Tasya sudah selesai mandi, dia mengeringkan rambutnya. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu, dengan kuat. Tasya melangkahkan kakinya, untuk membuka pintu.
"Kamu hari ini tidak ke kantor, maka aku akan memberikan banyak tugas." Ujar Devin.
"Hmmm." Tasya berdehem.
"Bila diberikan instruksi dengan atasan, biasakan untuk tidak menjawab acuh." Devin memberikan peringatan.
Dia memberikan dokumen pada Tasya, istrinya itu mengambil dengan kasar dari tangannya. Dengan cepat dia menutup pintu, hingga suaranya terdengar karena dorongan yang kuat.
"Kalau tidak ingat dengan orangtuanya, sudah aku pecat bocah kecut ini." Gerutu Devin.
Dia menarik nafasnya dengan perlahan, karena terkejut dengan suara pintu yang terbanting itu.
Tasya menghidupkan laptopnya, mulai mengerjakan tugas yang diberikan oleh Devin. Bibirnya sudah dimajukan ke depan saja.
"Bisa kurang tidur kalau seperti ini." Monolog Tasya.
Dia mengetik papan tombol laptop, dengan kuat. Dia sedang memikirkan tugas sekolah juga. Banyak sekali yang masuk dalam pikirannya.
"Tasya, boleh Oma masuk?" Tanya Alisha.
"Iya Oma, masuk saja. Aku tidak mengunci pintu kamarnya." Jawab Tasya.
Alisha membuka pintu kamarnya, lalu menghampiri Tasya yang sedang sibuk.
"Baru saja pulang, kenapa langsung bekerja." Ucap Alisha.
"Tidak apa-apa Oma. Aku sudah terbiasa." Jawabnya.
'Aku sudah terbiasa dikerjai oleh cucu Oma yang kaku itu.' Batin Tasya.
Alisha meletakkan makanan yang dibawanya, di atas meja bundar. "Oma membawakan kamu segelas susu, dan juga nasi serta lauk pauk. Kamu makan dulu iya, jangan terlalu kecapekan." Ujar Alisha lembut.
"Terimakasih Oma, telah perhatian padaku." Jawab Tasya.
Alisha mengangguk dan tersenyum. Setelah itu, dia keluar dari kamar. Beberapa jam kemudian, tugas dari Devin sudah selesai. Dia segera mengantar dokumen dan flashdisk ke kamar Devin.
Tasya mengetuk pintu, lalu masuk setelah dipersilahkan. Tasya melihat seisi kamar yang tidak berubah, masih terlihat foto Clara bertebaran di mana-mana. Bahkan di atas ranjang tidur juga, ada foto tunangan Devin itu.
'Dasar gila, bisa-bisanya masih berharap. Apa di dunia ini tidak ada perempuan lain.' Batin Tasya.
"Ngapain kamu memandang kamarku seperti itu?" Tanya Devin curiga.
"Tidak apa-apa, hanya terlalu berantakan. Banyak barang tidak penting, yang harus disingkirkan." Jawabnya, seraya menyerahkan dokumen dan flashdisk pada Devin.
"Kamu sudah mengerjakan laproan ini dengan teliti 'kan?" Tanya Devin.
"Sudah." Jawab Tasya acuh.
"Keluarlah, aku akan segera memeriksanya." Ucap Devin.
"Baiklah." Jawab Tasya.
Tasya masuk ke kamarnya, sekarang giliran mengerjakan tugas sekolahnya. Mungkin tengah malam nanti, tugasnya baru akan selesai. Bergadang lagi, itulah yang sering Tasya lakukan.
Ponsel Tasya tiba-tiba berbunyi, ternyata Ferdian yang memanggilnya.
"Hai Tasya." Ucap Ferdian.
"Ada apa?" Tanya Tasya.
"Besok pagi, kita pergi ke sekolah bersama ayo." Ajak Ferdian.
"Maaf, aku tidak bisa. Bagaimana pun juga, aku lebih nyaman bila sendiri." Jawab Tasya.
"Nyaman sendiri kamu bilang. Lalu Kak Devin, kamu anggap siapa?" Tanya Ferdian.
"Sebatas hubungan rekan kerja." Jawab Tasya.
"Kalau hanya rekan kerja, kenapa dia mengantarmu ke sekolah kemarin." Ucap Ferdian, masih saja mengintrogasi.
"Aku rasa, itu bukan urusanmu." Jawabnya dengan acuh.
Tasya merasa kesal dengan Ferdian, dia masih saja mengejarnya. Sudah jelas saat mengungkapkan perasaannya, Tasya menolak untuk menjadi pacarnya.
"Dasar pria buta cinta. Kenapa hidupku dikelilingi oleh dua pria, penghancur suasana." Monolog Tasya.
Keesokan harinya, seperti biasa Tasya bersiap-siap untuk pergi ke sekolahnya. Hari ini, dia akan pergi bersama Devin.
"Kamu hari ini jangan pergi dengan temanmu. Harus langsung ke kantor." Titah Devin, sambil fokus menyupir mobil.
"Iya." Jawab Tasya singkat.
"Iya, iya, tapi tidak dilaksanakan." Devin mengomel.
"Sebenarnya tuan ini perempuan, atau laki-laki?" Tanya Tasya.
"Apa kamu tidak bisa menilainya sendiri." Jawab Devin.
"Kalau tuan merasa laki-laki, harusnya jangan suka menggerutu. Yang pantas banyak bicara adalah perempuan." Ucap Tasya.
"Jangan mengajari atasan, sungguh tidak sopan." Jawab Devin.
Keduanya sering terjadi pertengkaran kecil, sejak hari dimana Tasya menjadi pengantin pengganti.
Bel berbunyi, Tasya dan teman-temannya sudah berada di dalam kelas. Guru masuk ke kelas dan menerangkan pelajaran.
"Tasya, tolong kamu ambil papan kanvas di gudang belakang." Titah ibu guru.
"Baik Bu." Jawab Tasya.
"Ibu, biar aku temani iya. Kasian bila Tasya sendiri, di gudang belakang kabarnya angker." Ucap Ferdian.
"Iya sudah, temani ketua kelasmu." Jawab ibu guru.
"Siap Bu." Ujar Ferdian bersemangat.
Ferdian langsung mengikuti langkah kaki Tasya. Ferdian melihat Tasya yang berjalan sangat cepat. Tasya berjalan menuju lorong-lorong kecil.
"Tasya, kamu harus hati-hati. Gudang belakang sudah lama, tidak ada yang memasukinya." Ferdian memberi peringatan.
"Lalu, kamu pikir akan ada hantu berkeliaran?" Tasya malah bertanya.
"Mungkin saja, makhluk halus selalu mengintai." Ferdian menakuti Tasya, dengan memperlihatkan kukunya.
"Haha kamu lucu sekali sih. Sudahlah, ayo kita ambil papan kanvas yang disuruh Bu guru." Ajak Tasya, setelah tertawa.
Tasya mulai membuka pintu gudang, lampu di sana terlihat berkedip-kedip. Ferdian ketakutan, sibuk menyenggol lengan Tasya.
"Tasya, kita kembali ke kelas saja ayo." Ajak Ferdian.
"Kalau kamu takut, kamu saja yang kembali ke kelas." Jawab Tasya.
Tasya membuka lemari, dia mengambil papan kanvas yang tergeletak di sana. Tasya mengambil kain, untuk mengelap papan tersebut.
"Alhamdulillah, akhirnya ketemu juga." Monolognya.
"Tasya, ada sesuatu di belakang punggungku." Keluh Ferdian, dia terlihat ketakutan.
"Ada apa sih." Jawab Tasya kesal.
Dia segera memeriksa, ternyata hanya laba-laba yang menempel. Tasya memperlihatkannya pada Ferdian.
"Percuma kamu menemani aku. Dasar laki-laki penakut." Ledek Tasya.
"Aku pikir hantu tadi Tasya." Jawabnya.
"Aku pikir laki-laki tidak pantang menyerah sepertimu, tidak takut dengan makhluk halus." Ujar Tasya.
"Syaitan nya 'kan seram. Kalau cantik seperti kamu, aku juga tidak takut." Jawab Ferdian.
Tasya segera berjalan duluan, malas mendengar rayuan Ferdian yang tidak penting. Sesampai di kelasnya, dia memberikan papan kanvas pada ibu guru.
"Ibu akan memberikan contoh kehidupan biota laut. Sekarang Tasya gambar di papan kanvas iya." Titah ibu guru.
"Baik Bu." Jawabnya.
Dia segera maju ke depan kelas, mulai mencoret papan kanvas dengan kuas. Semua siswa dan siswi melihat dengan seksama. Terlihat hewan yang digambar, di depan kelas.
"Wah, bagus sekali." Ujar Tera.
"Iya, kamu pintar melukis iya Sya." Puji Okta.
Jelita hanya tersenyum, tanpa berkomentar apapun. Namun, matanya tetap fokus memandang ke arah depan.
"Sekarang kamu jelaskan pada teman-temanmu, apa itu biota laut." Titah ibu guru.
"Biota laut adalah makhluk hidup yang ada di laut. Bisa berupa hewan, tumbuhan, ataupun terumbu karang." Tutur Tasya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Amanah Amanah
Tasya gadis yg aktif ya...di sekolah di kntor dn di rumh bnyk aktifitasnya
2022-02-27
0
Novel
anak SMA tpi ekxtrim skapx sperti tmanx Tasya...
2021-06-27
2
Ruby Talabiu
smangat mba up nya
2021-05-30
2