Gawai yang tergeletak di samping cangkir kopi terlihat berkedip, ia meliriknya sebentar dan tidak terasa kedua garis bibirnya melengkung sempurna.
"Iya, Sayang."
Tanpa bertanya siapa yang memanggilnya, Daniel sudah tahu dari foto profilnya dan username yang ia tulis dengan love hitam di kontak itu.
"Nggak, hanya sedang menikmati langit senja ditemani secangkir kopi dan ... "
Ia terkekeh mendengar pertanyaan ketus dari sebrang sana.
"Dan kamulah, memang dengan siapa lagi?" Lanjutnya.
Suara manja sang kekasih dari sebrang sana membuat hatinya benar-benar terasa damai. Rasanya semua kekalutanya hilang begitu saja.
Daniel mematikan puntung rokok yang tinggal sedikit ke asbak kaca berbentuk ukiran bunga, pemberian kekasihnya waktu anniversary hubungan mereka yang ketiga, tahun lalu.
"Loh harusnya aku dong yang nanya gitu, kamu kapan pulang," ucap Daniel seraya menghempaskan tubuhnya di atas kasur empuk di dalam kamarnya.
Dari jarak yang sangat jauh bahkan berbeda Negara sana, kekasihnya itu bertanya kapan Daniel akan kembali mengunjunginya.
"Aku nggak tahu, Yang. Sekarang perusahaan lagi benar-benar nggak bisa ditinggal, maaf, ya!"
Nada bicaranya terdengar lesu, dan gadis di seberang sana terdengar mengiyakan. Sudah seperti itu memang jika Daniel sedang ada masalah, mau tidak mau ia akan tetap stay di sana sampai perusahaannya kembali stabil.
"Ganti vidio call aja, Yang. Aku ngantuk," ucap Daniel dan segera mematikan sambungan telepon, tetapi kemudian terdengar lagi bunyi sambungan vidio.
Daniel tersenyum lebar melihat wajah cantik yang selalu ada di dalam mimpinya selama ini, gadis cantik yang menjadi tujuan masa depannya. Gadis cantik yang selalu memberi motivasi lebih ketika ia terpuruk dan lelah seperti saat ini, gadis itu juga yang membuatnya bertahan dalam ketidakadilan selama ini.
"Kamu kok jelek sih?"
Ayara-gadis itu memeletkan lidahnya pada Daniel disertai delikan mata tajam pada kekasihnya itu. Tawa Daniel menggema walau matanya sudah tinggal lima watt, ia paling menyukai saat Ayara merajuk. Sangat lucu dan menggemaskan.
"Daniel, mandi. Jangan tidur dulu ih, kamu jorok." Teriak Ayara membuat Daniel yang sudah merebahkan kepalanya kembali terbangun.
"Ngantuk, Sayang." Ia berusaha membuka mata yang sudah sangat lengket.
"Mandi dulu, pokonya." Sekali lagi Ayara meneriaki lelaki itu.
"Iya, Sayang. Jadi kangen kamu deh," ucap Daniel seraya bergerak turun dari ranjang.
"Kangen aku jewer kalau malas mandi, iya?"
Tawa Daniel kembali membahana, sudah bukan rahasia lagi jika Daniel yang selalu tampil sempurna dan perfect ketika di hadapan semua orang. Ternyata dia adalah lelaki yang paling susah kalau di suruh mandi, terlebih ketika ia sudah lelah dan mengantuk.
Sambungan vidio call berakhir karena Daniel yang harus mandi lebih dulu, dan Ayara yang masih harus berkutat dengan setumpuk tugas-tugas kuliahnya di sana.
Baru saja Daniel keluar dari kamar mandi, ia sudah dikejutkan oleh sosok yang paling ia hindari keberadaannya. Lelaki itu sudah berbaring sambil menonton televisi di kasur milik Daniel.
"Ngapain lu, Bang?"
Sebenarnya Daniel hanya berbasa-basi saja, ia tentu tahu jika keberadaan David di sana bukan tanpa alasan. Lelaki itu jarang keluar masuk kamar Daniel seenaknya seperti yang dilakukan Devan.
"Proyek lu di Malang gagal?" tanya David, ia merubah posisi menjadi duduk dan menantikan layar tv.
"Nggak," jawab Daniel sambil memakai kaos dan celana pendeknya.
"Kalau lu butuh bantuan, ngomong ke gua jangan diam saja. Gua mana tahu, lu butuh bantuan." David menatap setiap gerak-gerik sang adik.
"Gua nggak butuh bantuan lu,"
"Niel, lu adik gua. Sudah seharusnya gua bantu lu, gua nggak setega ... "
"Basi lu." Potong Daniel seraya berbaring dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
David menghela napas panjang melihat sikap Daniel yang selalu seperti itu. Ditatapnya lamat-lamat wajah yang tertutup rapat oleh selimut itu, hingga akhirnya ia menyerah dan keluar dari kamar adiknya itu.
Setelah yakin David pergi dari kamarnya, Daniel membuka selimut dan beringsut duduk bersandar pada kepala ranjang.
Tubuhnya lelah, tetapi hatinya lebih lelah saat ini. Daniel lelah jika terus-menerus dibandingkan dengan David yang segudang prestasi oleh kedua orang tuanya. Kenapa baru sekarang David datang menawarkan bantuan, dulu kemana saja. Bahkan dulu dia seperti sengaja menumbalkan dirinya di perusahaan tersebut.
"Aarggghhh..." Daniel marah, ia mengambil bantal dan menenggelamkan kepalanya di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Ran_kudo
nasib anak ditengah2..
yg pertama kebanggaan
yg terakhir dimanja..
yg kedua kena getahnya..😌😌
2021-06-13
1