Episode 2 Terulang Lagi

Ayah, bunda, tante Anggun, om Surya terlihat sangat bahagia sekali. Mereka menganggap rencana perjodohan ini akan berjalan lancar karna aku dan Bumi sudah lama saling kenal. Tapi ekspresi wajah Bumi tidak menunjukan hal itu walaupun sesekali dia memaksakan senyum dibibirnya saat mata kami saling bertemu. Entahlah apa yang ada dipikirannya. Akupun tak tau apakah aku harus bahagia dengan takdir yang seperti ini. Entahlah.

"Ajeng, kita harus segera menentukan tanggal pertunangan mereka." Tante Anggun terlihat berbinar-binar mengucapkan hal itu. "Aku sudah lama menantikan hal ini, janji kita semasa muda dulu." Imbuhnya.

"Janji masa muda? Apa maksud tante?" Aku sedikit terkejut dengan apa yg diutarakan tante Anggun.

"Jadi semasa muda dulu, bunda dan tante Anggun ingin persahabatan kita terjalin langgeng dan kami sepakat ingin menjodohkan anak-anak kita. Begitu ceritanya sayang." Bunda menjawab pertanyaanku dengan antusias, seakan sambil mengingat kenangan mereka dahulu.

"Kenapa bunda nggak bilang tentang perjodohan ini?" Tanyaku pada Bunda tapi tatapan mataku mengarah pada Bumi. Sebenarnya aku hanya ingin tahu bagaimana pendapat Bumi. Karna dia hanya diam saja walaupun ekspresi wajahnya seperti tidak menyukai tentang perjodohan ini.

"Bumi, emang kamu mau dijodohin sama aku?" Tanyaku pada Bumi sebelum bunda menjawab pertanyaanku.

Bumi tidak segera menjawab pertanyaanku entahlah apa yang apa di pikirannya. Kedua orang tua kami juga saling tatap satu sama lain. Senyum Bumi seketika menghilang dari wajahnya mendengar pertanyaanku. Dan inilah kenapa aku berusaha menekan rasa bahagia karna perjodohan ini. Karna percuma saja kalau dia sama sekali tidak memiliki perasaan padaku. Apakah bisa bahagia nantinya?

"Bagaimanapun keadaannya, perjodohan ini harus tetap berjalan." T

egas tante Anggun.

"Kenapa mama juga ga bilang tentang perjodohan ini, ma?" Akhirnya Bumi buka suara. "Seenggaknya mama ngomong dulu sama aku." Bumi terlihat berusaha bicara selembut mungkin pada mamanya. Seperti tidak ingin menyakiti hati tante Anggun.

"Mama cuma mau yang terbaik buat kamu, Bumi. Dan hanya ini keinginan terakhir mama."

Keinginan terakhir? Apa maksud tante Anggun?

"Bum, bisa nggak kita ngomong bentar?" Tanpa menunggu persetujuan dari Bumi aku berjalan ke arah taman belakang. Tak lama Bumi pun menyusulku.

"Kamu mau ngomong apa, Sa?" Tanya Bumi setelah kami duduk dikursi teras belakang.

"Aku langsung to the point aja, Bum. Emang kamu mau dijodohin sama aku?"

Bumi diam sejenak, kemudian menjawab pertanyaanku. "Jujur, Sa, aku sekarang udah punya pilihan sendiri." Bumi menatapku penuh keyakinan.

Deg!!

Lagi-lagi begini.

Huufft!!

Kenapa harus ada pertemuan ini kalau akhirnya hal seperti ini terulang lagi. Walaupun aku sudah berusaha menekan harapan di hatiku tapi tetap saja aku kecewa mendengar jawaban Bumi.

Tapi memang kalau dipikir lagi percuma ada ada perjodohan ini kalau tidak ada rasa cinta di dalamnya.

"Makasih, Bum, kamu udah jujur sama aku." ucapku akhirnya. "Kita batalkan saja perjodohan ini sebelum terlambat." Beginilah seharusnya, akupun tak boleh egois.

"Jangan, Sa." Cegah Bumi saat aku hendak masuk ke dalam rumah.

"Apa maksudmu jangan?" selidikku.

"Mamaku punya penyakit jantung dan dokter bilang kami nggak boleh memberi beban pikiran buat mama." Jadi itu sebabnya Bumi tidak bicara apapun setelah tahu perjodohan ini walaupun dia tidak menginginkannya.

"Ta-tapi gimana sama pacar kamu?"

"Mau gimana lagi, aku nggak punya pilihan lain." Suara Bumi terdengar parau. Pasti berat buat dia. Dan ini pun berat buatku. "Kamu nggak keberatan kan kalau kita melanjutkan perjodohan ini?" sambungnya.

Aku tidak tahu harus menjawab apa. Aku benar-benar bingung. Perjodohan ini menguntungkanku tapi sekaligus merugikanku. Mungkin nanti aku bisa memiliki Bumi, tapi hanya fisiknya saja bukan hatinya. Apakah aku akan baik-baik saja akhirnya?

Bumi menatapku menunggu jawaban dariku. Aku masih bimbang. Tak yakin apakah aku harus melanjutkan perjodohan ini. Aku takut kecewa lagi dan aku juga takut menyakiti pacar Bumi. Mungkin aku belum mengenalnya tapi sebagai sesama wanita aku tahu hal ini akan sangat menyakitinya. Tapi bagaimana dengan tante Anggun kalau aku menolak perjodohan ini. Bagaimanapun tante Anggun adalah sahabat baik bunda. Akupun tidak ingin menyakiti bunda. Ah entahlah...

"Gimana, Sa?" Tanya Bumi lagi.

"Entahlah, Bum. Banyak hal yang harus aku pertimbangkan." Jawabku.

"Kamu punya pacar juga?" Tanya Bumi.

Aku hanya menggeleng. "Bukan itu masalahnya."

"Lalu?"

Aku menghela napas pelan. "Emang kamu bisa bahagia sama aku nantinya? Karna yang kamu cinta bukan aku. Ada wanita lain dihatimu." Huuft! Andai saja kamu tahu, Bumi, setelah bertemu lagi denganmu hatiku masih berdebar. Sepertinya rasa ini memang belum hilang walau sudah bertahun-tahun.

Bersamaan dengan jawaban yang aku sampaikan pada Bumi, bunda memanggil kami ke ruang makan. Sudah saatnya makan siang.

"Kalian ini cocok sekali jadi pasangan. Yang satu ganteng satunya lagi cantik. Seharusnya nggak ada keraguan kan?" Ucap tante Anggun memecah keheningan di meja makan. Apakah tante Anggun sebenarnya tak tahu tentang pacar Bumi sehingga tante Anggung ingin menjodohkan putranya denganku?

"Iya bener, Nggun, anak-anak kita ini serasi sekali ya." Bunda menimpali.

Sepertinya mereka memang benar-benar ingin menjodohkan aku dan Bumi. Aku hanya diam saja tak ingin menanggapi apapun.

Ayah dan om Surya hanya tersenyum menatap kami. Seperti biasa ayah jarang sekali buka suara kalau dirasa bunda masih bisa handle segala hal. Andai saja mereka tau, aku bahagia dengan perjodohan ini tp sekaligus juga kecewa. Di satu sisi aku bahagia karna cinta pertamaku yang akan menjadi jodohku. Tapi disisi lain aku kecewa karna lagi-lagi bukan aku sebenarnya yang di harapkan Bumi menjadi pendamping hidupnya. Dia hanya terpaksa demi kesehatan tante Anggun.

"Bunda, ayah, om, tante, boleh tidak untuk pertunangan ataupun pernikahan jangan terburu-buru dulu." Akhirnya aku buka suara.

"Kenapa sayang?" Tanya tante Anggun.

"Danisa dan Bumi hanya ingin lebih mengenal satu sama lain, ya walaupun dulu kami teman semasa SMA tapi seiring berjalannya waktu pasti sudah banyak yang berubah. Kita berdua juga sudah bertahun-tahun nggak ketemu." Jelasku. Sebenarnya aku hanya ingin tidak ada keterpaksaan antara aku dan Bumi menerima perjodohan ini. Aku hanya ingin mengulur waktu. Kalaupun kami memang berjodoh aku akan sangat bersyukur. Jikapun tidak aku harus siap karna sejak awal hati Bumi bukan untukku.

Kedua orang tua kami tersenyum mendengar penjelasanku. "Kalau ayah nggak keberatan sayang. Mas Surya sama mbak Anggun gimana?" Ayah meminta pendapat tante Anggun dan Om Surya.

"Kalau itu yang Anggun dan Bumi inginkan, mama nggak masalah, memang begitu seharusnya. Yg terpenting jangan ada niat untuk membatalkan perjodohan kalian." Tegas tante Anggun. "Gimana menurut papa?" Tante Anggun pun meminta pendapat om Surya. Diantara kedua orang tua kami hanya tante Anggun yang sangat keukeuh tentang perjodohan ini.

"Papa juga nggak keberatan." Jawab om Surya.

Bumi hanya menatapku, entahlah apa arti tatapannya itu aku tidak mengerti.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!