Eki langsung duduk di samping Mega. Ia menatap ke arah depan, tapi sudut matanya sebenarnya memperhatikan Mega dan Rando.
Ia begitu kesal ketika melihat dua gelang mirip dikenakan dua orang itu. Dengan mengatup rapat giginya Eki mengepal kuat tangannya.
Meja itu terus hening sampai acara ulang tahun itu selesai.
Rando yang dari tadi tegang akhirnya bisa bernafas dengan lega ketika beberapa orang sudah berdiri dan memberi selamat pada tuan rumah.
"Mega, aku ke toilet sebentar." Kata Rando seraya berdiri lalu meninggalkan kedua orang itu.
Ia sebenarnya tidak tega meninggalkan Mega sendirian menghadapi iblis yang sedang bersama dengan mereka, tapi ia pun sudah keringat dingin dari tadi.
Entahlah, tapi duduk bersama pria itu di satu meja saja sudah membuatnya merasa sangat gerah hingga keringatan.
"Aku juga akan ikut denganmu." Ucap Mega seraya ikut berdiri.
Keduanya kemudian berjalan ke toilet tapi Mega begitu terkejut ketika ia menoleh ke belakang untuk melihat Eki namun pria itu malah mengikuti mereka di belakang.
Mega mengepalkan tangannya dan segera berjalan dengan cepat memasuki toilet wanita.
Sementara Rando tidak sadar Eki mengikuti mereka masuk ke dalam kamar mandi, ia langsung memasuki bilik toilet.
"Sial! Tekanan dari orang kaya memang sangat menakutkan!
Kasihan sekali Mega yang harus menghadapinya setiap hari, ia sudah begitu setia pada pria itu, tapi iblis itu malah bertunangan dengan gadis lain!" Umpat Rando di dalam kamar mandi.
Setelah selesai melakukan aktivitasnya, ia kemudian membuka pintu bilik toilet dan betapa terkejutnya ia ketika melihat Eki sedang bersandar di wastafel, menatap ke arahnya.
'Sial,,, sejak kapan pria itu berdiri disini?' gumam Rando menelan air liurnya.
"Gelang itu," Eki menatap gelang di tangan Rado.
"Aku,, aku,, gelang ini milikku!" Ucapnya segera berlari keluar.
"Hugh!! Astaga! Dia seperti malaikat pencabut nyawa!" Gerutunya saat berada di luar toilet.
"Kau kenapa?" Tanya Mega yang juga baru keluar dari toilet.
"Ini,," Rando kembali menghentikan kata-katanya ketika ia melihat Eki sudah keluar dari kamar mandi.
"Aku harus duluan!" Ucapan Rando dengan cepat lalu berjalan pergi meninggalkan gadis itu.
"Dia benar-benar aneh" kata Mega melihat ke arah toilet laki-laki dan melihat Eki sedang berdiri memandanginya.
’Sial! Aku lupa kalau ia juga kemari. Apa jangan-janagan Rando ketakutan karena dia?'
Eki langsung berjalan ke arah Mega dan merangkul gadis itu. "Ayo pergi." Katanya lalu keduanya berjalan kembali ke taman.
Karena pesta itu sudah selesai, maka banyak orang telah pulang. Hanya beberapa keluarga utama saja yang masih tinggal berbincang-bincang.
Rando sedang berbicara dengan Erin dan Arin. Pria itu tampak akrab dengan Arin.
Begitu Mega dan Eki tiba, Arin langsung melompat ke arah Eki.
"Paman Eki!" Seru Arin.
"Kemarilah," ucap Eki menawarkan Arin untuk di gendong.
Dengan senang hati Arin melompat ke gendongan pria itu. "Paman, sudah sangat lama aku tidak bertemu dengan Paman. Tapi kenapa dengan mata paman? Kenapa ini?" Tanya Arin seraya menyentuh kantung mata Eki yang menghitam.
"Paman hanya kurang tidur. Tidak apa," ucap Eki tersenyum.
"Yah,, Paman pasti seperti ayahku. Ia jarang sekali tidur, bahkan di tengah malam Ayahku masih sering membuat keributan."
"Keributan tengah malam?" Tanya Eki sambil mengalihkan pandangannya pada Arka dan Erin yang sedang berdiri di depan mereka.
"Arin, kapan ayah melakukannya?" Tanya Arka kebingungan.
"Aku sering mendengarnya Ayah. Setiap malam kan aku bangun untuk meminum susu, tapi Ayah dan ibu malah ribut sekali di kamar." Ucap Arin dengan polos.
Semua orang yang sedang berkumpul itu menahan tawa mereka seraya melihat pada tingkah polos Arin yang membocorkan rahasia Ayah dan Ibunya.
"Sayang, Ayah dan Ibu tidak ribut, kami lembur mengerjakan pekerjaan yang tertunda di kantor." Ucap Erin merasa bersalah.
"Ya, ayah dan ibumu lembur untuk sebuah urusan pribadi. Itu wajar untuk sepasang suami istri." Kata Mega sambil tersenyum. Ia sudah terhibur dengan keluarga kecil itu.
"Juga menyesuaikan pekerjaan di kantor,, isss,, aku benar-benar kasihan dengan adik Iparku." Ucap Zoy menambahkan.
Semua orang terkikik, tapi Arin tidak mengerti, jadi ia langsung berbicara pada Eki."Oya Paman, aku punya sesuatu untuk Paman."
Arin kemudian menoleh ke ayahnya. "Ayah dimana benda yang sudah kusiapkan itu?" Tanyanya.
Dengan cepat Arka mendapatkan gelang yang dimaksud oleh putranya dan memberikannya pada Arin.
"Paman, ini disebut sebagai gelang persahabatan. Aku membagikannya pada semua orang yang kusayangi." Kata Arin memperlihatkan gelang itu pada Eki.
Eki memperhatikan gelang itu mirip dengan gelang yang dipakai oleh Mega dan Rando.
Bahkan semua orang yang ada di sana juga memakai gelang itu.
Ia jadi merasa bersalah dengan apa yang sudah ditudukannya pada gadisnya.
"Biarkan aku membantu Paman memakainya." Ucap Arin seraya memegang tangan Eki dan memakaikan gelang itu.
"Ini longgar." Ucap Arin saat melihat gelang itu sangat longgar di tangan Eki.
"Tidak apa, Paman tetap suka." Kata Eki.
"Pasti ayah salah mengukurnya."; Kata Arin seraya melihat kearah Arka yang hanya mengangkat bahunya.
Sementara Mega yang melihat gelang itu ditangan Eki bisa mengetahui kalau pria itu memang turun berat badannya.
Tapi ia langsung membuang perasaan tidak enak nya pada Eki, lagipula sekarang bukan tugasnya untuk memperhatikan pria itu.
Eki sudah bertunangan, jadi harusnya tunangannya lebih memperhatikan Eki. Bahkan selama satu minggu ini ia tidak pernah bertemu dengan pria itu.
Eki tidak pernah pulang, mungkin sibuk dengan tunangannya, karena mereka akan mempersiapkan pernikahan.
"Paman dan Tante harus menginap di sini ya malam ini!" Ucap Arin setelah lama diam.
"Baiklah." Jawab Eki dengan mudah.
"Bagus! Tapi ingat, kalau malam-malam jangan ribut. Nanti bisa mengganggu ayah dan ibu yang lembur dengan pekerjaannya!" Ucap Arin membuat semua orang di situ kembali tertawa.
"Sudah, Arin, ayo pergi ke kakek." Ucap Erin mengambil Arin dari gendongan Eki.
"Aku ke kakek dulu, paman dan Tante harus menginap ya!" Ucap Arin yang sudah di bawa oleh Erin.
Malam hari di rumah tua, semua orang sudah masuk ke dalam kamarnya masing-masing.
Mega memilih tidur sendiri, jadi Eki memiliki kamarnya sendiri.
Mega baru saja akan tidur ketika ia mendengar seseorang mengetuk pintu kamarnya.
"Itu pasti Erin," ucapnya tersenyum lalu berjalan ke pintu kamar untuk membuka pintu.
Baru saja Ia membuka pintu ketika seseorang telah mendorongnya kembali masuk ke dalam kamar.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Mega dengan panik.
"Tentu saja aku akan tidur bersamamu. Aku merindukanmu." Ucap Arka memeluk erat Mega.
"Apa kau gila? Kita sedang berada di rumah tua sekarang!
Dan lagi, ada banyak orang di luar! Bagaimana kalau mereka melihat kita di sini?
Mereka akan menganggap kita sebagai tamu yang tidak sopan!" Ucap Mega dengan kesal.
"Aku tidak perduli!" Kata Eki langsung mendorong Gadis itu hingga mereka berdua jatuh saling tindih di atas tempat tidur.
Eki menatap lekat pada gadis yang berada di bawahnya itu, satu minggu bagai satu tahun Ia berpisah dengan gadis itu.
"Ruangan ini tidak kedap suara, ayo pindah ke kamar mandi." Ucap Mega dengan tergesa-gesa karena ia tahu apapun yang ia lakukan tidak akan berhasil mengusir pria itu dari kamarnya.
Lagi pula, ia juga merindukan pria itu, dan melihat bagaimana berat badan Eki turun, ia tahu semua itu karena pria itu tidak bisa tidur tanpa ada dia di sisinya.
Hatinya merasa sakit karena pria itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
sampe sini, sebel juga kasian ama eki😑
2022-01-03
0
Gadis safa
next
2021-09-28
0
YaNaa Putra Umagap
kisah yang rumit yah....
2021-09-12
0