Alex menarik tangan Desi agar mengikuti langkahnya ke sebuah taman restoran yang masih menyelenggarakan acara makan malam perusahaan yang mengumpulkan para pengusaha ekspor impor. Taman belakang yang terdapat beberapa meja dan kursi. Di atas masing-masing meja tersebut terdapat peralatan makan seperti piring, sendok, garpu, pisau dan gelas.
Ia menghempaskan sedikit kasar tangan Desi agar bisa berhadapan dengannya. "Apa maksud semua ini?" Tanyanya dengan seringainya. Sudah bisa dipastikan kalau saat ini Alex sedang kesal lantaran orang yang tak pernah ia kenal tiba-tiba mengumumkan bahwa ia akan melangsungkan pernikahan. "Aku bahkan tidak mengenalmu," kini amarahnya sudah naik ke ubun-ubun.
"Stt..." Kata Desi sambil menaruh jari telunjuknya di depan bibirnya. "Jangan keras-keras!" Katanya sambil memperhatikan keadaan sekitar. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri secara bergantian. Memastikan bahwa tidak ada orang selain mereka berdua. Lalu pandangannya mengarah pada Alex. "Kenalin nama aku Desi," katanya sambil mengulurkan tangannya. Berniat bersalaman dengan Alex.
Sedangkan Alex hanya memandang uluran tangan Desi. Lalu ia kembali melihat pada wajah Desi. "Siapa dirimu, itu gak penting!" Jawabnya acuh sambil tak menerima uluran tangan Desi. "Yang penting sekarang apa tujuanmu sampai kau menyeret ku ke dalam masalah ini?" Tanya Alex dengan nada geram. Selama ia sampai di usia dua puluh sembilan tahun, ia tak pernah diperlakukan oleh perempuan seperti Desi memperlakukannya. Jika memang ada perempuan yang menyukainya maka perempuan tersebut pasti akan memperkenalkan dirinya terlebih dahulu. Bukan seperti Desi yang tiba-tiba saja mengatakan pada orang tuanya kalau dirinya adalah calon suami dari anak mereka.
Desi hanya menatap uluran tangannya yang tidak di tanggapi oleh Alex. "Aku hanya ingin meminta bantuan darimu." Masih tidak merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan baru saja.
"Hah..." Alex menghela nafas panjang. Senyuman ejekan keluar dari mulutnya. "Baru kali ini aku menemukan perempuan seperti dirimu."
Hah... Sepertinya aku hanya harus sedikit bersabar untuk meminta bantuannya.
Batin Desi sembari menghembuskan nafas pelan. Lalu ia mengeluarkan senyuman termanisnya. Bukan untuk memikat hati Alex. Namun agar Alex menyetujui apa yang akan ia katakan selanjutnya. Ia sudah terlanjur bilang pada kedua orangtuanya kalau Alex adalah calon suaminya. Ia tak mungkin menelan ludahnya sendiri dengan mengatakan kalau dia dan Alex tak pernah mengenal satu sama lain. "Aku hanya ingin kamu menjadi suamiku selama satu tahun." Kata Desi menawarkan permintaannya.
Terkejut. Pasti Alex merasakan keterkejutan yang amat besar. "Wah..." Katanya sambil tertawa keras. Ia malah bertepuk tangan mendengar penuturan dari Desi. "Aku benar-benar kali ini menemukan perempuan seperti dirimu," katanya lagi. Kemudian ia seketika berhenti tertawa. Menatap tajam mata Desi. "Tapi sorry aku gak minat," ia langsung melangkah pergi meninggalkan Desi.
Desi masih terdiam saat Alex pergi meninggalkannya. Entah apa yang terlintas dipikirannya. Ketika ia melihat pisau yang berada di atas meja, tanpa berpikir panjang ia langsung meraih pisau tersebut dan mendekatkan pisau itu dilehernya. "Apa aku harus bunuh diri dulu baru kau akan menikahi ku?"
Pertanyaan Desi berhasil membuat Alex menghentikan langkahnya. Ia menatap lurus ke depan. Namun sepertinya ia masih enggan untuk menoleh ke belakang.
"Apa kamu benar-benar menginginkan hal itu?" Tanya Desi lagi yang melihat Alex masih tak berbalik padanya.
"Apa kau sekarang sedang mengancam ku?" Tanya Alex yang masih tak membalikkan badannya. "Asal kau tau. Aku bukan tipe pria yang mudah diancam," lalu ia kembali melangkah menjauhi Desi.
"Baiklah jika itu yang kamu inginkan. Maka jangan salahkan aku jika orang tuaku akan menyalahkan dirimu saat nanti aku akan benar-benar melakukan percobaan bunuh diri." Desi kembali melayangkan ancamannya.
Dan tanpa di suruh, sekali lagi Alex menghentikan langkahnya. Entah kenapa ia seperti sedang tersulut emosi saat ia harus bertemu dengan Desi secara tiba-tiba. Lalu ia membalikkan badannya. Jarak mereka kini sudah tiga meter. Ia menatap Desi dari atas sampai bawah. Menatap wanita yang sudah memegang pisau dan menempelkan dilehernya. Melihat rambut pendek Desi yang hanya sebatas pundak. Melihat makeup yang dipakai Desi yang benar-benar natural. Melihat dress pendek yang di pakai Desi sampai batas lutut. Dress warna merah maroon yang dikenakan Desi benar-benar sangat pas di badannya. Melihat tangan kiri Desi yang memegang tas yang juga berwarna merah maroon. Melihat sepatu high heels yang dikenakan Desi menunjukkan bahwa sepatu itu adalah sepatu mahal. Perlahan Alex berjalan mendekati Desi. Kembali ia melihat Desi dari atas sampai bawah. "Dilihat dari penampilanmu kau merupakan keluarga kaya raya. Jika aku bisa membantumu apa yang bisa kau berikan padaku?" Tanya Alex penuh penekanan. Tatapan tajamnya masih ia berikan pada Desi. Namun seakan tak takut akan tatapannya. Desi bahkan tak bergeming sekalipun.
Perlahan Desi menurunkan pisau yang dia pegang. "Apapun yang kau inginkan," jawab Desi penuh kepastian.
Alex menghembuskan nafas pelan sambil melihat ke sembarang arah. "Benarkah apapun yang ku minta?" Tanya Alex sekali lagi. Dan dijawab anggukan kepala oleh Desi.
Bukankah aku bisa memanfaatkan kesempatan ini. Dia hanya menginginkan aku untuk menjadi suaminya selama setahun, kurasa itu ide yang bagus juga. Karena saat ini aku bisa menikahinya saat Mama dan Sandra menginginkan hal itu juga. Siapapun istriku tidak begitu masalah. Yang penting sekarang aku bisa memanfaatkan kesempatan ini. Batin Alex
"Kenapa kau berpikir lama sekali hah?" Tanya Desi yang sudah tidak sabar akan apa permintaan Alex padanya. "Apa kau menginginkan uang. Katakan saja berapa yang kau inginkan."
Alex tertawa keras mendengar perkataan Desi. "Apa kau pikir aku miskin?" Tanyanya kesal. "Jika boleh aku jelaskan acara disini adalah pertemuan antar pengusaha ekspor impor ternama. Dan aku adalah salah satu Direktur di sebuah perusahaan ekspor impor tersebut. Apa penampilanku menampakkan bahwa diriku adalah laki-laki miskin?"
Hah kenapa dia sangat sensitif sekali? Padahal aku hanya menanyakan apa yang biasanya orang inginkan saat kita akan mencapai kesepakatan. Bukankah uang satu-satunya jalan untuk mencapai kesepakatan itu? Batin Desi.
"Maafkan aku. Aku hanya mengira kalau kau..."
"Ahh sudahlah..." Kata Alex sambil mengibaskan tangannya di depan wajahnya. "Aku hanya meminta agar kau bisa bersikap baik pada keluargaku. Jadilah menantu yang sangat diidam-idamkan oleh banyak keluarga diluar sana. Bukankah ini hanya untuk satu tahun? Aku rasa kau bisa mewujudkannya jika kau memang benar menginginkan hal ini," kata Alex panjang lebar. Ya benar saat ini ia memang hanya membutuhkan seorang wanita untuk dijadikan istri. Agar ibu dan adiknya tidak lagi mendesaknya untuk segera menikah. Namun Alex akan menyimpan rahasia ini rapat-rapat dari Desi. Ia juga tak akan mengatakan pada keluarganya jika Desi hanya seorang wanita yang akan menjadi istri pura-pura untuknya.
"Baiklah aku setuju. Tapi aku juga mempunyai satu syarat untukmu," kata Desi yang mengajukan persyaratan pada Alex.
"Wah ternyata kau tipe wanita yang banyak maunya ya?" Kata Alex dengan senyum ejekannya. Ia pikir Desi hanya memintanya untuk menjadi suaminya saja namun kini ia tau kalau Desi masih meminta satu syarat lagi padanya. "Baiklah katakan. Apa itu? Bukankah hanya untuk satu syarat?"
"Aku akan mengatakannya besok padamu. Besok aku juga akan membuat surat perjanjian atas kesepakatan yang telah kita lakukan," kata Desi. Ia sepertinya tak ada takutnya dengan Alex. Padahal jika dipikir dialah yang menyeret Alex ke dalam masalahnya.
"Baiklah," jawab Alex seraya menganggukkan kepalanya. "Berikan alamat rumahmu. Besok kau akan ku jemput."
"Untuk apa menjemput ku?" Tanya Desi sambil mengerutkan dahi.
"Untuk apa lagi? Sudah pasti aku harus memperkenalkan mu pada keluarga ku. Apa kau pikir hanya kau saja yang mempunyai keluarga?"
Haa... Kenapa dia sangat marah sekali? Padahal aku ingin menjadikan dia suami hanya untuk satu tahun. Kata Desi dalam hati. Lalu ia membuka tas yang dari tadi ia pegang. Mencari kartu nama miliknya dan menyerahkannya pada Alex. "Jemput besok aku jam delapan pagi. Awas... Jangan sampai terlambat," kata Desi sambil melangkah pergi meninggalkan Alex seorang diri.
Sedangkan Alex hanya menatap kepergian Desi dengan ekor matanya. Lalu pandangannya ia alihkan pada kartu nama yang ia pegang saat ini.
Bukankah ini hanya untuk satu tahun? Selama itu aku juga akan mencari kekasih untuk menjadi pendamping hidupku. Aku hanya akan membangun rumah tangga dengan wanita yang aku cintai. Kata Alex dalam hati.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Esther
jangan coba coba
2021-07-28
1
Cahaya
Alex juga mempergunakan kesempatan ini dengan baik😄
2021-05-31
2
Happyy
💖💖💖
2021-05-30
1