Episode 4 Tak Terduga

[Danisa, kamu masih di butik?] Rani mengirimkan pesan padaku saat aku selesai dengan pekerjaanku hari ini.

[Masih, Ran. Kamu libur hari ini?] Balasku.

[Iya. Aku di cafe deket butik kamu sama sepupu aku. Barang kali kamu mau gabung sama kita] Pesan Rani masuk lagi ke gawaiku. Dan aku pun segera membalasnya.

[Baiklah aku kesana sekarang.]

Setelah membalas pesan dari Rani aku segera pergi ke cafe dekat butikku. Beberapa minggu ini aku jarang sekali bertemu dengan Rani. Dengan pekerjaannya sebagai pramugari mengharuskannya sering keluar kota bahkan keluar negeri. Kami jarang sekali bertemu. Saat sedang libur Rani pasti menghubungiku dan mengajak bertemu. Banyak hal yang ingin aku ceritakan padanya. Termasuk perjodohanku dengan Bumi.

Setelah sampai di cafe yang dimaksud Rani, aku mengedarkan pandangan mencari keberadaan Rani. Cafe ini lumayan ramai, butuh waktu untuk menemukan Rani.

"Danisa!" Aku mencari arah sumber suara. Setelah mengetahui keberadaan Rani aku berjalan ke arahnya. Saat berjalan ke arah Rani aku melihat wanita yang di sebelahnya. Dia cantik sekali. Wanita itu sangat anggun sekali. Selama ini Rani tak pernah mengenalkan sepupunya padaku. Baru kali ini aku melihatnya. Rani datang menghampiriku kemudian dia memelukku. Ya memang lumayan lama kami tidak bertemu karna kesibukan masing-masing.

"Kangen banget sama kamu, Sa." ucap Rani setelah melepas pelukannya.

"Aku juga." Aku tersenyum pada Rani.

"O iya kenalin ini sepupu aku, Dian namanya. Dian ini Danisa." Rani memperkenalkanku dengan sepupunya setelah aku duduk. Aku mengulurkan tanganku dan disamput Dian dengan hangat. Cantik sekali saat dia tersenyum.

Dian?

Nama itu seperti tidak asing.

Seperti nama pacar Bumi. Mungkin pacar Bumi juga secantik ini.

Ah, mikir apa sih aku ini...

Setelah saling menanyakan kabar dan bicara kesana kemari aku lupa belum memesan apapun. Aku pun merasa haus. Akhirnya aku memanggil karyawan cafe untuk memesan minuman. Setelah melihat daftar menu aku memutuskan memesan ice coffe latte.

Dari apa yang aku dengar ternyata Dian adalah seorang dokter. Dian adalah sosok yang ramah dan juga baik. Saat bicara auranya sangat terpancar. Nyaman sekali bicara dengannya walaupun kami baru saling kenal.

"Kamu sudah lama kenal Rani?" Tanya Dian saat Rani pergi ke toilet.

Aku mengangguk. "Dia sahabatku sejak SMA. Setelah lulus SMA kami jarang bertemu, tapi kami selalu berusaha menyempatkan saat ada waktu. Seperti sekarang ini." Jelasku.

"Apalagi sejak jadi pramugari ya? Dia sibuk sekali." Tuturnya.

Akupun menganggukan kepalaku kemudian tersenyum. Tak lama Rani kembali ke meja kami.

"Cafe ini nyaman banget ya? Interiornya instagramable banget. Jadi betah lama-lama disini." Dian mengedarkan pandangannya ke seluruh area cafe. Ya, mungkin baru pertama kali dia ke cafe ini.

"Iya dong. Makanya aku dan Danisa sering banget meet up disini. Selain itu deket loh sama butik milik Danisa." Rani menjelaskan.

"Oh ya? Jadi Danisa punya butik?" Tanya Dian dan aku menganggukan kepalaku.

"Waaah keren sekali. Kapan-kapan aku mau belanja di sana. Apa nama butik kamu, Danisa?" Tanyanya lagi.

"Butik Cantik. Bundaku yang kasih nama, tapi memang itu butik milik bunda yang di serahkan padaku." Jelasku. "Lagi pula kamu juga keren, seorang dokter yang cantik sekali." Pujiku pada Dian. Dian tersenyum mendengar pujianku. "Kamu kerja di rumah sakit mana, Di?" Tanyaku.

"Rumah sakit dekat sini, Danisa. Rumah sakit Pelita Harapan." jawabnya.

Rumah Sakit Pelita Harapan?

Bukankah rumah sakit itu juga rumah sakit tempat Bumi bekerja?

"Apakah..."

Belum sempat aku melanjutkan kata-kataku,tiba-tiba gawaiku bergetar. Tertera nama Bumi disana. Ya tadi sebelum Bumi kembali ke rumah sakit kami bertukar nomor. Ada apa dia menelponku. "Sebentar aku angkat telpon dulu ya." Ucapku pada Rani dan Dian. Mereka mengangguk.

"Hallo." ucapku setelah menggeser logo telpon berwarna hijau.

"Danisa, kamu dimana?" Tanyanya. "Aku ke butikmu tapi kamu nggak ada."

"Di cafe seberang jalan dekat butik. Aku sedang bersama temanku. Ada apa?" Tanyaku.

"Baiklah aku kesana sekarang" Setelah itu Bumi memutuskan panggilan. Ada apa ya? Biarlah dia kesini pasti sudah lama dia tidak bertemu Rani.

"Siapa, Sa?" Tanya Rani.

"Bumi?" Belum sempat aku menjawab pertanyaan Rani, Dian tiba-tiba menyebut nama bumi dan pandangan matanya tertuju pada sosok dekat pintu masuk cafe ini. Aku mengalihkan pandanganku. Dan benar saja nama Bumi yang dimaksud adalah orang sama dengan orang yang aku kenal.

Astaga?!!

Jangan-jangan Dian adalah kekasih Bumi?

Tunggu dulu, Rumah sakit Pelita Harapan. Ya!! Bumi bilang pacarnya juga bekerja di rumah sakit yang sama. Jadi memang benar. Astaga. Apa yang harus aku lakukan. Dian sangat baik. Bagaimana kalau Dian tau bahwa akulah wanita yang dijodohkan dengan Bumi. karna baru saja aku nyaman berteman dengan Dian.

Dan seperti dugaanku, Bumi pun sama terkejutnya denganku. Dia diam terpaku di tempatnya. Akupun tak tahu harus berbuat apa. Sedangkan Dian, dia pergi menghampiri Bumi.

"Itu Bumi teman SMA kita?" Tanya Rani sesaat setelah Dian menghampiri Bumi.

Aku menatap Rani, kemudian mengangguk pelan.

"Sepertinya Dian mengenal Bumi." Rani tak tahu kah siapa kekasih Dian? Atau mungkin Dian belum memperkenalkan kekasihnya pada Rani. Ah, entahlah. Aku hanya tidak menyangka harus bertemu dengan Dian, kekasih Bumi.

"Kamu nggak tahu, Ran?" Tanyaku.

Rani hanya menggeleng. "Dian nggak pernah cerita tentang hal ini. Aku nggak tau, Sa." Rani bicara padaku tapi pandangan matanya mengarah pada Bumi dan Dian. "Kamu nggak apa-apa kan, Sa?" Kali ini Rani menatapku.

Aku menggeleng. "Aku hanya terkejut, Ran."

Beberapa saat kemudian Dian dan Bumi berjalan mendekat ke arah kami. Aku berusaha setenang mungkin. Sungguh tak menyangka. Apakah ini kebetulan ataukah memang takdir mengharuskanku bertemu dengan wanita yang telah memiliki hati bumi.

Hufft, aku menghela napas pelan, berusaha setenang mungkin walaupun aku sangat gelisah tak hentinya tanganku mengusap rambutku. Semoga saja bukan Dian yang ini. Karna sejujurnya aku nyaman berteman dengan Dian walaupun kami pertama kali bertemu. Ah, apa mungkin ini yang dirasakan Bumi saat bertemu dengan Dian? Karna memang Dian adalah sosok yang menyenangkan, lemah lembut, ramah dan sangat cantik. Mereka pasangan yang sangat serasi.

Huuft!

Aku kembali menghela napas.

Rani seperti mengerti kegelisahanku, Rani memilih duduk di sampingku kemudian menggenggam tanganku, mencoba menguatkanku. Ya memang Ranilah satu-satunya temanku yang tahu bagaimana aku saat itu. Saat kami masih SMA. Saat aku mulai menyukai Bumi Biru Pradipta. Ya, menyukainya dalam Diam.

Bumi masih diam. Entah apa yang ada dipikirannya saat ini. Dan apa yang akan dia lakukan?

Terpopuler

Comments

Ayu Fitri

Ayu Fitri

malu aku di komen author femes 😁

2021-05-28

1

Ayu Fitri

Ayu Fitri

siapa jeng??

2021-05-28

1

RatuKuyang 👻 ig @zariya_zaya

RatuKuyang 👻 ig @zariya_zaya

kyknya aku tahu siapa Rani🤣🤣🤣🤣

2021-05-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!