 BAB 132 - Sudah Sempurna
134 BAB 133 - Hari Duka
135 BAB 134 - Muhammad Altar
136 BAB 135 - Bersahabat Dimasa Tua
137 BAB 136 - Perbincangan Antara Pria
138 BAB 137 - Mensyukuri Semua Nikmat
139 BAB 138 - Beberapa Tahun Kemudian
140 BAB 139 - Seperti Kucing
141 BAB 140 - Sebuah Rencana
142 BAB 141 - Ide Cemerlang
143 BAB 142 - Selalu Kalah Berdebat
144 BAB 143 - Ini Adalah Kekasihku
145 BAB 144 - Dekat Seperti Ini?
146 BAB 145 - Merasa Benci
147 BAB 146 - Perasaan Mengganjal
148 BAB 147 - Dinding Pembatas
149 BAB 148 - Tatapan Marah
150 BAB 149 - Kalau Sakit Katakan Sakit
151 BAB 150 - Sibuk Dengan Pikirannya Sendiri
152 BAB 151 - Memilih Berpura-Pura Tidak Tahu
153 BAB 152 - Tidak Peduli
154 BAB 153 - Jangan Mempersulit
155 BAB 154 - Bersepakat
156 BAB 155 - Sama-Sama Peduli
157 BAB 156 - Satu Kelas
158 BAB 157 - Naluri Ibu
159 BAB 158 - Tidak Baik-Baik Saja
160 BAB 159 - Omong Kosong
161 BAB 160 - Seperti Gunung
162 BAB 161 - Membayangkan Yang Tidak-Tidak
163 BAB 162 - Pertama Kali
164 BAB 163 - Jangan Ragu
165 BAB 164 - Takut Sekali
166 BAB 165 - Meleleh
167 BAB 166 - Percaya
168 BAB 167 - SAH!
169 BAB 168 - Kesepakatan
170 BAB 169 - Petuah Sang Ibu
171 BAB 170 - Mas Dan Sayang
172 BAB 171 - Makan Malam
173 BAB 172 - Introgasi dadakan
174 BAB 173 - Malu
175 BAB 174 - Ajaran Sisil
176 BAB 175 - Mimpi
177 BAB 176 - Kelemahan Wanita
178 BAB 177 - Hari Berlalu
179 BAB 178 - Malam Yang Indah
180 BAB 179 - Galau
181 BAB 180 - Tiba Saatnya
182 BAB 181 - Mimpi
183 BAB 182 - Testpack
184 BAB 183 - Pesan Ibu Widya
185 BAB 184 - Kehamilan Alana
186 BAB 185 - Kisah Aydan Dimulai
187 BAB 186 - Guru Privat
188 BAB 187 - Zayn Ikut Datang
189 BAB 188 - Izin Zayn
190 BAB 189 - Tanda Dibibir
191 BAB 190 - Hujan Turun
192 BAB 191 - Berbohong
193 BAB 192 - Pembohong Atau Jujur
194 BAB 193 - Memilih Salah Satu
195 BAB 194 - Kedatangan Aydan
196 BAB 195 - Kita Kembar
197 BAB 196 - Kelahiran Selina Putri
198 BAB 197 - Final Episod
199 RETURN
200 Asmara Di Usia 17 Tahun
201 Wajib Baca
202 After Divorce
203 Crazy Love karya baru Lunoxs
Episodes

Updated 203 Episodes

1
BAB 1 - Sebuah Janji
2
BAB 2 - Tawaran
3
BAB 3 - Tidak Punya Pembelaan
4
BAB 4 - Memutuskan Pergi
5
BAB 5 - Lamaran Tidak Masuk Akal
6
BAB 6 - Berlinang Air Mata
7
BAB 7 - Kedatangan Maya
8
BAB 8 - Aku Sanggup
9
BAB 9 - Lagu Kesukaan
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
Bab 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
Pengumuman
77
BAB 76
78
BAB 77
79
BAB 78
80
BAB 79
81
BAB 80
82
BAB 81
83
BAB 82
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
BAB 87
89
BAB 88
90
BAB 89
91
BAB 90
92
Bab 91
93
Bab 92
94
Bab 93
95
Bab 94
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 98
100
Bab 99
101
Bab 100
102
Bab 101
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111
113
Bab 112
114
Bab 113
115
Bab 114
116
Bab 115
117
Bab 116
118
Bab 117
119
Bab 118
120
BAB 119
121
BAB 120
122
BAB 121
123
BAB 122
124
BAB 123 - Menyadari Perasaan Dihati
125
BAB 124 - Detak Jantung
126
BAB 125
127
BAB 126
128
BAB 127
129
BAB 128 - Rencana Babymoon
130
BAB 129 - Merasa Bersalah
131
BAB 130 - Persahabatan Yang Saling Menguntungkan
132
BAB 131 - Alana Putri
133
BAB 132 - Sudah Sempurna
134
BAB 133 - Hari Duka
135
BAB 134 - Muhammad Altar
136
BAB 135 - Bersahabat Dimasa Tua
137
BAB 136 - Perbincangan Antara Pria
138
BAB 137 - Mensyukuri Semua Nikmat
139
BAB 138 - Beberapa Tahun Kemudian
140
BAB 139 - Seperti Kucing
141
BAB 140 - Sebuah Rencana
142
BAB 141 - Ide Cemerlang
143
BAB 142 - Selalu Kalah Berdebat
144
BAB 143 - Ini Adalah Kekasihku
145
BAB 144 - Dekat Seperti Ini?
146
BAB 145 - Merasa Benci
147
BAB 146 - Perasaan Mengganjal
148
BAB 147 - Dinding Pembatas
149
BAB 148 - Tatapan Marah
150
BAB 149 - Kalau Sakit Katakan Sakit
151
BAB 150 - Sibuk Dengan Pikirannya Sendiri
152
BAB 151 - Memilih Berpura-Pura Tidak Tahu
153
BAB 152 - Tidak Peduli
154
BAB 153 - Jangan Mempersulit
155
BAB 154 - Bersepakat
156
BAB 155 - Sama-Sama Peduli
157
BAB 156 - Satu Kelas
158
BAB 157 - Naluri Ibu
159
BAB 158 - Tidak Baik-Baik Saja
160
BAB 159 - Omong Kosong
161
BAB 160 - Seperti Gunung
162
BAB 161 - Membayangkan Yang Tidak-Tidak
163
BAB 162 - Pertama Kali
164
BAB 163 - Jangan Ragu
165
BAB 164 - Takut Sekali
166
BAB 165 - Meleleh
167
BAB 166 - Percaya
168
BAB 167 - SAH!
169
BAB 168 - Kesepakatan
170
BAB 169 - Petuah Sang Ibu
171
BAB 170 - Mas Dan Sayang
172
BAB 171 - Makan Malam
173
BAB 172 - Introgasi dadakan
174
BAB 173 - Malu
175
BAB 174 - Ajaran Sisil
176
BAB 175 - Mimpi
177
BAB 176 - Kelemahan Wanita
178
BAB 177 - Hari Berlalu
179
BAB 178 - Malam Yang Indah
180
BAB 179 - Galau
181
BAB 180 - Tiba Saatnya
182
BAB 181 - Mimpi
183
BAB 182 - Testpack
184
BAB 183 - Pesan Ibu Widya
185
BAB 184 - Kehamilan Alana
186
BAB 185 - Kisah Aydan Dimulai
187
BAB 186 - Guru Privat
188
BAB 187 - Zayn Ikut Datang
189
BAB 188 - Izin Zayn
190
BAB 189 - Tanda Dibibir
191
BAB 190 - Hujan Turun
192
BAB 191 - Berbohong
193
BAB 192 - Pembohong Atau Jujur
194
BAB 193 - Memilih Salah Satu
195
BAB 194 - Kedatangan Aydan
196
BAB 195 - Kita Kembar
197
BAB 196 - Kelahiran Selina Putri
198
BAB 197 - Final Episod
199
RETURN
200
Asmara Di Usia 17 Tahun
201
Wajib Baca
202
After Divorce
203
Crazy Love karya baru Lunoxs

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!