Di dunia ini sumber energi yang paling banyak digunakan adalah minyak mentah dan batu bara. Beberapa menggunakan nuklir, tetapi tampaknya tidak terlalu banyak bahan nuklir yang ada dan beberapa kebocoran mengakibatkan sebuah kota menjadi kota mati.
Minyak dan batu bara sebenarnya bukan bahan yang bagus untuk energi. Kedua zat ini menghasilkan polusi berbahaya yang akan merusak planet seiring berjalannya waktu. Wajar saja jika pemanasan global terjadi dan beberpa orang mulai melakukan projek bernilai tinggi yang mereka sebut sebagai terraformars.
Berbeda dengan Bumi, shelter menggunakan air sebagai bahan bakar. Tentunya bukan langsung menggunakannya begitu saja mengingat air adalah salah satu bahan paling stabil yang pernah ada.
Kami memisahkan hidrogen dan oksigen menggunakan metode elektrolisis. Kemudian, kedua zat ini akan direaksikan hingga menghasilkan air dan energi listrik. Nah, listrik inilah yang menjadi sumber tenaga utama shelter.
Kenapa kami tidak menggunakan sumber listrik yang digunakan untuk proses elektrolisis?
Sebenarnya hal ini agak rumit dan masih belum bisa kumengerti sepenuhnya. Sederhananya kami memiliki sebuah baterai yang menyimpan primordial elektron, yaitu salah satu energi mentah yang tidak bisa digunakan. Primordial elektron bisa digunakan untuk memisahkan hidrogen dan oksigen, tetapi tidak bisa digunakan pada alat elektronik apa pun. Hasilnya, kami menggunakannya untuk reaksi kimia dalam pemisahan air.
Benda inilah yang sedang berusaha aku bangun sekarang. Orang-orang biasa menyebutnya sebagai konverter, yaitu alat pemisahan air sekaligus mengkonversi hidrogen menjadi listrik yang kemudian dapat dipakai untuk mengisi daya teleporter milikku.
\=\=\=\=\=\=
Sekarang adalah hari kelima aku terdampar di sini. Sedikit banyak aku sudah mengetahui beberapa fakta yang cukup berguna tentang planet yang kupijak sekarang.
Planet ini disebut sebagai Bumi. Merupakan planet ketiga dari sistem tata surya dan memiliki satu satelit alami. Lingkungannya memang cocok untuk mendukung kehidupan, tetapi para penghuninya mulai merusak lingkungan secara perlahan.
Gravitasinya lebih lemah daripada planetku dan suhu udara lebih sejuk. Sebagian besar tempat ini bebas radiasi berbahaya, tetapi ada beberapa tempat yang memiliki radiasi tinggi. Tekanan udara juga agak lemah sehingga telingaku terasa sakit sekarang. Hidungku bahkan berdarah saat hari kedua, tetapi kemampuanku dalam beradaptasi berhasil sedikit menetralisir ketidaknyamanannya.
Spesies cerdas di planet ini disebut sebagai manusia. Secara fisik mereka sangat identik denganku, tetapi ada sedikit perbedaan pada beberapa aspek.
Tidak sepertiku, kedua bola mata mereka hanya bisa fokus pada satu titik secara bersamaan. Mereka juga tidak bisa membagi kesadarannya. Selain itu, kepala mereka juga tidak bisa berputar 180 derajat. Mungkin aku akan dianggap hantu jika aku tak sengaja menoleh ke belakang di hadapan manusia.
Perbedaan paling menarik adalah pergelangan tangan mereka tidak bisa berputar 360 derajat dan mereka tak bisa menekuk jari ke belakang. Serius, bagaimana bisa mereka tidak merasa kesulitan dengan gerakan terbatas seperti ini?
Walaupun tubuhku kecil, kekuatan dan kelincahanku masih sedikit lebih baik daripada manusia. Aku tidak tahu apakah ini adalah pengaruh dari gravitasi yang lemah atau bukan, tetapi yang jelas anak manusia dengan tubuh kecil sepertiku pasti tidak akan sanggup menahan efek dari tekanan balik senapan mesin ringan dengan mudah.
Di dunia ini ada hal menarik yang disebut internet dan komputer kuno. Kecepatan prosesornya cukup lambat sehingga belum bisa mendukung virtual reality, tetapi pengaplikasiannya cukup fleksibel. Peradaban berkembang dengan baik rupanya.
Aku memasang anoda dan katoda ke dalam tabung kaca yang baru saja kuambil dari dalam tubuh T-13. Untung saja tabungnya tidak rusak dan baterai masih terisi penuh dengan primordial elektron. Sepertinya aku bisa mengisi daya sekitar 10% dengan jumlah seperti ini.
Setelah selesai dengan konverter sederhana yang kubuat selama lima hari terakhir, aku mulai membawanya keluar dari hutan.
Tabungnya kuisi dengan air laut sampai anoda dan katoda terendam. Kemudian, kubawa kembali konverter yang sudah terisi air ke dalam hutan tempat dimana aku membuat wilayah berlindung sementara.
Di dalam air laut memang bukan hanya ada air saja. Garam juga merupakan salah satu senyawa terbesar yang menyusun air laut. Namun, setahuku garam akan sulit direduksi ketika proses elektrolisis terjadi sehingga kemungkinan terbentuknya logam natrium itu kecil. Hal ini terjadi karena air jauh lebih mudah untuk direduksi.
Air yang tereduksi pada katoda akan menghasilkan hidrogen sementara anoda menghasilkan oksigen. Lalu, unsur hidrogen akan disimpan di dalam tabung berikutnya dan dikirim ke anoda lain. Oksigen hasil elektrolisis juga akan dipompa melalui katoda pada tabung yang sama sehingga mengoksidasi hidrogen berkat bantuan cairan elektrolit yang berfungsi sebagai pemisah antara anoda dengan katoda. Sebagai hasil pembakaran, kedua unsur itu akan menghasilkan air, kalor, dan energi listrik. Air yang biasanya berupa uap panas akan dikeluarkan dari tabung untuk melewati sistem kondensor sebelum akhirnya digunakan kembali dalam proses elektrolisis dan listrik yang dihasilkan akan digunakan untuk mengisi daya teleporter.
Yah, kira-kira seperti itulah cara kerja tabung yang sedang kubawa ini.
Aku menyimpan tabung di dekat bekas perapian tadi malam. Kemudian, kulepas salah satu sarung tanganku dan menghubungkannya dengan kabel yang ada di tabung tersebut. Setelah memeriksanya sekali lagi dan yakin bahwa semuanya telah terpasang dengan baik, aku menekan tombol untuk memulai proses konversi.
Kedua sarung tangan terhubung secara nirkabel. Jadi, saat salah satunya mengisi daya, sarung tangan lain akan ikut terisi. Inilah sebabnya aku hanya mengisi salah satunya.
Tidak lama setelah aku menekan tombol pada konverter, baris tulisan virtual mulai muncul di hadapanku.
[Pengisian sedang dilakukan. Estimasi pengisian hingga penuh adalah satu bulan]
Karena daya baterai tidak terlalu banyak, aku tidak terlalu berharap bahwa pengisian akan dapat dilakukan sampai penuh. Lagipula aku hanya butuh lima persen untuk pulang. Kalau ternyata konverter bisa mengisi hingga sepuluh persen, aku akan membawa serta air laut ke shelter.
"Baiklah, mari kita berburu!"
Setelah terdampar selama lima hari di sini, belakangan aku mengetahui bahwa diriku sebenarnya berada di sebuah pulau kecil yang kosong. Spesies cerdas di tempat ini hanyalah aku seorang dan pulau terdekat dari sini berjarak sekitar dua kilometer. Akan tetapi, pulau itu juga tidak berpenghuni. Oleh karena itu, aku memilih untuk berburu saat perutku mulai lapar dan menyuling air laut untuk diminum. Beruntungnya bagiku bahwa semua senapan masih berfungsi dan peluruku tersisa cukup banyak.
"Ah, itu seekor tupai, 'kan?"
Aku pernah melihatnya di internet. Kelihatannya banyak orang yang menyukai tupai karena mereka pikir tupai itu lucu. Maaf saja, di tempat dimana mengharuskanku untuk bertahan hidup, tidak ada yang namanya hewan lucu. Semua adalah makanan!
Aku menembaknya tanpa kesulitan yang berarti. Peluru itu menembus kepalanya dan membuatnya jatuh ke tanah.
"Hoho~ hari ini daging hewani berkualitas tinggi lagi!"
Aku mengambil tupai malang itu dan melanjutkan perburuanku.
Ketika aku masih hidup bersama pengungsi lainnya di shelter, hewan dan pepohonan itu jumlahnya sangat terbatas. Jadi, mengkonsumsi daging hewani dan sayuran segar adalah hal yang sangat mewah. Sebagai gantinya, kami memiliki daging sintetis dan sayuran buatan yang ditambahkan dengan cairan nutrisi. Akan tetapi, rasa dari makanan itu agak mengerikan. Beruntung sekali aku bisa makan sepuasnya tanpa khawatir tentang stok makanan.
Aku memilih untuk membakar daging-daging yang sudah kubersihkan sebelumnya. Bumbunya adalah air laut dan rumput di sekitar. Aku juga membawa beberapa buah aneh yang sudah terverikasi dapat dimakan sebagai pencuci mulut.
Hari ini pun berlalu dengan acara makan sepuasnya dan tidur larut malam.
Pada hari ketujuh, telingaku sudah beradaptasi dengan baik. Rasa tidak nyaman pada tubuhku kini hampir sepenuhnya hilang.
Aku memeriksa teleporter milikku untuk melihat berapa kapasitas daya yang sudah terisi. Tampaknya daya yang kupunya sekarang adalah tujuh persen. Kalau terus seperti ini, besok aku bisa pulang sekaligus membawa air untuk keperluan di shelter.
Seperti hari-hari sebelumnya, jadwal pagiku adalah menjelajahi internet untuk mengumpulkan informasi. Aku sangat tertarik dengan semua kehidupan di planet ini. Mungkin saja suatu saat aku bisa melakukan perdagangan yang berguna mengingat mereka memiliki air yang sangat melimpah.
"Baterai primordial elektron pasti akan sangat laku di dunia ini."
Sayang sekali primordial elektron bukanlah energi yang terbarukan. Energi itu tercipta saat planetku terpapar oleh radiasi kosmik puluhan ribu tahun lalu. Sekarang memang masih melimpah, tetapi pasti akan cepat habis jika aku membaginya ke planet ini mengingat total pemakaian listrik manusia sangat boros. Akan lebih baik jika aku melakukan perdagangan dalam bentuk lainnya.
"Apa lebih baik kuambil saja semua air di dunia ini?"
Pilihan yang sangat menggiurkan, tetapi akan merusak nama baik shelter. Lagipula aku tidak sejahat itu sampai-sampai akan memusnahkan seluruh penghuni planet. Namun, jika mereka berani menyentuhku duluan akan lain ceritanya.
"Hm?"
Saat aku menjelajah internet, ada sesuatu yang membuatku cukup tertarik.
"Game online, ya?"
Sepertinya industri game sangat diminati oleh orang-orang. Bahkan tidak sedikit yang rela mengeluarkan uang untuk membeli item game. Padahal, semua game yang kulihat benar-benar kuno dan tidak fleksibel. Bagaimana bisa mereka menikmati hal membosankan seperti ini?
Ah ... tunggu dulu. Bagaimana jika aku membawa teknologi virtual ke dunia ini dan menciptakan game? Aku juga bisa mensimulasikan planetku untuk melihat bagaimana cara orang-orang menyelesaikan masalah di sana. Mereka yang kecanduan dan berharap untuk datang ke dunia virtual itu akan kubawa ke planetku dan membiarkannya membangun peradaban. Proses terraforming pastinya akan berjalan jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan aku sendirian yang melakukannya.
Baiklah, ini ide yang bagus dan cukup gila. Namun, tidak ada salahnya jika aku mencoba semua ide gila ini. Kalau misalnya terjadi kekacauan akibat teknologiku, aku tinggal kabur ke shelter dan memutuskan kontak dengan Bumi. Skenario terburuknya manusia akan saling memusnahkan dan Bumi mengalami kehancuran seperti planetku. Walaupun hal itu terjadi, toh tidak ada hubungannya denganku.
Aku menghabiskan hari terakhir dengan menuliskan rencanaku untuk membangun segalanya. Lalu, saat teleporter terisi hingga sepuluh persen, aku berjalan ke arah laut untuk berteleport di sana.
Bangkai T-13, senapan anti-tank, senapan mesin ringan, dan konverter kuno kutinggalkan di sini karena aku terlalu malas untuk menyeretnya ke dekat laut. Lagipula benda-benda itu hanya akan menjadi sampah saat aku kembali ke shelter.
"Baiklah, mari kita pulang sekarang!"
Aku mengaktifkan lompatan ruang, membawaku dan satu kilometer kubik air laut ke dalam shelter.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Adi Gala
Ditempat karen panel surya g laku y
2021-03-11
0
🖤༒︎★𝕱𝖚𝖏𝖔𝖘𝖍𝖙★༒︎🖤
Keren ini novel sci-fi yang sebenarnya
2020-12-31
0
Ordinary Reader
ohh, ini adalah novel sci fi yang telah lama kunantikan!
2020-12-02
0