chapter 1

Pada suatu hari yang cerah dimana burung-burung berkicau dan bunga-bunga bermekaran, seorang anak laki-laki berdiri di pinggir sungai yang mengalir deras. Rambut putih nya berkibar di hempaskan angin. Memegang sebuah kerikil kecil, anak laki-laki tersebut melemparnya dengan santai ke sungai deras itu.

Mata birunya berkilau dibawah sinar matahari yang terik, wajahnya yang bulat dan bibirnya yang merah membuat sang anak itu tampak imut. Anak laki-laki mungil tersebut dengan murung melempar kerikil-kerikil yang berada di pinggir sungai.

Daun-daun kering berjatuhan di musim semi ini, membuat dunia seakan dihujani oleh dedaunan kering. Sekelompok anak-anak berjalan menuju sungai tempat sang anak laki-laki itu berada, mereka tampak membicarakan suatu hal sampai mereka melihat sang anak laki-laki yang sedang melempar kerikil.

"Hei teman-teman, Lihat! Itu si rambut putih aneh." Ucap seorang anak laki-laki bertubuh gendut dengan lantang.

Anak-anak lain tertawa dengan keras mendengar perkataan anak gendut tersebut, lalu mereka menghampiri sang anak laki-laki yang sedang menatap mereka dengan wajah hati-hati.

"Apa yang kau Inginkan Klein, aku sepertinya tidak mempunyai masalah apapun dengan mu." Ujar sang laki-laki dengan serius.

"Jangan membuatku tertawa, Azzure. Orang rendahan tak berkekuatan seperti mu tak pantas berada di dunia ini. Kau hanya menggangu pandangan ku, dasar rambut putih aneh." Dengan jijik Klein berkata.

Anak-anak yang lain tertawa terbahak-bahak dan beberapa mulai melempari Azzure dengan batu-batu kecil. Azzure hanya bisa melindungi kepala dan tubuhnya dengan lengan mungilnya. Hal tersebut berlangsung untuk beberapa detik. Tubuh mungil Azzure terjatuh ke tanah dan membuat dirinya kotor dan lusuh.

Klein mendekati tubuh Azzure yang terjatuh dan menendang Azzure menjauh dengan kekuatan besarnya, Azzure terpental ke sungai yang mengalir deras tersebut. Mengetahui posisinya, Azzure merasa panik dan meronta-ronta berusaha keluar dalam situasi tersebut. Sedangkan anak-anak itu tertawa melihat usaha Azzure yang sia-sia.

Azzure mencoba keluar dari sungai itu. Tetapi, semakin ia berusaha untuk keluar, ia malah semakin hanyut terbawa derasnya arus sungai tersebut. Melihat Azzure yang pergi terbawa arus, Klein tersenyum sinis dan pergi bersama kelompoknya.

Di arus yang kuat itu, Azzure berusaha berenang namun tubuh kecilnya tak mampu menahan arus yang deras itu. Dengan rasa putus asa, Azzure menutup matanya.

"Hei, bocah! Cepat Ambil tanganku!" Teriak seorang anak bertubuh besar.

Azzure membuka matanya dengan terkejut dan dengan cepat mengulurkan tangan kecilnya ke orang tersebut. Anak bertubuh besar itu segera menarik Azzure yang hampir tenggelam terbawa arus dan melemparnya keluar dari sungai.

Azzure terengah-engah dan tampak lemas setelah kejadian itu.

"Ahh..... terima kasih atas pertolongan mu, aku hampir berpikir semuanya akan berakhir disitu." Azzure berusaha berdiri sambil mencoba mengeringkan dirinya.

"Jangan bermain di dekat sungai, bocah. Disana sangat berbahaya. Kau hampir saja mati." Ucap si anak.

"Berhentilah memanggil ku bocah, kita hampir terlihat seumuran, tahu! Walau..... tubuh mu mungkin lebih besar dari ku. Ehh panggil saja aku Azzure."

"Glenn, panggil saja aku glenn. Kau sebaiknya pulang kerumah dengan kondisi mu sekarang." Menatap Azzure dari atas ke bawah.

"Kau benar. Aku sebaiknya pulang, sampai jumpa lagi Glenn, sekali lagi terima kasih banyak. Aku sangat menghargai bantuan mu." Azzure tersenyum kepada Glenn, dan segera berjalan pergi.

Glenn menatap punggung anak kecil yang baru saja dia tolong dengan aneh,

"Apa-apaan rambut putih itu, dia terlihat aneh."

_______________

Azzure berlajan tertatih-tatih, lemparan batu batu itu melukai kaki nya. Tapi ia tetap berusaha keras berjalan menuju rumah. Sampai akhirnya dia sampai pada sebuah rumah kayu yang terlihat seperti kabin kecil.

Dengan gugup Azzure memasuki rumah itu, berusaha memikirkan alasan kenapa dia sampai dalam kondisi seperti ini. Memasuki rumahnya, Azzure disambut bau harum masakan, membuat dirinya merasa sedikit tenang.

Azzure berusaha mengendap-endap menuju kamarnya sebelum suara Ibunya membuatnya terkejut.

"Azzure! Apa yang terjadi kepada mu?! Kenapa kau bisa basah kuyup dan terluka seperti ini?" Teriak sang Ibu yang segera menghampiri Azzure.

"Ahh.... ini emm.... aku terjatuh ke dalam sungai dan terbawa arus. Aku minta maaf bu." dengan gugup Azzure menjawab.

Ibu Azzure dengan cepat menggengam tangan anaknya, cahaya hijau terang menyinari tanganya, menyebar keseluruh tubuh Azzure. Dalam hitungan detik, tubuh Azzure kembali seperti biasa tanpa luka dan tubuhnya yang basah kembali mengering.

Azzure menatap dengan takjub dengan keajaiban yang terjadi dihadapannya, tidak peduli berapa banyak dia melihat Ibunya menggunakan kekuatan miliknya, Azzure selalu takjub. Azzure kecil selalu ingin mempunyai kekuatan, apa daya Dewa-dewa berkata lain.

Merasakan perasaan anaknya, Ibu Azzure tersenyum tipis dan berkata,

"Jangan lah cemberut seperti itu, kamu akan merusak wajah tampan mu itu. Bahkan tanpa kekuatan kau masih bisa melakukan banyak hal menakjubkan, keajaiban tidak selalu muncul dari kekuatan. Terkadang keajaiban muncul dari dalam dirimu sendiri."

"Benarkah itu Ibu?" Azzure menatap ibunya dengan rasa berharap.

"Itu benar, jangan lah berkecil hati. Percayalah pada dirimu sendiri, kau tidak perlu kekuatan untuk menjadi hebat. Lakukan lah dengan cara mu sendiri."

Ibu Azzure memeluk tubuh anaknya yang kecil dengan erat.

Itulah kata-kata yang selalu ku pegang erat, aku selalu berharap pada kata kata itu.

Terpopuler

Comments

Jimmy Avolution

Jimmy Avolution

Hadir....

2022-02-23

0

Konan

Konan

klein memeg sini lo anj8ng

2022-01-18

0

ベルゼブブ

ベルゼブブ

hmmm

2022-01-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!