Mega menggertakkan giginya melihat kelakuan pria itu.
'Mega sabar,,, sebentar lagi kamu akan terbebas dari pria ini. Setelah dia menikah dengan tunangannya, ia akan meninggalkanmu dan kau bisa hidup tenang.' Gumamnya lalu menyalakan mobilnya.
Ia baru akan keluar ketika melihat Ellen juga datang di parkiran.
'Kebetulan sekali!" Pikir Mega saat memperhatikan Ellen berjalan ke sebuah mobil. Mobil itu ialah mobil milik Eki, sepertinya gadis itu sedang mencari Eki.
Mega melihat ke arah Eki yang masih memejamkan matanya. 'Kalau aku memberitahu Eki ada di sini, mereka pasti akan pulang bersama. Aku bisa bebas deh!'
Mega langsung mengulurkan tangannya untuk membuka pintu. Tapi belum sempat ia keluar ketika pria di sebelahnya sudah menariknya untuk duduk kembali.
Apesnya lagi, selain di tarik kembali duduk, pria itu langsung menutup pintu mobil dan melepas sabuk pengamannya.
"Apa yang,," Mega berhenti berbicara ketika ia diangkat Eki dan didudukkan di pangkuan pria itu.
Bibirnya yang malang langsung di bungkam dengan basah.
"Kau ingin apa?" Tanya pria itu setelah satu ronde ciuman mereka berakhir.
Mega menggelengkan kepalanya "Tidak ada," ucapnya.
"Biarkan aku tidur sebentar." Ucap Eki memeluk Mega.
Pria itu sudah lelah selama 2 jam lebih duduk di dalam mobil. Sekarang ia ingin tidur, tapi ia sadar, jika Mega jauh darinya, matanya menolak untuk terlelap.
Mega akhirnya bisa bernafas lega. Ia pikir pria itu akan melakukannya lagi dalam mobil.
Ya sepeti biasa jika Eki sedang marah, pria itu akan menghukumnya dengan cara unik.
"Jangan senang, tunggu hukumanmu di rumah." Ucap Eki lalu mengeratkan pelukannya pada Mega.
Mega terdiam menatap Eki, laki-laki itu harusnya ia benci, tapi ia terus menikmati keromantisan sentuhan Eki.
Ia menyandarkan kepalanya di bahu Eki 'Seandainya kau tahu kalau aku mencintaimu, dan aku terluka melihatmu bersama gadis lain.
Sayangnya aku tak punya hak untuk melarangmu atau memarahimu.' Gumamnya.
Karena begitu lama menunggu dan ia juga kelelahan, Mega ikut tertidur di dalam mobil. Saat ia bangun, ia merasakan seseorang sedang memijat lembut kakinya.
Ia membuka mata dan mendapati Eki duduk memangku kakinya. Mereka bahkan sudah ada di kamar apartemen.
"Kau sudah bangun, apa kau siap menerima hukumannya?" Tanya pria itu melirik ke arah Mega.
"Aku akan mandi dulu." Ucap Mega langsung duduk.
"Kita bisa melakukannya di kamar mandi." Kata Eki langsung menggendong Mega ke kamar mandi.
Eki memandikan Mega dengan lembut, hukuman yang dimaksud pria itu hanyalah ciuman-ciuman ringan yang membuat Mega sesekali bergidik.
"Jangan pikir aku menahan diri. Aku hanya buru-buru." Ucap Eki melilitkan handuk di badan Mega.
Keduanya selesai berpakaian, Eki memakai pakaian kantor berwarna hitam. "Tunggu hukumanmu setelah aku pulang. Saat itu jangan melukai dirimu yang bisa mengangalkanku." Ucap Eki sebelum keluar dari kamar.
Mega memandangi kakinya yang sudah tidak sakit lagi. 'Bagaimana ia tahu kalau kakiku sakit?' pikirnya dalam hati.
Pria itu selalu seperti itu, ia tidak membiarkannya terluka secara fisik, tapi pria itu melukainya dengan cara yang kejam.
Mencabik-cabik hatinya lalu menyatukannya lagi.
Terus terulang sepeti itu hingga Mega terkadang bingung, apakah ia mencintai pria itu atau malah membencinya.
"Biarkan saja! Aku akan menyelesaikan gambarku." Ucapnya dengan cuek lalu berjalan ke arah komputernya.
Satu minggu kembali berlalu, tapi pria itu belum pulang juga.
Mega duduk di ruang makan menatap layar ponselnya.
Kabar mengenai pertemuan keluarga Eki dengan keluarga Ellen sudah diberitakan media.
Meski tidak diberitakan kapan mereka akan menikah, tapi Mega bisa menebak kalau itu tidak lama lagi.
Saat itu, ia berharap Eki akan melepaskannya hingga ia bisa hidup normal kembali.
Mega telah membeli rumah di sebuah desa kecil. Ia juga membeli beberapa lahan untuk membuat usaha peternakan.
Ketika Eki mencampakkannya, ia bisa pergi ke sana dan memulai hidup barunya.
"Biar waktu yang memutuskan." Ucapnya.
Setelah dia beberapa waktu, Mega kemudian bersiap untuk menghadiri pesta ulang tahun Arin.
Ia berdandan sederhana dan membawa bingkisan yang telah mereka beli.
Begitu tiba di lobi apartemen, ia melihat mobil Rando sudah menunggunya di sana. Dengan cepat ia berjalan ke sana dan memasuki mobil itu.
"Kau,," Rando memperhatikan wanita itu. Ini pertama kalinya ia melihat Mega hanya menggunakan pakaian biasa saja.
Tapi gadis itu masih terlihat cantik.
"Ada apa?" Tanya Mega kebingungan.
Rando segera menggelengkan kepalanya "Tidak, kau belum menggunakan sabuk pengamanmu."
"Ohh, maaf." Ucap Mega langsung memakai sabuknya.
Untung saja tidak ada macet, jadi mereka lebih cepat tiba di rumah Tua.
Pesta itu tidak ramai, hanya orang penting dan keluarga saja yang di undang.
"Paman Rando! Tante Mega!!!" Teriak Arin berlari dari dalam rumah saat melihat dua orang itu.
Rando langsung menggendong Arin "Jagoan kecil! Selamat ulang tahun!" Ucapnya.
"Selamat ulang tahun sayang," ucap Mega.
"Terima kasih, ayo masuk ke dalam! Aku punya sesuatu untuk Tante dan Paman." Kata pria kecil itu dengan suara manisnya.
Ketiga orang itu kemudian memasuki halaman belakang rumah.
"Kalian sudah sampai. Dia sudah menunggu kalian dari tadi." Ucap Erin ketika melihat ketiga orang itu.
"Ya, selamat ya." Ucap Mega dan Rando.
"Turunkan aku Paman!" Ucap Arin.
Rando segera menurunkan Arin lalu pria kecil itu berlari entah kemana.
"Ayo duduk. Pestanya akan di mulai." Erin membantu Mega dan Rando mencari tempat.
"Terima kasih Rin." Kata Mega.
"Ya, nikmati pestanya. Aku harus mengurus bayi besarku," kata Erin tersenyum lalu meninggalkan kedua orang itu.
Beberapa saat kedua orang itu duduk, Arin kembali lagi membawa sebuah kotak kecil.
"Apa ini sayang?" Tanya Mega memperhatikan kotak itu.
"Sebuah gelang persahabatan! Lihat!" Pria kecil itu mengangkat tangannya.
"Aku juga memakainya. Paman dan Tante juga haru pakai, dan tidak boleh di lepas!" Kata Arian sambil mengambil 2 gelang dalam kotak lalu membantu Mega dan Rando memakainya.
"Bagus kan? Gelang ini di desain oleh ayah!" Ucap Arin.
"Ya, sangat bagus, Tante sangat suka."
Ketiganya terus berbincang hingga Erin datang memanggil Arin karena acarnya akan di mulai.
Mega melihat ke semua tempat untuk mencari Eki. 'Apa di tidak datang di acara sahabatnya?" Gumamnya.
"Apa yang aku cari?" Tanya Rando saat memperhatikan Mega celingak-celinguk mencari sesuatu.
"Tidak ada." Katanya.
Rando tersenyum "Dia tidak datang, hari ini Ellen juga mengadakan pesta di rumahnya." Ucap Rando.
"Bagaimana kau tahu?" Tanya Mega terkejut.
"Aku tahulah, aku kan baru saja membaca berita!" Ucap Rando mengangkat ponselnya.
Pria itu memperlihatkan sebuah topik hangat yang ia baca "Pesta syukuran keluarga Lorenza."
"Ahh," kata Mega dengan lesu.
"Kau tenang saja, kalau pria itu mencampakkanmu, aku akan membawa pemanggang.
"Cih! Kau pikir kau siapa mau melawannya?!" Ejek Mega.
"Siapa bilang aku akan melawannya? Kau yang akan ku panggang agar tidak perlu bersusah payah melakukan bunuh diri!"
"Sialan kau! Rasakan ini!!" Mega memukul Rando dnegan kesal. Tapi ia berhenti ketika ia melihat seorang pria berjalan ke arahnya.
Masih dengan wajah datarnya, Mega langsung menghentikan tindakannya dan membuang muka dari Eki.
'Dia melihatku barusan! Tapi mengapa dia ada di sini? Bukankah ia harusnya bersama tunangannya?' Gumam Mega.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Bunga
sayang
2022-04-03
0
💮Aroe🌸
menarik juga, gk kalah sama karya barumu😁
2022-01-03
0
💮Aroe🌸
kaya magic, tau tau di rumah😂
2022-01-03
0