Dua malam telah berlalu sejak berita Eki dan Ellen telah menyebar, tapi pria itu belum juga kembali ke apartemen.
Ini adalah malam ketiga, Mega berdiri di balkon kamar memandangi bangunan-bangunan tinggi yang masih sibuk.
"Dia tidak pulang lagi." Ucap Mega sambil tersenyum.
Mega menghabiskan teh di tangannya lalu kembali masuk ke dalam rumah.
Ia sedang mencuci gelas gelasnya ketika seseorang tiba-tiba saja datang dan memeluknya dari belakang.
Pria itu menciumnya dengan tidak sabaran, seolah ada dendam di balik ciumannya.
"Kau sudah kembali." Kata Mega seraya berbalik melihat wajah Eki. Pria itu terlihat lelah dengan kantong mata berwarna hitam menghiasi matanya.
Mega bisa menebak kalau Eki sudah tidak tidur sepanjang malam pria itu tak bersamanya.
"Aku merindukanmu," Kata Eki kembali membungkam Mega dengan bibirnya.
Pria itu tak sabaran terus memperdalam bungkamannya hingga kini tangannya telah berlabuh kemana-mana.
"Kita pindah ke kamar," ucap Mega di sela-sela kesibukan Eki.
Eki langsung menuruti keinginan Mega, ia menggendong gadis itu ke kamar.
Begitu di baringkan di tempat tidur, Mega langsung menahan berat tubuh Eki yang menimpahnya.
"Jangan buru-buru," ucap Mega saat melihat pria itu mulai melepaskan pakaian mereka dengan brutal.
Eki memandangi gadisnya dan mulai memperlambat gerakannya.
Cup!
Sebuah ciuman hangat lalu di ikuti ciuman dalam.
Mega mengeratkan pelukannya pada Eki kala pria itu dengan tidak sabarnya meraba tubuh Mega.
"Mmmh,," Desahnya menancapkan kukunya di punggung Arka.
"Kau basah sayang," kata Eki dengan suara beratnya saat ia menggapai bagian selatan Mega.
Mega sudah kepanasan dan nafasnya memburu. Semua titik sensitifnya telah di raih oleh pria itu.
"Bisakah kau memasukkannya sekarang?" Ucap Mega di sela-sela desahannya.
"Jangan buru-buru," Eki mengembalikan ucapan Mega.
Dengan kuat Mega melingkarkan kakinya di pinggang Arka, "Kau! Cepatlah!! Ini,, ngghh.."
Eki memperhatikan wajah Mega yang memohon, selain nafasnya yang memburu, wajah gadis itu juga memerah.
Hal itu semakin membuatnya merasa tertantang untuk memuaskan gadis itu.
"Aku akan memberikanmu," Kata Eki seraya mulai memposisikan benda di selatan agar tepat pada sasarannya.
Plop!
Dengan satu hentakan, Mega menjerit keras. 3 hari mampu membuatnya sangat merindukan aktifitas intimnya dengan Eki.
Dasar pria yang membuatnya kecanduan!
Dengan gerakan lambat mengawali pertempuran mereka, Mega di tuntun Eki untuk mengimbangi gerakannya.
"Sayang!! Emhh! Pelan!" Jerit Mega saat pria itu semakin mempercepat irama permainan mereka.
"Tidak, ini,, ini enak! Akhh"
Suara kenikmatan terus bergema dari kedua insan itu hingga akhirnya keduanya terkulai lemas di tempat tidur.
Eki langsung memeluk Mega lalu menghirup aroma manis gadis itu. Aroma menenangkan itu segera membuatnya mengantuk.
Mata yang tak dipejamkan selama 3 hari terakhir akhirnya tertutup rapat membawa Eki ke alam mimpi.
Pagi hari segera tiba, cahaya matahari masuk melalui jendela kamar.
Mega mengucek matanya dan mendapati kamar itu telah kosong lagi.
Eki sudah tak berada di kamarnya.
"Dia pergi lagi," ucapnya lirih. Tak biasanya pria itu bersikap seperti itu, tak berpamitan padanya. Bahkan pesan saja tak ditinggalkan.
Mega segera menyelesaikan rutinitas paginya. Ia memiliki jadwal untuk bertemu dengan Rando.
Mega langsung melajukan mobilnya ke sebuah pusat perbelanjaan tempat mereka janjian.
"Mega!" Panggil Rando menghampiri gadis itu.
"Kau sudah lama menunggu?" Tanyanya merasa bersalah.
"Aku baru saja datang, ayo!" Kata Rando memegang tangan Mega dan menarik gadis itu melewati beberapa pengunjung.
"Kenapa buru-buru?" Tanya Mega dengan kesal karena ia menggunakan hells yang menyiksanya jika terus berlari.
"Kau tidak nyaman?" Rando segera berhenti dan memperhatikan hells milik Mega.
"Tidak apa, kita berjalan pelan saja." Ucap Mega lalu keduanya melanjutkan perjalanan mereka.
Hari ini keduanya berencana membelikan pakaian untuk anak sahabat mereka.
Setelah beberapa waktu berjalan, akhirnya mereka tiba juga di salah satu toko yang masuk ke daftar kunjungan mereka.
"Kan penuh, kita ke toko lain saja." Kata Rando saat mereka tiba dan toko itu penuh dengan pengunjung.
Ya, hari ini memang hari raya jadi sangatlah wajar jika pusat perbelanjaan dipenuhi orang.
Sebenarnya toko itu tidak terlalu ramai, tapi Rando tidak mau mood Mega jadi terganggu oleh banyak orang.
Akhirnya mereka mengunjungi 3 toko dan situasinya sama semua. Terlalu ramai menurut Rando.
"Tidak apa, kan masih ada satu toko," ucap Mega berjalan ke sebuah toko yang dikenal menjual barang-barang mewah untuk anak-anak.
"Kau yakin?" Tanya Rando karena ia tahu toko itu adalah sala satu toko milik Ellen. Ia sudah membaca semua informasi tentang Ellen.
Jadi ia merasa tidak enak membawa Mega ke tempat milik Ellen, saingan cinta Mega.
"Tidak masalah, lagi pula ia tidak akan ada di tokonya." Ucap Mega dengan percaya diri.
Lagi pula, tidak ada yang mengetahui hubungannya dengan Eki, kecuali beberapa teman dekat Eki saja.
"Baiklah." Keduanya pun memasuki toko itu.
Memang selain toko itu milik Ellen, barang-barang disana juga mahal, jadi hanya orang berkantong tebal saja yang masuk ke toko itu.
Sebabnya, toko itu tidak terlalu ramai.
"Selamat datang," ucap para pelayan dengan wajah ramah mereka.
"Apa yang bisa kami bantu?"
"Kami mencari pakaian untuk anak laki-laki berumur 4 tahun." Kata Rando.
"Silahkan ke arah sini," ucap sala satu pelayan lalu memandu mereka.
"Ini terlihat sangat cocok dengan Arin." Ucap Mega mengangkat sebuah kemeja berwarna abu-abu.
"Ya, aku rasa jika di cocokkan dengan celana dan sepatu di manekin akan sangat pas." Ucap Rando menunjuk sala satu manekin.
"Ya, itu terlihat sangat bagus. Ayo membeli mereka." Ucap Mega langsung menjatuhkan pilihannya.
"Ok," jawab Rando
"Baik, saya akan mebungkusnya." Pelayan yang benar-benar senang karena kedua orang murah hati itu.
Biasanya jika ia melayani pembeli, ia akan kerepotan membujuk mereka belanja. Orang-orang kaya memiliki kepribadian pemilih dan sombong hingga begitu sulit di senangkan hatinya.
Pelayan dengan hati-hati membungkus pakaian yang akan di beli oleh Mega dan Rando.
"Eh, Mbak, saya lupa. Itu adalah hadiah, jadi tolong dibungkusnya pake kertas kado yang imut." Ucap Mega.
"Oh, saya pikir ini untuk anak kalian, jadi saya membungkusnya dengan biasa." Kata pelayan itu sambil tersenyum.
Ia mengira Rando dan Erin adalah sepasang kekasih yang sedang berbelanja bersama.
"Eh,, enak ajah! Mbak denger ya, kalau di dunia ini cuma ada dia dan manekin itu!" Rando menunjuk sebuah manekin. "Saya lebih pilih menikah dengan manekin dibanding gadis ini!" Ucapnya.
"Apa?! Kau gila ya! Aku dibandingin sama manekin, manekinnya lebih di pilih!" Mega merasa kesal.
"Oh, jadi kamu berharap aku memilih kamu?! Hahaha,, lucu sekali seorang gadis jelek berharap di pilih oleh pangeran tampan sepertiku!" Rando tertawa keras.
"Lelaki tengik! Dengar ya, ada kamu dengan babi pun tidak bisa dibandingkan kejelekannya!"
"Jelas tidak bisa, aku kan super tampan. Masa lelaki tampan dibandingkan dengan babi yang mirip sepertimu?! Hahaha.."
Mega merasa sangat kesal dan segera menginjak kaki Rando. Tak lupa pula ia memukul pria itu hingga membuat Rando terjepit ke dinding.
"Kurang ajar! Beraninya kau menghinaku!
"Hahah,, jangan marah, wajahmu jadi kelihatan seperti wajah babi!"
"Sialan!"
Tak jauh dari mereka, dua pasang mata memandang mereka dengan tatapan berbeda.
Jangan lupa tekan tombol like,,,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Indah Yani
lanjut
2021-07-02
1
Ratna Mulyati
Lanjjut
2021-06-03
1