Istri tak berguna

“Bagi dong! Kamu makan apa?” tanya Kayla. Dia baru saja bangun dari tidurnya dengan kondisi rambut yang masih sedikit awut-awutan. Karena dia hanya mencuci wajahnya saja.

Jeff menunjuk wadah yang ada di samping piringnya. “Kalau mau, masih ada nasi goreng tuh.”

Meskipun Jeff terkenal dingin dan sedikit cuek, tapi sebenarnya dia adalah laki-laki yang sangat peduli. Jeff tahu, pasti Kayla tak bisa memasak. Apes sekali dia punya istri seperti itu. Ia akui rezekinya sedang tak baik.

Kayla menarik wadah itu di dekatnya. Lalu menyendok sedikit untuk mencicipinya.

“Enak juga,” katanya sambil mengecap-ngecap rasa. “Ternyata kamu pintar masak juga yah.”

“Sering-sering aja kek gini, aku gak nolak.”

Kayla terus menyuap demi suap nasi goreng yang terasa cocok di lidahnya.

“Lalu, kalau aku yang memasak untukmu, tugasmu apa sebagai istri?” tanya Jeff. “Memasak tidak bisa, mencuci piring tidak bisa. Melayaniku di ranjang juga tidak bisa!”

Glek. Kayla menelan ludahnya seret. Seret. Rasanya seperti ada yang mengganjal sebesar jengkol.

Tak ada gunanya sama sekali jadi istri. Payah. Jeff membatin dengan kesal.

Jeff lantas beranjak berdiri, “Aku mau berangkat. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa telepon aku.”

“Tapi Jeff?” sela Kayla. ”Aku berangkat sama siapa dong.”

“Memangnya kamu mau ke mana?”

“Hari ini Aku ada pemotretan.”

“Pemotretan apa?”

“Mau tau aja, apa mau tau banget?”

Jeff menatap Kayla dengan intens dan lantas berucap dengan wajah yang sangat serius. “Untuk saat ini aku masih izinkan kamu bekerja seperti biasa. Tapi suatu saat nanti, pasti akan ada saatnya aku melarangmu untuk bekerja.”

Jeff menjeda sesaat lalu melanjutkan kalimatnya lagi secara gamblang. “Kamu perempuan yang sudah menikah. Jangan kamu anggap sepele. Seluruh dosamu aku yang menanggungnya. Lekuk tubuhmu harusnya tak boleh kamu perlihatkan kepada orang lain selain aku, paham?”

“Apa hak kamu ngelarang-ngelarang aku?”

“Aku rasa kamu sudah tau jawabannya tanpa kamu bertanya.”

“Memangnya kamu pikir gaji kamu akan cukup untuk memenuhi semua kebutuhanku?”

“Kayla!” ucap Jeff meninggi. Kayla sangat merendahkan sekali dirinya. “Penampilanmu dan semua barang-barang yang mewah itu bukanlah suatu kebutuhan. Tapi keinginan. Kamu harus bisa bedakan itu!”

Jeff berlalu pergi meninggalkan Kayla sendirian. Jeff berusaha menghindari keributan dan emosi yang tak perlu. Sebab, pagi-pagi seperti ini ia harus mempunyai mood yang baik. Dan Jeff tak mau moodnya rusak hanya karena perdebatan yang ia rasa tak penting seperti ini.

“Jeff!”

Sayup-sayup terdengar Kayla memanggilnya, namun Jeff tetap pergi ke kampus tempatnya bekerja.

Seperti biasanya, Kayla sedang di make up oleh para crew-nya. Hari ini adalah pemotretan untuk mengiklankan produk kosmetik baru yang akan launching beberapa waktu lagi.

Berbagai gaya telah di terapkan dengan memakai dress mini berwarna peach yang begitu menyatu dengan kulitnya.

“Stop dulu stop stop!” sela fotografer pada saat sedang sesi pemotretan. Sehingga semua crew menghentikan tugasnya. “Bisa ditimpa lagi nggak lipstiknya. Difoto masih terlihat pucat. Kan ini temanya bold. Bisa ‘kan kalian tambahin lagi dengan warna yang lebih tajam?”

Semua crew mendekat dan melihat hasil foto. Setelah melihat apa yang dikatakan fotografer adalah benar, MUA menambah lagi wana bibir Kayla.

Tiga puluh menit berlalu, pekerjaan mereka selesai dan mencapai hasil yang mereka inginkan. Menuju ke tahap selanjutnya yaitu proses editing dan lain-lain setelahnya.

“Singgah dulu Kak, kita minum dulu.” seorang asisten di lokasi menyodorkan segelas jus strawberry untuk Kayla.

“Terima kasih.” dan ia pun menenggakknya hingga tersisa setengah. Haus sekali.

“La, lo habis ini mau ke mana?” tanya Roy. Salah satu teman Kayla yang sengaja ia gunakan jasanya untuk memotret diri.

Roy adalah salah satu teman terbaiknya. Sengaja Kayla pilih karena Roy bukanlah orang-orang berbahaya seperti fotografer yang ia kenal sebelum-sebelumnya.

“Gue mau langsung pulang aja Roy, capek banget sumpah.”

“Mau aku anterin?” tawar Roy Cuma-Cuma.

“Boleh juga, tapi jangan sering-sering ya. Soalnya ....” Kayla menggantung ucapannya “pokoknya jangan sering-sering deh.”

“Ok.”

“Tar ya, gue ganti baju dulu.”

“Ya.” jawab Roy yang sama-sama bersiap.

Kayla menuju ke ruang ganti. Mengganti pakaiannya dengan pakaian yang sama pada saat berangkat. Lalu menuju pulang.

Dan sesampainya di rumah, terlihat Jeff telah menunggunya di depan rumah sambil menyilangkan tangannya. Menatapnya dengan sorot mata membunuh.

“Saya bisa mengantar istri saya sendiri, jadi besok-besok, kamu nggak usah mengantar istri saya lagi.”

Roy tertawa sumbang, lalu melihat dengan sinis. “Hei Bro! Kalau ini istrimu, dari kemarin ke mana aja, Kayla selalu pulang sendiri. Kadang juga nyetir sendiri.”

“Kami baru nikah kemarin,” ucap Jeff. Membuat Roy kembali terkekeh.

“Lo udah nikah La? Sama laki-laki ini?”

“Hmmm,” Kayla terlihat cuek-cuek saja.

“Amit-amit galaknya minta ampun,” gerutu Roy pada Kayla.

Kayla segera membuka seatbeltnya dan beranjak turun. “Dah lah, ngapain bahas -bahas kek gitu. Aku masuk dulu Roy, makasih tumpangannya.”

“Ya, sama-sama.”

Blam!

Masuk ke dalam rumah, Kayla melewati Jeff begitu saja.

“Nggak ngucapin salam kamu?“ tanya Jeff. “Jangan kamu biarin setan masuk ke dalam rumahku.”

“Kan kamu sendiri setannya,” jawab Kayla dengan wajah lempeng tanpa merasa bersalah.

“Aku ini suamimu, Kayla. Kalau aku setan, lalu kamu apa yang mungkin lebih parah dariku?”

“Aku bidadari turun dari surga.”