Gravitasi Takdir
Matahari sangat terik siang ini di Bandara Soekarno Hatta. Seorang lelaki berpakaian perlente sedang berdiri dengan gugup, ia berjalan ke sana ke mari untuk menghalau rasa yang kian membuatnya tegang.
Satu persatu orang suruhannya sudah memberikan informasi lewat earphone yang menempel di telinganya.
Tidak berapa lama ia mendengar dari pengeras suara bahwa pesawat yang sedari tadi ia tunggu sudah tiba. Lelaki itu menarik napas panjang sejenak dan perlahan ia menyiapkan mental, lalu keluar dari ruang tunggu VVIP itu.
Seorang lelaki berpakaian bodyguard memberinya sebuket bunga mawar putih, ia menatap sejenak rangkaian bunga cantik itu. Tidak lama senyumnya mengembang dan dengan yakin ia menggenggam buket mawar lalu menuju tempat yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Hiruk pikuk Bandara tidak menyurutkan niat baiknya hari ini. Setelah menunggu beberapa tahun, ia merasa kali ini adalah saat yang tepat untuk mengakhiri semuanya.
Bodyguard yang tadi memberikan sebuah tablet berisi rekaman para penumpang pesawat yang baru saja mendarat. Perlahan senyum itu kian mengembang ketika melihat seorang gadis memakai celana jeans hitam panjang serta kaos hitam dengan jaket bulu peach menjadi pelapis kaos dan sepatu boot hitam senada dengan celananya itu mendapatkan setangkai mawar putih pertamanya dari seorang pengunjung Bandara.
Gadis itu terlihat kebingungan, apalagi koper yang ua bawa telah diambil seseorang tanpa permisi. Ia melanjutkan langkahnya mengikuti arahan dari setiap orang yang memberikannya setangkai demi setangkai mawar putih.
Gadis cantik di balik kaca mata hitam besarnya itu menerima mawar untuk kesekian kali. Di tangannya sudah hampir seikat besar bunga kesukaannya itu dan sampai saat ini ia tidak tahu siapa yang memberikannya.
Ia menyugar rambut hitam panjang yang melambai tertiup angin dengan sebelah tangannya. Langkah kakinya kini sudah sampai di area parkir dan ia masih mendekap bunga-bunga itu. Bahkan dirinya sudah menjadi pusat perhatian semua orang saat ini.
Ayara-gadis itu meletakan asal bunga di atas kap mobil yang ia hapal betul siapa pemiliknya. Plat mobil yang menggunakan inisial mereka lah yang pertama kali Ayara ingat.
"Yara,"
Sebuah suara yang ia sangat hafal betul siapa pemiliknya terdengar dari belakangnya. Ayara memutar tubuh untuk melihat lebih jelas si pemilik suara itu.
Di sana sudah terlihat seorang pemuda dengan kemeja panjang yang sudah di gulung sampai batas siku serta celana kain yang senanda dengan kemejanya. Rambutnya tersisir rapi, membuat Ayara mengernyit heran. Pasalnya pemuda itu sangat jarang terlihat rapi jika bukan sedang di kantor.
Di tangannya terdapat sebuket mawar putih yang Ayara yakin adalah teman dari bunga yang sejak tadi ia terima.
"Daniel?"
Pemuda yang Ayara sebut Daniel itu mendekat, perlahan ia berlutut mengulurkan bunga di tangannya pada Ayara.
Gadis itu tersipu, ditambah area parkir kini telah dipenuhi orang yang mengabadikan momen langka ini. Tidak sedikit mereka memotret dan memidio keduanya.
Ayara menerima uluran bunda dari Daniel dengan jantung berdegup kencang. Tapi, sebenarnya Ayara tidak tahu bahwa Daniel pun merasakan hal yang sama.
"Yara, Beberapa waktu telah kita lewati. Banyak hal yang sudah kita lalui bersama. Tidak mudah memang. Tapi, aku selalu heran. Setiap kesulitan seperti tidak ada apa-apanya asal itu tentang kamu. Berjuta rasa yang tak mampu diungkapkan dengan kata-kata. Dengan beribu cara kamu selalu membuatku bahagia. Kamu adalah alasan dan jawaban atas semuanya.
Yara, aku menunggu saat ini sudah begitu lama. Menunggu saat yang tepat untuk mengakhiri semua ini. Menunggu hari ini, di mana aku dan kamu akan segera menjadi kita.
Yara, aku tahu, aku tidak sempurna. Tapi, aku akan berusaha membahagiakan kamu apapun alasannya. IM promise!
Yara, Will you marry me?"
Daniel mengulurkan sebuah kotak transparan berwarna putih bening. Terlihat di dalamnya sebuah cincin berlian yang berkilau apalagi tersorot cahaya matahari.
Ayara membeku, lidahnya kelu. Ia tak mampu berkata apa-apa saat ini. Hatinya bergejolak.
Bagaimana tidak hubungan mereka sudah berjalan empat tahun lebih dan ini adalah momen yang sangat dinantinya sejak lama.
Perlahan ia mengusap sudut matanya yang berair, ia mendongak sejenak guna menghalau cairan yang kembali siap menetes. Setelah mengembuskan napas panjang ia kembali menatap Daniel yang masih setia di tempatnya.
"Yes, I Will."
**Sabar-sabar, masih prolog.
Kalo penasaran ikutin terus kisah mereka sampai akhir. okeh
Author keceh
Myhani
Cianjur-29-Mei-2021**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Ran_kudo
mencoba baca dlu ya Thor.. siapa tahu tertarik 🥰
semangat trs nulisnya 💪💪
2021-06-13
1
Alfatihah
mantap
2021-05-30
1
lilis suryani
suka...
2021-05-30
0