Alex sudah berada di rumah. Kini ia sedang berada di kamarnya. Ia duduk bersila di atas tempat tidur. Lalu mengambil laptop yang berada di atas meja nakas. Membuka laptop tersebut di pangkuannya. Mengambil kartu nama yang tadi diberikan Desi padanya. Segera ia mencari nama di mesin pencarian google dengan nama Paulina Desi Darmawan namun tak ada nama tersebut. Lalu ia mencoba dengan nama Darmawan. "Ketemu..." Gumam Alex lirih. Ia scroll ke bawah hendak mencari berita tentang Desi dan keluarganya namun yang ada disana hanya foto pengusaha ekspor impor Darmawan saja beserta sang istri. Tak ada satupun foto Desi yang terpasang disana. "Kenapa tidak ada berita tentangnya? Bukankah dia putri dari pengusaha ternama?" Gumam Alex lagi. Jarinya masih sibuk mencari berita tentang Desi. Ia memikirkan sesuatu sebentar. Jarinya pun ikut terhenti tak memegang touchpad saat ia sedang memikirkan sesuatu. Lalu ia membuka artikel mengenai keluarga Darmawan. Ia membaca artikel tersebut. Disitu menjelaskan bahwa keluarga Darmawan memang mempunyai seorang putri tunggal namun putri mereka tak ingin terekspos di dunia maya alasannya karena putri tunggal mereka tak begitu menyukai berita yang akan membahas kepribadiannya. Putri tunggal mereka membutuhkan privasi yang luas agar media tak membeberkan berita-berita yang tak jelas. "Jadi begitu rupanya..." Gumam Alex lagi sambil menganggukkan kepalanya pelan.
Sampai ketukan di pintu kamarnya berhasil membuatnya menghentikan aktifitasnya. Perlahan pintu terbuka. Dibalik pintu ia melihat sang ibu tercinta tengah memegang nampan yang berisi segelas susu hangat. Sesaat Alex tersenyum penuh makna pada sang ibu. "Mama belum tidur?" Tanya Alex yang masih berada di atas tempat tidur.
"Mana mungkin Mama tidur jika belum melihat kamu meminum susu ini?" Kata Marisa seraya berjalan masuk ke dalam kamar putranya. Lalu ia duduk dia atas ranjang di depan putra kesayangannya. "Minum dulu," kata Marisa lagi sambil memberikan segelas susu hangat pada Alex. Sudah menjadi kebiasaan Alex, sebelum tidur ia selalu dibikinkan susu hangat oleh sang ibu.
Sedangkan Alex langsung menerima susu hangat dari sang ibu setelah itu ia langsung meminumnya.
Marisa melirik laptop yang berada di pangkuan Alex. "Kamu lagi sibuk?" Tanya Marisa.
"Hem..." Alex menghentikan meminum susu yang diberikan oleh ibunya. Padahal susu tersebut masih tinggal separuh. Lalu ia melihat sang ibu yang tengah melirik laptop di pangkuannya. "Nggak..." Jawab Alex seraya menggelengkan kepalanya pelan. "Ada apa?" Tanyanya penasaran.
"Ehm soal..." Marisa menggantungkan kalimatnya.
Alex seakan tau apa yang membuat ibunya gelisah. Ia sedikit tersenyum. Lalu menaruh gelas yang masih berisi susu hangat itu di atas meja nakas. "Besok aku akan memperkenalkan seseorang pada Mama," kata Alex yang sekali lagi melirik artikel yang membahas tentang keluarga Desi.
"Siapa?" Marisa sangat penasaran akan perkataan Alex mengenai orang yang akan bertemu dengannya besok.
"Memangnya siapa lagi?" Ucap Alex seraya fokus pada laptopnya lagi. Ia kembali mencari artikel mengenai keluarga Darmawan.
Sesaat Marisa mengerutkan dahinya. Mencari jawaban di hatinya sendiri saat Alex tak memberi tau siapa orang yang akan dia bawa kerumah. Namun sesaat lagi ia terlihat senang saat ia memandang Alex dan Alex pun menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. Ia menganga tak percaya. Mulutnya ia tutup dengan telapak tangannya. "Benarkah? Kau akan membawa calon istrimu?" Tanya Marisa yang sudah tak sabar saat Alex akan menikah.
Alex kembali menganggukkan kepalanya pasti sambil tak berhenti tersenyum.
"Ahh Mama sangat bahagia," kata Marisa sedikit berteriak. "Mama akan kasih tau Sandra. Dia pasti juga akan bahagia," kata Marisa lagi sambil melangkah keluar kamar Alex.
"Ahh apa Mama sebahagia itu saat tau putranya akan menikah?" Gumam Alex. Lalu ia mengambil susu hangat yang tadi diantarkan oleh ibunya. Dan meminumnya sampai tandas tak bersisa.
***
Sedangkan di kamar Desi. Dirinya juga sudah duduk di atas ranjangnya. Duduk bersila dengan memangku bantal di atas kakinya. Mukanya tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Antara bahagia, sedih atau marah. Dia hanya duduk terdiam. Wajahnya tak mengekspresikan apa-apa.
Dari tadi dia sudah di tanya oleh kedua orang tuanya mengenai bagaimana dia bisa bertemu dengan Alex, namun ia bahkan tak menjawabnya sepatah katapun. Darmawan ayah Desi tidak tau siapa sebenarnya Alex. Yang ia tau Alex hanyalah pria muda yang sudah mengelola perusahaan ekspor impor yang baru berjalan beberapa bulan.
"Papi tanya sekali lagi. Bagaimana kamu bisa bertemu dengan Alex?" Tanya Darmawan namun lagi-lagi Desi diam seribu bahasa.
Ibu Desi yang bernama Siska akhirnya menghampiri putri mereka yang masih setia duduk di atas ranjang. "Sayang..." Kata ibu Desi seraya mengelus kepala sang putri tercintanya. "Siapapun calonnya Mami dan Papi akan merestui kamu. Tapi kamu bahkan sepertinya tidak mengenal ..."
"Sebenarnya..." Desi memotong perkataan sang ibu. "Sebenarnya aku sudah agak lama menjalin hubungan dengan Alex," katanya yang sesekali melihat wajah kedua orangtuanya.
"Apa?" Kata Papi dan Mami Desi secara bersamaan. Mereka terkejut dengan penuturan yang Desi berikan padanya.
"Alex adalah pria baik Pi-Mi..." Kata Desi berusaha meyakinkan kedua orang yang sudah membesarkannya hingga ia berumur dua puluh tujuh tahun ini. "Sebenarnya dia adalah sepupu suami dari Alika. Atasan aku."
"Apa?" Orang tua Desi berkata bersamaan untuk yang kedua kalinya saat tau siapa Alex sebenarnya.
"Sebenarnya..." Desi kembali menggantungkan kalimatnya. "Sebenarnya sebelum Alex pindah ke Jakarta dia berada di Amerika. Dan usahanya disana sudah benar-benar sukses. Tapi karena diriku..." Desi kembali menggantungkan kalimatnya sambil menundukkan kepalanya dalam. Dia sudah berekspresi sesedih mungkin. Berharap dengan begitu orang tuanya akan mempercayai kata-katanya.
"Ah sayang..." Siska memeluk erat tubuh anaknya. "Jadi Alex pindah kesini gara-gara ia sangat mencintaimu," ia berpikir jika Alex pindah ke Jakarta lantaran calon menantunya itu rela meninggalkan bisnisnya yang berada disana hanya untuk lebih dekat dengan Desi.
Kenapa Mami bisa membaca pikiranku? Ya Allah maafkanlah aku. Aku jadi berbohong. Batin Desi yang masih berada di dekapan sang ibu.
"Benar begitu?" Tanya Darmawan mencoba untuk yakin akan penuturan sang istri. Dirinya kini sudah duduk di ranjang Desi.
"Kalau Papi gak percaya. Papi bisa cari artikel mengenai Alex," kata Desi meyakinkan kedua orang tuanya. "Mi-Pi... Desi sangat mencintai Alex. Desi mohon restui kami berdua ya..." Kata Desi seraya memegang tangan kedua orangtuanya. "Alasan Desi tidak pernah menerima perjodohan yang Papi dan Mami rencanakan itu karena Desi sudah mempunyai calon pendamping hidup pilihan Desi sendiri," sambung Desi lagi. Matanya menunjukkan sorot memelas agar orang tuanya bisa merestui dirinya dan Alex.
*
Beberapa saat kemudian Darmawan dan Siska pergi keluar dari kamar Desi. Sedangkan Desi masih duduk di atas ranjang. Ia menghembuskan nafas panjang saat ia sudah lolos dari berbagai pertanyaan yang diluncurkan orang tuanya pada dirinya. Lalu ia membuka bantal di sampingnya. Di bawah bantal tersebut terdapat laptopnya. Ia membuka kembali laptop tersebut. Di mesin pencarian google ia sudah dari tadi melakukan pencarian atas nama Alex. "Untung saja aku segera melakukan pencarian tentang Alex. Kalau tidak..." Desi terlihat memikirkan sesuatu. Lalu ia menaruh laptopnya sembarang di atas tempat tidurnya. "Ahh..." Ia berguling di atas ranjangnya. Memutar badannya ke kanan dan ke kiri. "Aku bisa gila kalau begini..."
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Happyy
👍🏻👍🏻
2021-06-04
1
Az zahra
lanjut thor
2021-05-31
1