Mas Minang dan Adek Jawa
Part 2
Aroma embun menyeruak saat pertama kali membuka jendela kamar, udara segar masih dapat dihirup di kota ini walaupun tidak sesegar di kampung Faisal.
"Selamat pagi dunia tipu-tipu, ayuk kita mulai hari ini dengan sarapan karena ngadapi kenyataan hidup itu butuh tenaga," teriak Danil.
Saketika handuk basah mendarat tepat di kepalanya. "Makak! (berisik!)," bentak Faisal.
"Biasalah!" balas Danil, kembali ia melempar handuk tersebut kepada pemiliknya.
Setelah berpakaian Faisal terpaku di depan cermin berukuran 20 x 30cm. Menatapi wajahnya yang cukup menarik.
"Alah tu Mas Faisal! Lah gagah (Sudah tu Mas Faisal! Sudah gagah)," ledek Danil yang masih saja berdiri depan jendela. Mas Faisal merupakan panggilan yang disematkan Anita kepada Faisal.
Faisal melangkah keluar kamar, semakin lama dia bersama Danil, semakin banyak bully-an yang keluar dari mulut lelaki berambut cepak itu.
"Kama waang Mas Faisal? (Kemana kau Mas Faisal?)" teriak Danil dari dalam kamar.
"ma angek-an oto (Memanaskan mobil)," sahut Faisal.
Mereka memiliki mobil pick up yang digunakan untuk mengantar jemput barang dan terkadang mobil itu juga disewakan jika ada yang membutuhkannya. Bagi anak rantau yang terpenting piti masuak (uang masuk).
"Alasan. Kecek jo nio mancaliak Anit (Alasan. Bilang saja mau melihat Anit)." Kembali terdengar teriakkan Danil dari dalam rumah.
"Anok se, lah, ang, Yuang! (Diam aja. Lah, kau, Yuang!)," upat Faisal kesal. Takut pemilik nama itu mendengarnya.
Pukul delapan kurang, Danil dan Faisal akan berangkat menuju pasar, saat Danil sedang mengunci pintu kos dan Faisal akan masuk ke dalam mobil terdengar suara seseorang memanggil. Ternyata itu Anita baru keluar dari pintu pagarnya.
"Mas Faisal mau ke toko, ya?" tanya Anita setelah jarak mereka hanya satu meter.
"I-iya. Kenapa Nit?"
"Anu Mas, anu." Anita pun jadi gugup dengan situasi ini.
"Hahahha Kenapa anunya Mas Faisal?," celetuk Danil.
Pertanyaan nyeleneh Danil menimbulkan rona merah di wajah Anita. Semakin membuat Faisal klepek-klepek.
"Bang Danil iso ae, isin saya, Bang. (Bang Danil bisa aja, malu saya, Bang)." cicit Anita sambil menahan malu. "Iku loh, Mas. Saya mau nitip baju seragam seperti kemarin, ukurannya sama juga. Mas Faisal masih ingat, nggak?"
"Tentu masih ingat Mas Faisal ini, warna baju yang Anit pakai kemarin aja Mas Faisal masih ingat," sela Danil.
"Anok, lah, ang! (Diam, lah, kau!)," sergah Faisal.
"Masih, Dek. Mas masih ingat ukuran M, kan?" Faisal memastikan kembali.
"Iya Mas, Matur nuwun,(Iya Mas, Terima kasih)," ucap Anit sambil sedikit membukukkan badannya.
Suara Anit begitu lembut, sinkron dengan wajahnya yang ayu ciri khas gadis jawa.
"Gini aja, Nit. Tinggalkan aja nomor WA nanti bisa dikirim gambarnya, biar nggak salah bawa." Danil memberi ide.
"Boleh juga, Bang. Catat ya, Bang," sahut Anita.
"Catat di HP, Mas Faisal aja!" suruh Danil. Dijawab anggukan oleh Anita. "Gagehlah kalua an HP, tu, kapuyuak! (Bergegaslah keluarkan HP, tu, kapuyuk!)," perintah Danil kepada Faisal.
Setelah mencatat nomor Anita, mereka pamit akan segera ke pasar. Sepanjang jalan Faisal tidak berhenti tersenyum. Membayangkan begitu dekat dengan Anita.
"Cadiak juo waang. Dapek nomor HP Anita, (Cerdik juga kau. Dapat nomor HP Anita)," ucap Faisal dan tangan kirinya menepuk bahu Danil.
"Sakik woi, kapuyuak. Waang nyo bele. Lambek bana. Lambek-lambek disalib jo oto lain, nio ang? (Sakit woi, kapuyuk. kaunya bodoh. Lambat sekali. Lambat-lambat disalib dengan mobil lain, mau kau)?" gerutu Danil. Danil ini orangnya lebih ceplas-ceplos dalam berbicara, semua akan dibikinnya asik.
***
"Dino iki ojo nandi-nandi, Nita! (Hari ini jangan ke mana-mana Nita)!" perintah Ibuk Wardani--Ibu Anita.
"Njih, Buk, (Iya, Buk)," jawab Anita santun.
"Sekon Ndi, Koe? (Dari mana, Kamu?)."
"Hmm, maeng nang ngarep diluk, (Hmm, tadi ke depan sebentar, Buk)," sahut Anita.
Buk Wardani sedang menghitung beberapa lembar uang hasil dari kebun duriannya. Anita pamit, ia berniat memasak, hari ini dia akan memasak semur ayam campur tahu dan tumis kangkung.
Ibuk Wardani memang tidak suka dengan kegiatan yang ditekuni Anita. Bagi Buk Wardani bekerja itu harus menghasilkan uang, bukan seperti pekerjaan Anita sekarang ini--mengajar di rumah singgah bagi anak-anak jalanan.
Anak kebanggaan Buk Wardani hanya Bayu--anak pertamanya yang berprofesi sebagai PNS. Sedangkan anak ke duanya bernama Wulandari--ia tidak mau dijodohkan dan memilih menikah dengan pilihannya sendiri yang bekerja sebagai karyawan biasa di pabrik tekstil.
Dia tidak ingin Anita mengikuti jejak Wulandari, hidup susah karena mengandalkan perasaan. Maka dari itu dia tidak suka Anita pergi ke rumah singgah karena akan bertemu dengan orang-orang biasa.
Selesai masak, Anita mengajak Buk Wardani makan. Orang tuanya hanya tinggal Ibu. Bapak Santoso--bapaknya Anita telah kembali ke istri pertamanya. Menghabiskan masa tua dengan istri yang tidak matre mungkin menjadi pilihan Pak Santoso.
Selesai makan Anita kembali masuk kamar, urusan membereskan rumah ada orang yang bekerja di rumah mereka. Itu pun pulang hari. Datang pukul tujuh pagi dan pulang setelah pekerjaan selesai.
Ponsel yang dari pagi tertinggal di dalam kamar ternyata telah menampung banyak pesan. Ada satu pesan dari nomor baru, setelah dilihat foto profilnya ternyata pesan dari Faisal.
Ia mengirimkan foto pakaian yang dipesan oleh Anita.
[Maaf Mas, baru lihat HP. Iya yang itu aja. Tapi bisa minta tolong nggak, Mas? Kirimkan pakaian itu pakai ojek online. Ntar alamatnya saya kirimkan. Uang ojeknya saya antar nanti malam ke kontrakan.]
Di toko yang kebetulan sedang sepi pelanggan, Faisal tersenyum saat melihat ponselnya.
"Manga ang, bele? (Ngapa kau, bodoh?)," tanya Danil yang heran melihat temannya, akhir-akhir ini suka senyum-senyum sendiri.
"Tetanggaku idolaku," jawab Faisal acuh.
"Mak ... Rayo tahun muko amak baminantu, (Mak ... Raya tahun depan mamak punya menantu,)" ledek Danil.
***
Setelah salat Magrib selesai, Anita keluar rumah tanpa sepengetahuan Buk Wardani, Buk Wardani sudah masuk ke dalam kamar dan akan keluar lagi pagi hari. Rumah begini besar hanya ditinggali dua orang. Ini yang membuat Anita jenuh tetapi ia tidak ada nyali untuk melawan.
Setelah mengucapkan salam di depan kamar kos, orang yang dicari pun keluar.
"Dek Anit, ada apa?" tanya Faisal basa-basi. Padahal hatinya sangat senang didatangi bidadari yang tersesat di bumi.
Mungkin ini bidadari dalam cerita jaka tarub yang kehilangan selendangnya sehingga tidak bisa lagi balik ke kayangan.
"Mau bayar ongkos ojek tadi, Mas."
"Nggak usah lagi, dek!" tolak Faisal.
"Terima, lah, Mas. Ini uang yayasan, semua pengeluaran sudah dicatat," paksa Anita.
Pekanbaru 18 mei 2021
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
QQ
Aku suka ma bang Danil orangnya nyablak ceplas ceplos utk jd teman pasti oke krn bakalan rame 😊😊😊
2022-02-06
0
Tita Puspita Dewi
ngakak aku thor gak dibilang kolak juga kali... tar ta' tambahi sambel semangkok kuapok kon le'😅😅😅
2021-11-05
1