“Ada apa ini?” tanya Daddy ketika melihat mereka berdua. Terdengar keributan hingga keluar rumah sehingga membuat Daddy buru-buru masuk ke dalam rumah.
“Ini Dad, anak kita udah pulang ke rumah!” jawab Mami masih menjewer telinga anaknya tanpa berniat melepas. “Mau ngapain coba!”
“Iya ini kenapa kok kamu pulang lagi?” tanya Daddy heran.
“Lepas dulu Mi, sakit Mi lepas!” pinta Kayla.
Mami melepas jewerannya dengan kasar sampai tubuh Kayla sedikit terhuyung. Menyisakan telinga yang berwarna kemerah-merahan.
“Tolong kasih tau dia dong Dad, Ya Allah ... aku itu capek ngomong sama Kayla ... aaaahhhhhh hiks ...,” akhirnya tangis Mami pecah. "Musti gimana lagi coba? Dikira aku nggak becus didik anak. Aku dah ajarin dia bener-bener kok jadi gini sih!”
“Sshhhh ... udah Da, udah ...,” Daddy merangkul pinggang istrinya berusaha menenangkannya dan mengajaknya ke kamar. “Kita tinggalin aja Da, biarin aja dia mau berbuat apa, bodo amat.”
Daddy sudah lelah dengan perilaku Kayla. Di ajari dengan lembut salah, dengan kekerasan, apalagi. Jadi beliau sudah benar-benar membiarkannya, terserah mau buat apa.
Keduanya lantas pergi ke atas meninggalkan Kayla sendiri. Yang akhirnya dirinya pun ikut-ikutan menangis. Jika Mami sedih dengan nasibnya, apalagi dengan dirinya sendiri?
Bukankah ia juga lebih sedih, lebih sakit mengalami hal ini?
Kayla terisak-isak lalu menghempaskan tubuhnya ke sofa. Diam dan merenungi semua yang terjadi kepada dirinya sendiri. Dalam kurun lima tahun terakhir, banyak kejadian yang tak diinginkan. Yang ia sendiri tak tahu harus seperti apa dan berbuat apa untuk menghadapinya. Rasa trauma akibat pelecehan seksual dan percobaan perkosaan membuatnya selalu ketakutan saat berhubungan seksual walau itu dengan suaminya sahnya sendiri.
Hal itu terjadi pada saat sedang dalam pemotretan di sebuah lokasi remang-remang. Ia baru menyadari ketika sudah beberapa kali jepretan. Bahwa ternyata dia adalah fotografer mesum, banyak tingkah laku minus dan modus.
Hingga sampai saat ini pelaku yang berprofesi sebagai fotografer itu masih berkeliaran di luar sana. Ia tak bisa berbuat apa-apa karena ia telah di ancam. Dan jika ia benar-benar melaporkannya ke badan hukum, namanya pasti akan tercemar dan karirnya akan benar-benar hancur. Semua orang bisa memandang jijik kepadanya. Wanita akan berada di pihak paling merugi.
Apalagi kalau Daddy tahu kejadian yang pernah menimpanya? Daddy tak se-sehat dulu lagi. Daddy juga pasti akan malu kepada semua orang dan pada rekan-rekan atau relasi bisnisnya. Astaga, kayla tidak bisa memikirkan hal itu lagi. Ia terlalu merinding.
Ia juga tidak tahu sampai kapan akan sembuh. Rasanya sudah teramat lelah. Tapi ia juga tak bisa lari dari kenyataan ini. Jika hidup tak harus berpasang-pasangan, mungkin ia lebih memilih untuk tak menikah selamanya. Sungguh menyusahkan dan meresahkan. Dia telah mengecewakan banyak orang termasuk orang-orang yang mencintai dan dicintainya. Sakit sekali.
Dalam hal ini, hanya dirinya dan dokter yang tahu. Bahwa ia telah mengidap genophobia.
Berapa kali ia mencoba untuk bersikap biasa saja. Namun selalu saja gagal. Saat mantan-mantan suaminya dulu mencoba untuk memulai, Kayla selalu mengeluarkan keringat dingin, menjerit-jerit dan membabi buta seperti orang kesurupan. Semua barang yang berada di dekatnya dilempar ke sembarang arah. Tak segan-segan untuk memukul dan menendang-nendang bagian vitalnya sehingga membuat mereka kabur. Atau mungkin dirinya sendiri.
Dan keesokan harinya, Kayla pasti di talak. Karena suami-suaminya itu tak tahan dengan sikap Kayla. Alasannya pasti karena peristiwa semalam yang cukup kelam. Bahwa semua laki-laki ingin mempunyai istri yang sehat, baik lahir maupun batinnya. Menurut mereka, Kayla bukanlah pilihan wanita yang tepat.
“Assalamualaikum!” serunya dari luar. Membuat ia segera buru-buru mengusap air mata.
“Waalaikumsalam ....”
“La ...,” panggilnya pelan. James duduk di sebelahnya.
“Mami mana La?”
“Mami ada di atas sama Daddy,”
“Hei! Kamu habis nangis?” James mendongakkan kepala adiknya yang sedang tertunduk menyembunyikan kesedihan.
Kayla menggeleng.
“Kamu bohong, ya?”
“Nggak Kak.”
Merasa tidak tega terhadap adiknya, James langsung mendekapkan tubuh Kayla ke tubuhnya.
“Huuuuaaaaaaaaaaaaa ....”
Mendengar Kayla menjerit membuat James kembali menghempaskan tubuh Kayla. Kebiasaan sekali! Kalau menangis pasti membuat dunia terasa gempa bumi.
“Berisik dasar toa! Hish nyesel aku peluk kamu. Bocah edan!”
“Iya, iya maaf Kak.”
“Kenapa kamu?” tanya James.
“Aku ngecewain Daddy sama Mami lagi ....”
“Ada apa lagi kamu sama suami kamu? Ada masalah lagi?”
“Aku yang bermasalah Kak,”
James kembali duduk, “Awas ya, kamu jangan teriak lagi.”
“Kamu jujur aja deh sama Kakak, sebenarnya ada apa ....”
Kayla menggeleng, “Nggak papa,”
“Jangan banyak bohong nanti hidung kamu panjang!”
“Mana Misha kok Kakak datang sendirian?”
“Dia lagi hamil lagi, makanya nggak bisa kemana-mana, mabuk.”
“Hamiillll terus, perasaan udah punya tiga!”
“Tujuan menikah itu kan untuk berkembang biak, memangnya apa lagi?”
“Dasar gila!”
“Hehehe ....” James terkekeh.
“Trus tujuan kamu ke sini mo ngapain Kak?”
“Mau ngabarin kabar gembira lahh ...,” jawab James bangga. “Semoga kamu cepet nyusul ya, jan gagal-gagal lagi pusing dengarnya.”
“Maunya sih gitu, tapi ya ... ahhhh udah lah, jangan bahas kek gitu males banget!”
“Assalamualaikum ...,” datang lagi satu orang, yaitu Fitri.
“Tanteeeeeeee!” seru Kayla dan berhambur memeluk.
“Jangan mau dipeluk-peluk, itu anak banyak modusnya Ma!” sahut James.
“Ada apa Kayla,” ucap Fitri sambil mengelus lembut punggungnya.
“Mami sama Daddy lagi marah lagi, aku mau numpang tidur di rumah Tante ya?”
“Lho, memangnya marah kenapa? Trus suami kamu mana, kok nggak ikut ke sini?”
“Suaminya kabur lagi Ma ...,” lirih James menyahut.
“Bukan Jeff yang kabur, tapi aku yang minta tinggal di sini Kak,” balas kayla tanpa melepas pelukannya dari Tante Fitri.
“Duduk La! Itu orang tua sampai kapan kamu ajak berdiri?”
“Oh iya lupa?” Kayla menepuk keningnya. “Maaf Tante.”
“Nggak pa-pa,” jawab Tante Fitri lalu beralih kepada James. Beberapa menit yang lalu, James meminta Mama mertuanya untuk menemuinya ke rumah depan.
“Ada apa James? Tadi nyuruh Mama datang ke sini? Misha sama anak-anak lagi nggak ada apa-apa ‘kan?”
James menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Sedikit malu ia mengatakan ini “Misha hamil lagi Ma ....”
“Alhamdulillah ...,” ucap Fitri penuh haru. “Sudah berapa minggu?”
“Empat bulan.”
Fitri langsung membeliak “Ya Allah udah empat bulan kenapa baru ngomong?”
James gelagapan.
“Berarti kemarin ke sini udah tiga bulan?”
“Iya Ma.”
Fitri geleng-geleng kepala. “Yaudah, kalau gitu anterin Mama kesana! Sekarang!”
“Iya-iya, Ma ...,” jawab James lemas. Pasti kena marah ini karena terlambat memberitahukan mereka. “Tolong sampein ke Mami sama Daddy ya La.”
“Iya. Tapi abis itu mungkin aku mau ngungsi,” jawab Kayla.
“Terserah!” James dan Fitri lantas keluar menuju ke rumah James yang tak jauh dari komplek ini.
Setelah James pergi, Kayla membereskan barang-barangnya. Tapi setelah itu ia berubah pikiran. Mengungsi hanya bisa memunculkan banyak masalah lagi yang baru. Ia memutuskan untuk menelpon Jeff agar mau menjemputnya.
Daripada Mami sama Daddy marah lagi terus-terusan, nggak ada salahnya kalau mencoba dulu ‘bukan? Siapa tahu Jeff bisa ngadepin aku.
**
To be continued.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Yen Margaret Purba
kalau tau ada kurangnya, yah lbh nurut lha bocah gendeng
2022-05-08
0
Fitria Dafina
Jujur aja sama Jeff deh La.. biat dicari jalan keluarnya bersama..
2022-02-13
0
Marlina
Thor, keknya si Kayla butuh psikiater deh
2021-07-17
1