Mas Minang dan Adek Jawa
Part 5
Danil pamit ingin menjemput Naila--teman perempuannya. Malam ini dia akan mengenalkan Naila kepada Faisal. Naila dan Danil telah satu bulan menjalin hubungan. Dia berangkat menggunakan mobil pick up milik mereka.
Selesai mandi dan salat Magrib, Faisal merasa lapar. Di rumah hanya ada nasi putih di dalam magic com. Mau keluar mencari makanan rasanya enggan. Faisal mencoba mencari persediaan makanan di dapur ternyata telor dan mie instan juga habis.
Beruntung di saat genting begini ada Mas bakso lewat. Dentingan mangkok beradu sendok terasa seperti Tim SAR yang datang menyelamatkan dari kelaparan.
Faisal berlari keluar sambil membawa mangkok. Setelah dilihat ternyata gerobak bakso berhenti tepat di depan rumah Anita. Keponakan dan kakak ipar Anita sudah berdiri dekat gerobak.
Mau tidak mau Faisal harus berjalan ke sana. Mengantri sampai pesanan keluarga Anita selesai dibuat.
"Wes mari, Mas? (Sudahselesai, Mas)?" Faisal yang berdiri di balik pagar langsung menoleh ketika mendengar suara itu.
"Mas Faisal," sapa Anita, dia kaget bertemu Faisal depan rumah.
Raut wajah Anita kelihatan panik, sesekali ia menoleh ke dalam rumah. Faisal mengerti karena di halaman rumah terparkir mobil yang menjemput Anita kemarin.
Di gazebo depan rumah tampak Mas Bayu dan istri, Aryo dan Ibu Anita sedang asik mengobrol sambil mengaduk-aduk kuah bakso panas.
"Mas tadi Anit ...."
"Mas duluan, ya," potong Faisal lalu ia pulang dengan membawa semangkok bakso.
Belum habis bakso di mangkok, Danil pulang bersama teman wanitanya.
"Lamak bana, ko. (Enak banget, ni)." Danil langsung menyendok dengan lahap mie dan bakso yang masih tersisa di mangkok, lalu menyeruput hingga habis kuahnya.
"Teman nggak ada akhlak," gumam Naila melihat kelakuan Danil.
"Biasalah! Santuy!" timpal Danil.
"Di sebelah itu rumah Anita, kan?" tanya Naila.
"Iya. kenal nggak, kenal nggak?" Danil menjawab.
"Ya kenallah masa nggak." seloroh Naila, eh bikin iri saja saat Danil mencubit hidung Naila. "Aku ini sahabatnya Anita." Sambung Naila.
"O ... O ...," gumam Faisal dan Danil kompak.
"Jadi gimana tadi siang, selesaikan salah paham antara Mas Faisal dengan Anita?
"Selesai dari mana? Dia aja nggak datang," jawab Faisal dengan nada kesal.
"Jangan becanda, Mas! Dia datang, loh. Aku aja ketemu dia di angkot. Dia berhenti di tempat kalian janjian dan aku lanjut perjalanan," jelas Naila.
Faisal terdiam sejenak. "Mungkin kami berselisih," ucap Faisal.
Naila berjalan mendekati pagar, dan mendongak ke dalam rumah. Melihat mobil merah terparkir dia hanya tersenyum.
"Aryo itu bukan saingan yang berat menurut saya. Anita nggak pernah suka sama Aryo. Mereka hanya dijodohkan," tutur Naila.
"Berat itu. Kalau sudah menyangkut jodoh, dijodohkan. Melawan coret dari KK," seloroh Danil.
"Wanita itu, kalau sudah cinta dan dicintai, hidup susah saja mereka terima. Laki-laki, noh. Sudah kaya dikit langsung selingkuh," sahut Naila menggebu.
"Biasa, dong. Jangan ngegas." Mereka tertawa.
Rasa bersalah kini menyeruak di hati Faisal, gampang sekali dia memvonis sesuatu tanpa melihat dari sisi yang berbeda.
***
Pagi ini Faisal sengaja menyuruh Danil berangkat duluan, ia bermaksud menunggu Anita lewat depan kos agar bisa berangkat kerja bersama.
Dia membiarkan Anita berjalan lumayan jauh dari kos setelah itu baru disusulnya. Agar tidak terlihat ini sebagai kesengajaan.
Semua berjalan lancar.
"Mau ke rumah singgah?" tanya Faisal sebagai pembuka obrolan.
"Nggak Mas, Anit mau ke rumah Mbak Wulan. Kakak kandung saya." Anita mencoba menjelaskan.
"Hmmm, kemarin itu?" Faisal ragu meneruskan ucapannya.
"Kemarin Anit datang, Mas. Tapi terlambat. Ponsel Anit mati jadi nggak bisa kasih kabar."
"Maaf. Mas kira Adek nggak datang," ucap Faisa.
Re
Faisal memutuskan mengantar Anita ke rumah Mbak Wulandari, tetapi mereka harus mengambil mobil dulu di pasar. Lebih baik begitu dari pada naik angkot bisa tiga kali sambung karena rumahnya berada di pinggir kota.
"Naik mobil pick up nggak senyaman naik sedan," sindir Faisal.
Anita langsung mantap lelaki dengan penampilan sederhana yang sedang menyetir di sampingnya.
"Rasa nyaman itu lebih penting," sahut Anita.
Faisal hanya mengangguk-angguk balam mencoba memahami kalimat tersebut. Sepanjang perjalanan Anita menceritakan semua tentang peejodohan itu. Perjodohan yang terjadi sejak meraka masih kecil.
Satu jam perjalanan tibalah mereka di sebuah rumah sederhana tanpa halaman, mobil mereka parkirkan di pinggir jalan. Anita turun dari mobil sambil membawa beberapa buah tangan yang ia beli saat diperjalanan tadi.
"Bibik Nita!" teriak dua orang anak laki-laki dan perempuan.
Mereka berhamburan, lari dan memeluk Anita. Tak lupa mereka mencium tangan Anita dan Faisal. Senyum Anita saat itu menggambarkan bahwa ia sangat bahagia.
Anita menyodorkan sekantong jajanan kepada anak perempuan bernama Anjani dan sekantong lagi kepada Bisma--anak tertua Mbak Wulandari.
"Ayuk, Mas. Masuk!" ajak Anita kepada Faisal.
Faisal hanya mengangguk. Ia melihat sekeliling, kondisinya jauh berbeda dengan kehidupan orang tua Anita.
Sambutan hangat dan sikap ramah Mbak Wulandari bertolak belakang dengan sikap Mas Bayu. Anita mengenalkan Faisal sebagai temannya. Walaupun begitu, Mbak Wulandari mengerti arti teman yang dimaksud dari sorot mata mereka saat saling pandang.
Ketika sedang mengobrol, Suami Mbak Wulandari pulang dari kebun. Mbak Wulandari berdiri lalu mengambilkan handuk serta pakaian ganti untuk suaminya.
"Mereka hidup sederhana, tetapi di hati mereka penuh cinta," gumam Anita, menatap lurus tetapi pandangannya kosong.
Selesai mandi Mas Tino menghampiri Faisal, mereka larut dalam obrolan tentang tanaman. Waktu Off dari pabrik dimanfaatkan Mas Tino untuk mengurus kebun kecil mereka. Obrolan mereka sangat nyambung karena saat di kampung Faisal membantu Bapak mengurus kebun dan sawah yang merupakan pusako tinggi (pusaka tinggi) dari pihak bapaknya Faisal.
Hubungan Anita dan Faisal semakin dekat. Tanpa ada kata I love you tetapi mereka telah mengisi hati satu sama lain. Berbalas pesan hingga larut malam menjadi rutinitas pengantar tidur.
[Dek, Amak menyuruh mas pulang kampung] Pesan dari Faisal mengagetkan Anita.
[Kenapa?]
[Kapan?]
[Katanya ada masalah, mungkin lusa]
Anita tertegun membaca balasan pesan dari Faisal.
[Tapi, balik ke sini lagi, kan?] balas Anita.
[Insya Allah balik]
Lusa yang di maksud telah tiba. Faisal pulang menggunakan bus. Anita berjanji akan mengantar Faisal. Kebetulan sekali, Faisal memesan keberangkatan pagi, sehingga Buk Wardani tidak akan tahu kalau Anita mengantar Faisal. Beliau kalau pagi lebih suka menghabiskan waktu di halaman belakang mengurusi tanaman janda bolong dan entah tanaman keladai apa lagi namanya yang harganya tidak masuk akal.
Anita mengeluarkan mobilnya dari garasi. Sebelum itu dia telah mengirim pesan kepada Faisal untuk menunggu di depan kos. Anita memberikan kunci mobil kepada Faisal, meminta Faisal yang menyetir.
"Tumben pakai mobil?" tanya Faisal.
"Nggak mungkin sudah janji mau ngantar pake angkot juga," kilah Anita.
Ia memasukkan beberapa kue dan air mineral kedalam tas sandang milik Faisal. "Untuk makan di jalan, ya, Mas."
"Ya Allah. Kenapa harus repot-repot, Dek." Faisal merasa sungkat dengan sikap Anita.
"Nggak apa-apa, selagi ada. Kalau nggak ada apa mau di kata." Mereka tertawa.
Pekanbaru, 3 Juni 2021
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
QQ
Semoga bapaknya Anita bisa membantu 🙏🙏🙏
2022-02-07
0
Tita Puspita Dewi
dasar adek lucknut 😂😂
2021-11-05
0