Keesokan paginya Alex sudah duduk di ruang tamu rumah Desi. Dengan alamat yang Desi berikan kemarin malam membuat Alex tak susah mencari dimana rumah Desi berada. Sedangkan Desi sudah duduk di sofa yang sama di sebelah Alex.
"Jadi kalian berdua sudah menjalin hubungan semenjak kapan?" Tanya Darmawan yang duduk di sofa di depan putri tunggalnya sementara Siska istri Darmawan duduk di sofa sebelahnya.
Ahh kenapa Papi menanyakan hal itu? Aku kira pertanyaan itu sudah selesai tadi malam. Bagaimana ini? Batin Desi. Kecemasan di dalam hatinya makin besar saat ia tak bisa menjawab pertanyaan dari ayahnya. "Pi..."
"Kami menjalin hubungan setelah saya pindah ke Jakarta," jawab Alex memotong perkataan Desi.
Sedangkan Desi hanya memandang Alex dari samping tanpa berkedip. Bukan karena ia terpesona dengan aura yang di pancarkan Alex padanya. Namun ia takut jika jawaban Alex tidak akan sama dengan jawabannya tadi malam.
Jadi benar dia pulang dari Amerika? Batin Darmawan masih memperhatikan laki-laki yang tengah duduk di samping putrinya.
Lalu perlahan Alex menatap Desi dengan tatapan tulus. Sesaat ia memegang tangan Desi, membawa tangan tersebut dalam genggamannya. "Saya menyukai Desi semenjak Alika yakni istri dari sepupu saya selalu berjalan bersama Desi," kata Alex yang masih menatap wajah Desi penuh arti. Sesaat ia tersenyum. Lalu melihat ke arah orang tua Desi.
"Maafkan saya om-tante. Karena saya tidak meminta ijin terlebih dahulu pada om dan tante saat saya menjalin hubungan dengan Desi," kata Alex lagi. Meyakinkan kedua orang tua Desi agar percaya dengan perkataannya. Ia masih menggenggam erat tangan Desi. "Maafkan saya juga karena dulu saya masih belum berani mengatakan untuk menikahi putri om dan tante. Tapi saat ini saya meminta ijin untuk melamar sekaligus mempersunting putri om dan tante," tambah Alex lagi. Dengan ketulusan yang mendalam ia mencoba sekali lagi meyakinkan kedua orang tua Desi.
Sesaat Siska memegang pundak sang suami. Dari sorot matanya, Siska juga mencoba meyakinkan kalau Alex memang benar-benar sangat mencintai Desi.
Apa yang dia lakukan? Kenapa kata-katanya menyentuh sekali? Dan kenapa Papi dan Mami diam saja? Ahh aku mau pergi saja dari sini.
Teriak Desi dalam hati. Ia tak menyangka dengan kata-kata yang keluar dari mulut Alex.
***
Saat ini mereka berdua sudah berada di dalam mobil Alex. Alex yang berencana memperkenalkan Desi pada keluarganya saat ini tengah menyetir. Sedangkan Desi duduk di kursi depan sebelah kiri. Ia masih menatap Alex dari samping. Setelah kedua orangtuanya merestui hubungan mereka, kini Desi sedikit was-was saat ia akan menghadapi orang tua Alex.
"Bisakah kau berhenti menatap ku seperti itu?" kata Alex yang berhasil mengagetkan lamunan Desi. Ia tak memandang Desi sedikitpun setelah mereka keluar dari rumah Desi.
Desi membuang muka ke sembarang arah saat Alex tau kalau dirinya sedang di perhatikan. "Aku hanya tak percaya kalau kau begitu fasih bersandiwara di depan orang tuaku," kata Desi yang memandang ke arah luar jendela. Memperhatikan pepohonan di pinggir jalan yang tertiup angin.
Alex tertawa keras. "Aku belajar darimu," kata Alex yang masih fokus menyetir.
"Apa?" Desi sudah tersulut emosi saat Alex mengatakan hal tersebut. Kini wajahnya sudah memerah lantaran menahan emosi.
"Kenapa?" Tanya Alex sembari melirik Desi dengan wajah merahnya. "Apa kau marah? Bukankah perkataan ku benar. Kau dulu yang memulai sandiwara ini kan?" Tambahnya lagi.
Bukankah aku hanya perlu bersabar menghadapinya? Aku tidak mau menikah dengan perjodohan yang di berikan oleh Mami dan Papi. Ini hanya untuk satu tahun Desi. Bersabarlah...
Kata Desi dalam hati. Ia memejamkan matanya sambil menarik nafas dalam lalu mengeluarkannya. Lalu ia membuka mata lagi. Mengambil satu map dari tasnya. Sebuah map yang didalamnya berisi perjanjian antara dia dan Alex selama mereka akan melangsungkan pernikahan. "Ini adalah surat perjanjian kita," kata Desi yang mengulurkan map tersebut ke Alex.
Alex hanya melirik sekilas map tersebut. Lalu ia menepikan mobilnya. Setelah itu ia mengambil map tersebut dari tangan Desi. Membuka map itu. Ia membaca semua yang tertulis di dalam kertas yang diberikan Desi padanya. Sesaat ia tertawa keras. "Apa kau sedang bercanda? Kau bilang tadi malam kau hanya akan mengajukan satu persyaratan. Tapi apa ini?" Kata Alex sambil mengangkat map itu ke atas. "Kau bahkan mengajukan lima persyaratan disini," sambung Alex lagi.
"Aku berubah pikiran," jawab Desi sedikit acuh dengan membuang muka ke luar jendela mobil.
Alex mengeluarkan tawa sinisnya. Ia kembali membaca satu persatu syarat yang diajukan Desi padanya. Pertama, setelah menikah Desi akan tetap bekerja seperti biasanya. Kedua, setelah menikah kita akan tidur secara terpisah meskipun di kamar yang sama. Ketiga, setelah menikah Desi akan melakukan apapun yang ia inginkan dan Alex tak boleh melarangnya begitu pula sebaliknya jika Alex melakukan sesuatu Desi tak boleh melarangnya. Ke empat, setelah menikah keduanya dilarang menyentuh seujung kuku pun. Namun jika dalam keadaan mendesak seperti dihadapan keluarga keduanya boleh berinteraksi secara langsung. Kelima keduanya harus sebisa mungkin tak memperlihatkan kejanggalan di hadapan keluarga mereka jika mereka tengah bersandiwara dalam membina hubungan rumah tangga selama satu tahun. Alex terlihat menganggukkan kepalanya pelan. "Baiklah aku setuju. Tapi kau harus ingat. Bersikap baiklah di hadapan keluargaku. Apalagi pada Sandra. Karena terakhir aku melihat kau sempat bersitegang dengannya," kata Alex penuh penekanan.
Ahh aku lupa kalau dia mempunyai adik yang menyebalkan. Batin Desi. Ia terdiam cukup lama memikirkan apa yang diminta Alex padanya.
"Kenapa kau tidak setuju?" Tanya Alex yang melihat kediaman Desi.
Sepertinya selain aku harus bersabar menghadapinya aku juga harus bersabar menghadapi adiknya. Batin Desi lagi. "Baiklah aku setuju," jawabnya dengan suara lantang. Lalu ia mengeluarkan bolpoin dari dalam tasnya dan menyerahkannya pada Alex. "Cepat tanda tangani surat perjanjian tersebut."
Tanpa menjawab perkataan dari Desi, Alex langsung meraih bolpoin dari tangan Desi dan langsung menandatangani isi surat perjanjian itu. Kemudian ia menyerahkannya pada Desi lagi. "Simpan surat perjanjian itu baik-baik. Supaya kau ingat bahwa perjanjian kita hanya untuk dalam waktu satu tahun," kata Alex lalu ia menyalakan mobilnya dan melanjutkan perjalanan ke rumahnya.
Desi masih memegang map yang berisi surat perjanjian tersebut. Ia memandangi map yang berwarna biru itu. Entah ini keputusan benar atau salah, namun ia tak menemukan jalan lain menghindari perjodohan yang berkali-kali orang tuanya sarankan. Saat bertemu Alex di acara makan malam antar pengusaha ekspor impor kemarin malam ia dengan sadar mengatakan pada kedua orangtuanya bahwa Alex adalah calon suaminya.
Bukankah ini hanya untuk satu tahun? Selama itu pula aku akan mencari laki-laki yang benar-benar mencintai ku. Hanya satu tahun.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Happyy
😎😎😎😘😘
2021-06-04
1
KimKimchie91
setelah Alika farel tamat aq mampir kesini..
semangat author 😍
2021-06-01
1
Az zahra
lanjut thor
2021-06-01
1