BAB 3 - Tidak Punya Pembelaan

Belum sempat aku memikirkan ucapannya itu, mas alfath kembali meraup bibirku, menyesapnya kuat hingga aku tertarik masuk ke dalam dekapannya.

Aku tak bisa melawan, karena tubuhku pun memanas sejalan dengan cumbuannya.

Perlahan, seperti wanita murahan bibirku bergerak membalas ciuman itu.

Brak!

Aku tersentak, ku dorong kuat mas Alfath untuk menjauh, ketika terdengar suara pintu yang dibuka dengan kasar.

Mas Fahmi.

Mataku membola, mendadak gamang.

"Badjingan! laknat kalian berdua!" bentak mas Fahmi diambang pintu.

Aku terkejut, rasa takut mulai menjalar keseluruh tubuhku. Dengan rahang mengeras dan langkahnya yang cepat, mas Fahmi menghampiri kami, ia menerik kerah baju mas Alfath dan menghujaminya dengan tinjuan membabi buta.

"Mas! stop mas! berhenti!" Aku berteriak, sumpah demi apapun saat ini aku sangat takut.

Tanpa ampun, mas Fahmi terus memukuli mas Alfath yang sudah tak berdaya, tersungkur diatas lantai ruang tamu.

"Mas, aku mohon berhenti!" ucapku lirih bercampur isak tangis, air mata terus mengalir tak bisa berhenti.

Plak!

Kini giliran aku yang mendapatkan tamparan keras, aku tersungkur diatas sofa, tak berdaya.

"Pergi kamu dari rumahku, jangan anggap aku kakakmu lagi. Kamu wanita menjijikkan." hardiknya tanpa belas kasih, aku terima, aku memang wanita menjijikkan.

Apalagi saat tamparan keras ini mendarat dipipiku, aku sadar, aku memang wanita menjijikkan.

Sayup-sayup ku dengar derap langkah mendekat dengan terburu-buru.

"Mas Fahmi." suara mbak Tika.

"Ran, apa yang terjadi sayang?" dengan cemas mbak Tika membantuku bangkit, mendudukkan aku dan dipeluknya erat.

"Sudahlah Tika! jangan kamu pedulikan anak tidak tahu diri ini! biarkan dia pergi bersama badjingan itu."

"Mas! cukup, aku tau Kiran salah, tapi kita masih bisa membicarakannya baik-baik."

Ku dengar mas Fahmi tertawa, tawa yang sangat mengerikan.

"Apalagi yang mau dibicarakan, kamu tau apa yang mereka lakukam tadi? mereka berzinah di rumahku!" bentak mas Fahmi dan ku rasakan pelukkan mbak Tika mulai mengendur.

Perlahan, pelukan itu luruh semakin jauh meninggalkan aku sendiri.

"Apa yang dikatakan mas Fahmi itu benar Ran?" tanya mbak Tika lirih penuh rasa kecewa dan hatiku bak diiris sembilu mendengar pertanyaan itu.

Mbak Tika adalah pengganti ibu bagiku, dan aku tidak mau kehilangan dia.

Tanpa jawaban, aku langsung bersimpuh dilantai, memeluk erat kedua kaki mbak Tika.

"Maafkan aku Mbak, maafkan aku." ucapku sesenggukan dan mbak Tika hanya terdiam.

Aku tau dia kecewa.

"Kiran tidak bersalah, sayalah disini yang salah."

Dengan suara pelan, mas Alfath buka suara, iapun mencoba bangkit sendiri dengan tertatih.

"Cih! kalian itu sama saja, setan, dajal," cerca mas Fahmi tak ada habisnya.

Mbak Tika hanya diam, biasanya dia selalu membelaku.

Air mataku semakin mengalir, aku menunduk menahan malu.

"Keluar dari rumahku," ucap mas Fahmi yang entah ditujukan pada siapa, tapi aku merasa terusir.

"Ayo Ran, ikut aku pergi," ajak mas Alfath, aku masih terduduk sambil menunduk.

Ku remat tanganku yang sudah basah dengan keringat dingin.

"Keluar!" mas Fahmi membentak, mungkin dia sudah muak karena aku hanya terdiam.

"Ran," panggil mas Alfath lagi dan aku benar-benar bingung.

Cukup lama aku terdiam, mas Alfath terus menungguku sedangkan mas Fahmi berulang kali berdecih jijik.

"Pergilah tanpa aku Mas," ucapku lirih, tapi aku yakin mas Alfath mendengarnya.

Mas Fahmi terkekeh, aku setia menunduk tak berani menampakkan wajah.

"Aku akan selalu menunggumu," jawab mas Alfath, terdengar sangat sendu ditelingaku.

Aku memberanikan diri mengangkat kepala dan menatap wajahnya sejenak. Wajah yang hancur lebam, bahkan ada darah segar disudut bibirnya.

Ia berlalu, meninggalkan senyum tipis untukku.

Apa yang akan kamu jawab jika Dinda menanyai tentang luka mu itu Mas?

Ku lihat terus punggung mas Alfath yang semakin lama semakin menjauh dan hilang. Mendadak hatiku kembali kosong, hampa.

"Kenapa masih disini? jangan pura-pura tuli, aku juga mengusirmu."

"Mas, redakan emosimu. Ran masuklah ke kamar," ucap mbak Tika mencoba menengahi.

Takut mas Fahmi semakin marah, akhirnya aku menuruti ucapan mbak Tika. Dengan langkah perlahan, aku meninggalkan ruang tamu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

POV AUTHOR

Kini tinggalah sepasang suami istri ini di ruang tamu, Fahmi dan Tika masih sama-sama terdiam dengan pikiran yang berkecamuk dikepala masing-masing.

"Mas." Tika buka suara, ia pun menarik suaminya itu untuk duduk di sofa.

Fahmi masih terdiam, jika tadi di depan Kiran dia bisa berkata sesuka hati tapi kini ia mendadak linglung. Merasa gagal mendidik dan menjaga sang adik.

Rasanya seperti ada batu besar yang mengganjal di hatinya.

"Mas, lebih baik ki_"

"Sudahlah Bund. Kali ini jangan lagi kamu bela Kiran. Aku akan tetap mengusir dia dari rumah ini," jawab Fahmi dengan tatapan kosong, merasa cara baik sudah tak bisa digunakan untuk membuka mata adiknya itu yang sudah diselimuti cinta yang salah.

"Dengarkan aku dulu Mas." Tika bicara dengan pelan, ia bahkan mengelus lengan Fahmi agar emosi suaminya itu mereda.

"Lebih baik kita jodohkan saja Kiran." ucap Tika sedikit ragu, takut jika Fahmi ataupun Kiran tidak menyetujui idenya ini.

"Di jodohkan dengan siapa? teman-teman kita juga sudah menikah semua." jawab Fahmi acuh.

Tika terdiam, dia pun bingung kira-kira akan menjodohkan Kiran dengan siapa. Tika hanya ingin mencegah suaminya itu untuk mengusir sang adik ipar.

"Aku akan mencari calonnya, Mas sabar dulu. Jangan gegabah sampai mengusir Kiran. Nanti kamu sendiri yang akan menyesal, hanya Kiran saudara kandungmu Mas." jelas Tika dan Fahmi hanya terdiam, tidak memberi tanggapan.

Mungkin Fahmi terlihat tidak peduli pada adiknya itu, tapi jauh dilubuk hatinya ia amat sangat menyayangi Kiran. Sebenarnya pun ia merasa iba pada nasib yang menimpa adiknya, tapi tak bisa dipungkiri ia pun merasa kecewa.

"Terserah padamu saja, yang jelas aku sudah tidak sudi melihat wajahnya," final Fahmi dan Tika tak berani berkata-kata lagi.

Ia hanya bisa terus mengelus lengan suaminya itu, berharap emosinya bisa sedikit mereda.

Tanpa disadari oleh keduanya, jika Kiran mendengar semua pembicaraan mereka. Kiran berniat meminta maaf pada sang kakak sebelum masuk ke kamar. Namun langkahnya terhenti ditembok pembatas saat terdengar Tika mulai buka suara.

Kiran mendengar semuanya, tentang perjodohan itu, tentang Fahmi yang ingin mengusirnya, bahkan tentang Fahmi yang sudah tidak sudi lagi melihat wajahnya.

Air mata Kiran mengalir dengan cepat, menetes jatuh tepat diatas lantai.

Sadar jika kesalahannya sudah tak bisa dimaafkan, Kiran tak punya pembelaan.

Dengan kaki gemetar, ia berbalik dan kembali melangkah menuju kamar. Kilas balik kebersamaannya bersama sang kakak bermunculan tanpa jeda.

Masa lalu yang indah yang kini berubah menjadi sangat buruk.

Maafkan aku Mas. Batin Kiran pilu, ia berdiri didepan pintu kamarnya dan menangis tersedu, sedangkan satu tangannya memegang handel pintu kuat, menahan agar tubuhnya tetap berdiri tegak.

Terpopuler

Comments

andi hastutty

andi hastutty

Fahmi benar tu sebagai Ka2k

2024-10-03

0

Akbar Razaq

Akbar Razaq

Benar kata Fahmi adiknya mmg jala ng sudah di tinggal nikah juga masih mau mau saja.Harga diri di mana?

2024-08-14

0

guntur 1609

guntur 1609

memang kau cewek murahan. sdh tahu suami org masih juga kau gaet. apapun alasanya. tindakan pahmi emang sdh betul kok

2024-07-29

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 - Sebuah Janji
2 BAB 2 - Tawaran
3 BAB 3 - Tidak Punya Pembelaan
4 BAB 4 - Memutuskan Pergi
5 BAB 5 - Lamaran Tidak Masuk Akal
6 BAB 6 - Berlinang Air Mata
7 BAB 7 - Kedatangan Maya
8 BAB 8 - Aku Sanggup
9 BAB 9 - Lagu Kesukaan
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 Bab 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 Pengumuman
77 BAB 76
78 BAB 77
79 BAB 78
80 BAB 79
81 BAB 80
82 BAB 81
83 BAB 82
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 BAB 87
89 BAB 88
90 BAB 89
91 BAB 90
92 Bab 91
93 Bab 92
94 Bab 93
95 Bab 94
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 98
100 Bab 99
101 Bab 100
102 Bab 101
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
113 Bab 112
114 Bab 113
115 Bab 114
116 Bab 115
117 Bab 116
118 Bab 117
119 Bab 118
120 BAB 119
121 BAB 120
122 BAB 121
123 BAB 122
124 BAB 123 - Menyadari Perasaan Dihati
125 BAB 124 - Detak Jantung
126 BAB 125
127 BAB 126
128 BAB 127
129 BAB 128 - Rencana Babymoon
130 BAB 129 - Merasa Bersalah
131 BAB 130 - Persahabatan Yang Saling Menguntungkan
132 BAB 131 - Alana Putri
133 BAB 132 - Sudah Sempurna
134 BAB 133 - Hari Duka
135 BAB 134 - Muhammad Altar
136 BAB 135 - Bersahabat Dimasa Tua
137 BAB 136 - Perbincangan Antara Pria
138 BAB 137 - Mensyukuri Semua Nikmat
139 BAB 138 - Beberapa Tahun Kemudian
140 BAB 139 - Seperti Kucing
141 BAB 140 - Sebuah Rencana
142 BAB 141 - Ide Cemerlang
143 BAB 142 - Selalu Kalah Berdebat
144 BAB 143 - Ini Adalah Kekasihku
145 BAB 144 - Dekat Seperti Ini?
146 BAB 145 - Merasa Benci
147 BAB 146 - Perasaan Mengganjal
148 BAB 147 - Dinding Pembatas
149 BAB 148 - Tatapan Marah
150 BAB 149 - Kalau Sakit Katakan Sakit
151 BAB 150 - Sibuk Dengan Pikirannya Sendiri
152 BAB 151 - Memilih Berpura-Pura Tidak Tahu
153 BAB 152 - Tidak Peduli
154 BAB 153 - Jangan Mempersulit
155 BAB 154 - Bersepakat
156 BAB 155 - Sama-Sama Peduli
157 BAB 156 - Satu Kelas
158 BAB 157 - Naluri Ibu
159 BAB 158 - Tidak Baik-Baik Saja
160 BAB 159 - Omong Kosong
161 BAB 160 - Seperti Gunung
162 BAB 161 - Membayangkan Yang Tidak-Tidak
163 BAB 162 - Pertama Kali
164 BAB 163 - Jangan Ragu
165 BAB 164 - Takut Sekali
166 BAB 165 - Meleleh
167 BAB 166 - Percaya
168 BAB 167 - SAH!
169 BAB 168 - Kesepakatan
170 BAB 169 - Petuah Sang Ibu
171 BAB 170 - Mas Dan Sayang
172 BAB 171 - Makan Malam
173 BAB 172 - Introgasi dadakan
174 BAB 173 - Malu
175 BAB 174 - Ajaran Sisil
176 BAB 175 - Mimpi
177 BAB 176 - Kelemahan Wanita
178 BAB 177 - Hari Berlalu
179 BAB 178 - Malam Yang Indah
180 BAB 179 - Galau
181 BAB 180 - Tiba Saatnya
182 BAB 181 - Mimpi
183 BAB 182 - Testpack
184 BAB 183 - Pesan Ibu Widya
185 BAB 184 - Kehamilan Alana
186 BAB 185 - Kisah Aydan Dimulai
187 BAB 186 - Guru Privat
188 BAB 187 - Zayn Ikut Datang
189 BAB 188 - Izin Zayn
190 BAB 189 - Tanda Dibibir
191 BAB 190 - Hujan Turun
192 BAB 191 - Berbohong
193 BAB 192 - Pembohong Atau Jujur
194 BAB 193 - Memilih Salah Satu
195 BAB 194 - Kedatangan Aydan
196 BAB 195 - Kita Kembar
197 BAB 196 - Kelahiran Selina Putri
198 BAB 197 - Final Episod
199 RETURN
200 Asmara Di Usia 17 Tahun
201 Wajib Baca
202 After Divorce
203 Crazy Love karya baru Lunoxs
Episodes

Updated 203 Episodes

1
BAB 1 - Sebuah Janji
2
BAB 2 - Tawaran
3
BAB 3 - Tidak Punya Pembelaan
4
BAB 4 - Memutuskan Pergi
5
BAB 5 - Lamaran Tidak Masuk Akal
6
BAB 6 - Berlinang Air Mata
7
BAB 7 - Kedatangan Maya
8
BAB 8 - Aku Sanggup
9
BAB 9 - Lagu Kesukaan
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
Bab 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
Pengumuman
77
BAB 76
78
BAB 77
79
BAB 78
80
BAB 79
81
BAB 80
82
BAB 81
83
BAB 82
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
BAB 87
89
BAB 88
90
BAB 89
91
BAB 90
92
Bab 91
93
Bab 92
94
Bab 93
95
Bab 94
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 98
100
Bab 99
101
Bab 100
102
Bab 101
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111
113
Bab 112
114
Bab 113
115
Bab 114
116
Bab 115
117
Bab 116
118
Bab 117
119
Bab 118
120
BAB 119
121
BAB 120
122
BAB 121
123
BAB 122
124
BAB 123 - Menyadari Perasaan Dihati
125
BAB 124 - Detak Jantung
126
BAB 125
127
BAB 126
128
BAB 127
129
BAB 128 - Rencana Babymoon
130
BAB 129 - Merasa Bersalah
131
BAB 130 - Persahabatan Yang Saling Menguntungkan
132
BAB 131 - Alana Putri
133
BAB 132 - Sudah Sempurna
134
BAB 133 - Hari Duka
135
BAB 134 - Muhammad Altar
136
BAB 135 - Bersahabat Dimasa Tua
137
BAB 136 - Perbincangan Antara Pria
138
BAB 137 - Mensyukuri Semua Nikmat
139
BAB 138 - Beberapa Tahun Kemudian
140
BAB 139 - Seperti Kucing
141
BAB 140 - Sebuah Rencana
142
BAB 141 - Ide Cemerlang
143
BAB 142 - Selalu Kalah Berdebat
144
BAB 143 - Ini Adalah Kekasihku
145
BAB 144 - Dekat Seperti Ini?
146
BAB 145 - Merasa Benci
147
BAB 146 - Perasaan Mengganjal
148
BAB 147 - Dinding Pembatas
149
BAB 148 - Tatapan Marah
150
BAB 149 - Kalau Sakit Katakan Sakit
151
BAB 150 - Sibuk Dengan Pikirannya Sendiri
152
BAB 151 - Memilih Berpura-Pura Tidak Tahu
153
BAB 152 - Tidak Peduli
154
BAB 153 - Jangan Mempersulit
155
BAB 154 - Bersepakat
156
BAB 155 - Sama-Sama Peduli
157
BAB 156 - Satu Kelas
158
BAB 157 - Naluri Ibu
159
BAB 158 - Tidak Baik-Baik Saja
160
BAB 159 - Omong Kosong
161
BAB 160 - Seperti Gunung
162
BAB 161 - Membayangkan Yang Tidak-Tidak
163
BAB 162 - Pertama Kali
164
BAB 163 - Jangan Ragu
165
BAB 164 - Takut Sekali
166
BAB 165 - Meleleh
167
BAB 166 - Percaya
168
BAB 167 - SAH!
169
BAB 168 - Kesepakatan
170
BAB 169 - Petuah Sang Ibu
171
BAB 170 - Mas Dan Sayang
172
BAB 171 - Makan Malam
173
BAB 172 - Introgasi dadakan
174
BAB 173 - Malu
175
BAB 174 - Ajaran Sisil
176
BAB 175 - Mimpi
177
BAB 176 - Kelemahan Wanita
178
BAB 177 - Hari Berlalu
179
BAB 178 - Malam Yang Indah
180
BAB 179 - Galau
181
BAB 180 - Tiba Saatnya
182
BAB 181 - Mimpi
183
BAB 182 - Testpack
184
BAB 183 - Pesan Ibu Widya
185
BAB 184 - Kehamilan Alana
186
BAB 185 - Kisah Aydan Dimulai
187
BAB 186 - Guru Privat
188
BAB 187 - Zayn Ikut Datang
189
BAB 188 - Izin Zayn
190
BAB 189 - Tanda Dibibir
191
BAB 190 - Hujan Turun
192
BAB 191 - Berbohong
193
BAB 192 - Pembohong Atau Jujur
194
BAB 193 - Memilih Salah Satu
195
BAB 194 - Kedatangan Aydan
196
BAB 195 - Kita Kembar
197
BAB 196 - Kelahiran Selina Putri
198
BAB 197 - Final Episod
199
RETURN
200
Asmara Di Usia 17 Tahun
201
Wajib Baca
202
After Divorce
203
Crazy Love karya baru Lunoxs

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!