Pada pagi hari, semua keluarga Argan Sebastian telah berkumpul. Hari ini merupakan hari pernikahan Devin dan Clara. Namun sesosok perempuan cantik yang ditunggu oleh Devin, belum juga terlihat batang hidungnya.
"Kemana calon pengantin mu itu?" Bisik Argan, pada telinga Devin.
"Pasti dia akan segera datang Pa. Tunggulah sebentar lagi." Jawab Devin, berusaha terlihat tenang.
"Kalau sampai dia tidak datang, dan mempermalukan keluarga Sebastian. Papa tidak akan sudi, untuk melihat wajahnya lagi." Ucap Argan dengan ancamannya, yang tidak main-main.
'Kemana tuh calon pengantinnya tuan Devin. Kok sudah siang, belum juga datang. Tamu undangan sudah pada berkumpul, cukup lama juga menunggunya.' Batin Tasya.
"Tuan Argan, apa sudah bisa dimulai?" Tanya pak penghulu.
"Belum Pak, tunggu sebentar lagi iya. Pengantin perempuannya masih di dalam perjalanan." Jawab Argan lirih.
"Baiklah Pak, saya akan menunggunya setengah jam lagi." Jawab pak penghulu.
Argan tampak gelisah, Nadin pun juga sama. Hatinya mulai bergejolak, pikirannya seakan berlarian kemana-mana.
"Sayang, kita harus yakin bahwa acara ini akan baik-baik saja." Ucap Nadin.
"Apa kamu seyakin-yakinnya, lihatlah ini sudah pukul berapa." Jawab Argan. Dia memasang raut wajah, yang super panik.
Dia terus memperhatikan jam di tangannya, hanya ada waktu setengah jam lagi. Tiba-tiba saja ponsel Devin berbunyi, dia segera menjauhkan dirinya dari keramaian.
"Assalamualaikum Devin." Ucap orang di seberang telepon.
"Waalaikumus'salam, ini Papanya Clara 'kan?" Tanya Devin.
"Iya, ini Papa Clara. Aku ingin mengabarkan, bahwa Clara tidak ada di kamarnya. Dia kabur meninggalkan rumah ini, secara diam-diam." Jawab pria tersebut.
Betapa hancur hati Devin, dia sangat mencintai Clara. Dia sangat berharap, bisa memiliki perempuan itu secara sah.
"Kenapa dia tega melakukan ini padaku." Ujar Devin, dia mulai emosi.
"Maafkan Om Devin. Sampaikan juga pada keluargamu, permohonan maaf dari kami." Jawabnya.
Devin terlalu kecewa, dia mematikan sambungan teleponnya. Tidak permisi lagi, sungguh sulit untuk berkata-kata. Semua tamu sudah datang, akan diletakkan di mana wajah orangtua sekaligus dirinya sendiri.
Devin berjalan kembali ke tempat keramaian. Di mana, banyak makhluk hidup berkumpul.
"Papa, Clara kabur dari rumahnya. Sepertinya dia tidak menginginkan pernikahan ini." Bisik Devin.
Argan terkejut bukan main, mengelus dadanya berkali-kali. Nadin dapat mendengar yang Devin ucapkan, karena dia berada di sebelah Devin.
Dera mencuil tangan Nadin, dia penasaran dengan apa yang mereka bicarakan. Sepertinya terlihat serius, dengan raut wajah yang sama-sama panik.
"Pengantin perempuannya kabur Dera. Aku bingung harus bagaimana dengan acara ini." Jawab Nadin.
Matanya memandang sekitar, banyak tamu membuatnya merasa tidak enak. Sedih, tentu saja dirasakan oleh Argan dan Nadin.
'Sepertinya, sengaja ada yang merencanakan ini semua. Dari awal kedekatan tuan muda dengan Clara, aku sudah tidak menyukainya.' Batin Dera.
Heru ada di sebelah Dera, dia dapat mendengar dengan jelas pembicaraan Dera walaupun lirih. Heru menyenggol tangan Argan, menyuruhnya untuk berjalan menjauh dari keramaian. Dera dan Nadin mengikuti mereka juga, kecuali si Tasya dan Devin tetap berada di sana.
Mereka menghentikan langkahnya, segera berdiskusi di tempat yang sedikit hening.
"Aku punya ide tuan muda. Bagaimana kalau kita ganti pengantin perempuannya." Ucap Heru.
"Siapa yang akan menjadi pengantin pengganti?" Tanya Argan.
Sepasang mata memperhatikan, dari balik tembok pembatas. Dia sudah terlihat cantik, karena baru saja selesai berdandan di kamarnya.
"Aku akan menyuruh Elina, menggantikan Clara. Dia akan menikah hari ini juga, dengan Devin." Jawab Heru, dengan yakin.
"Apa dia akan mau Pa, dia 'kan tidak mau dijodohkan. Dia pernah mengatakan, ingin membuka lembaran baru dengan balance marriage." Jawab Dera, menjelaskan panjang dan lebar.
"Aku akan membujuknya, dia paling dekat dengan Papanya." Ucap Heru.
"Baiklah, tidak ada pilihan lain. Aku akan menyetujuinya, terimakasih telah membantuku asisten Heru." Ucap Argan.
Elina yang mengintip di balik tembok pembatas, segera memasang langkah untuk berlari. Dia kembali ke kamar, memasukkan barang ke dalam kopernya secepat mungkin.
"Aku tidak ingin berstatus sebagai pengantin pengganti. Aku harus segera melarikan diri." Monolog Elina.
Kamar Elina yang rapi menjadi berantakan, karena dia terburu-buru membongkar barang yang tersusun. Tangannya gesit mengambil pena dan buku, menulis surat secepatnya.
"Elina, apa kamu masih ada di dalam?" Tanya Heru.
Tidak ada sahutan dari dalam. Elina membuka jendela kaca pelan-pelan. Dia sengaja kabur, padahal niat awalnya ingin menghadiri pesta. Elina menyinggahi taksi yang kebetulan lewat.
"Alhamdulillah aku berhasil kabur." Elina masih mengatur nafas, yang berlarian.
Sementara Tasya dan Devin, berkali-kali menatap ruangan yang terhalang tembok pembatas.
"Tuan, kenapa Clara kabur?" Tanya Tasya, dia membuka pembicaraan.
"Aku juga tidak tahu." Jawab Devin acuh.
'Kalau tidak karena penasaran, aku malas untuk bertanya pada pria kaku ini.' Batin Tasya.
"Ternyata rumit sekali pernikahan. untung saja aku masih SMA." Ucap Tasya.
"Diam lah, jangan membandingkan dirimu dengan diriku." Jawab Devin, menatap Tasya dengan sorot mata tajam.
Argan dan Heru berjalan dengan cepat, menuju ruangan acara. Mereka sudah memeriksa kamar, namun tidak menemukan Elina. Hanya secarik kertas, yang kini dibaca oleh Dera sambil berjalan.
"Sungguh mengecewakan, dia tidak bisa diandalkan." Celetuk Dera. Dia menepuk dahinya, dengan sedikit keras.
"Pak penghulu, pengantin perempuannya sudah siap." Ucap Heru.
"Alhamdulillah, mari kita mulai acaranya." Jawab penghulu.
"Ayo Tasya, segera duduk di sebelah Devin." Titah Heru.
"Apa?" Tasya merasa kaget.
'Kenapa harus aku yang menikah. Apa-apaan ini, aku masih sekolah. Harusnya menunggu dewasa, aku tidak ingin menikah muda.' Batin Tasya.
Dera mengedipkan matanya pada Tasya, sambil menganggukkan kepalanya. Pertanda menyuruhnya, untuk segera bergerak cepat. Dera berjalan mendekati Tasya, dia membisikkan sebuah kalimat.
"Kalau kamu sayang pada kami. Tolong, berkorban lah sekali ini saja." Pintanya.
"Ma, aku masih sekolah." Bisik Tasya.
"Kak Elina kabur, jadi hanya kamu harapan kami di sini." Jawab Dera.
Tasya akhirnya menurut, dia duduk di sebelah Devin. Pria di sebelahnya merasa enggan, untuk bersanding dengan Tasya. Dia sengaja memberi jarak. Devin menjabat tangan penghulu, ijab kabul pun diucapkan dengan lantang.
"Bagaimana para saksi, sah?" Tanya penghulu.
"Sah." Jawab semua yang hadir.
Semua orang menikmati makanan, setelah acara ijab qobul selesai. Lain halnya dengan Tasya, dia malah menjadi tidak bersemangat menghadiri acara itu.
'Mimpi apa aku, sehingga hari ini harus menjadi pengantin pengganti. Aku tidak mau, menjadi istri tuan Devin.' Batin Tasya.
Dia melirik orang di sebelahnya dengan cemberut.
"Ngapain kamu, memandangku seperti melihat mangsa. Aku juga tidak sudi, untuk menjadi suamimu." Ucap Devin, dengan suara yang dingin.
"Bagus, dengan seperti itu kita bisa pisah kamar." Jawab Tasya spontan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
De'Ran7
dih udah baik di gantiin..kalo gak yg malu banget kan situ ya.wkwk dikhianati udah gitu pengantinnya lari lagi sama sahabatnya
2022-10-24
0
De'Ran7
hm..lucu sekali ya itu kata²(maaf)..pasti sakit banget dah tuh n malu jga sama orang yg undang
2022-10-24
0
🌹🪴eiv🪴🌹
itu berarti nikah masih umur 19 sama 18
kirain barapa taun kemudian 🤭
2022-01-02
2