Aku hanya berdiam diri di atas ranjang.
Sebenarnya aku sudah gerah, dari tadi belum mandi. Aku ingin berendam, tapi aku tidak punya pakaian untuk dikenakan.
"Tidak mungkin aku meminta Ahn Yoo," ujarku.
Aku menunggu sampai ada yang memanggilku, sampai ada yang menyuruhku keluar. Namun, tidak ada yang menyuruh atau memanggilku.
"Lapar sekali, apa mereka tidak ingat aku ada di sini?" Aku langsung bangkit dari tempat tidur dan berlari dengan cepat ke bawah.
Kebetulan kamarku berada di lantai dua, bersebelahan dengan kamar Ahn Yoo, hanya berjarak tiga meter dari sini.
Saat aku membuka pintu, Ahn Yoo lewat dari depan pintu kamarku. Spontan aku langsung menutup pintu karena terkejut.
"Kyaa!! kenapa aku menutup pintu dan masuk lagi, aku memang bodoh," kataku sambil membenturkan kepalaku ke dinding.
Aku yakin dia akan tersinggung. Aku takut dia mengusirku, kalau seandainya terjadi. Aku harus kemana lagi?
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.
"Jangan-jangan Ahn yoo yang mengetuk pintu. kumohon Jangan dia." Aku panik dan tidak tahu harus mengatakan apa di hadapannya nanti.
Karna tidak tahu apa yang harus kulakukan.
Aku berlari ke kamar mandi, dan bersembunyi di sana.
Setelah beberapa menit kemudian aku berniat keluar dari kamar mandi karena aku yakin dia sudah pergi.
"Butuh berapa lama lagi kau di sana?" Suara Ahn Yoo terdengar.
"Tidakkkkk!" teriakku dalam hati.
Aku langsung berlari keluar dari kamar mandi.
"Ahmmm ... aku tadi itu. Tiba-tiba perutku sakit. Ya, sakit perut, heheh," sambungku berlagak kesakitan dan memulas perutku.
Aku melihatnya bersandar di pintu.
"Tampan sekali, tapi sayang kamu malaikat maut yang kaku," kataku dalam hati.
Tidak-tidak, dia tidak akan bisa jadi suamiku. Aku harus membuang pikiran bodoh yang dangkal ini.
"Kamu tidak perlu menghindariku." Dia menatap mataku dengan santai.
"Ti- Tidak. Aku tidak menghindarimu, tadi aku hanya sesak ke kamar mandi karena sakit perut." Aku berpura-pura tenang saat bicara dengannya.
"Ya tuhan ... suruh dia pergi dulu," ucapku dalam hati.
Tidak lama kemudian dia berbalik dan pergi dari kamarku.
"Uhhhhhh, hampir saja aku mati tidak bernapas gara-gara dia." Seketika aku bisa bernapas lagi dengan normal.
***
Sesaat kemudian, aku mendengar langkah kaki.
"Nyonya Jane?" Suara Pelayan wanita itu terdengar.
"Ibu? Tunggu dulu, sekarang Ibu tidak perlu memanggilku nyonya, mengerti?" Aku mengatakannya sambil menyilangkan tangan.
"Baiklah, lalu saya harus memanggil nyonya dengan apa?"tanyanya padaku sambil bergurau.
"Panggil saja Jane, tidak pakai nyonya," perintahku dengan santai.
"Oh ya, Ibu mau bilang apa?" Sambungku.
"Bajumu sudah sampai, nanti akan diantarkan Pak Will ke sini."
"Hmmm, baiklah. Tapi sebelum itu aku mau tahu nama Ibu siapa?" tanyaku sambil memegang tangannya.
"Panggil saja San," ujarnya sambil tersenyum.
"Uhmmm ... Bu San, yah?" Aku mengangguk.
"Bu San sudah lama kerja di sini?" tanyaku lagi.
"Kira-kira sudah dua puluh tahun." Bu San mengingat kembali.
"Dua puluh?? Jadi Bu San sudah mengenal Ahn Yoo sejak lama?"
Dengan ringan aku menyebut nama Ahn yoo keras.
"Pelankan suaramu, saya kenal Tuan Ji saat berusia lima tahun," jelasnya padaku.
"Benarkahh? Kenapa Bu San betah tinggal bersama Ahn yoo?" tanyaku lancang.
"Tuan Ji sangat baik, tapi saat ayahnya menikah dengan Nyonya besar. Dia menjadi dingin dan pemarah," jelas Bu San.
"Jadi bagaimana dengan ibu kandung Ahn Yoo ?" tanyaku serius.
"Ibunya sudah meninggal saat Tuan Ji masih remaja."
Inti pembicaraan kami kira-kira seperti ini.
Ibu Ahn Yoo meninggal saat usianya lima belas tahun. Kemudian ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita. Ternyata wanita itu merupakan Ibu musuh Ahn Yoo saat SMA. Sebenarnya, Nyonya besar sangat perhatian kepada Ahn Yoo, tapi karna dia Ibu Lee Kang Joon yang merupakan musuhnya mulai dari SMA, dia tidak menyukai wanita itu.
"Oh jadi begitu ceritanya," Aku mengangguk sambil memperhatikan Bu San yang semangat menceritakan kisah Ahn yoo.
"Apa kau sudah puas bertanya?"
Ahn Yoo tiba-tiba muncul tidak tahu kapan dan dari mana datangnya.
Sontak aku langsung berbalik dan melihat Ahn Yoo sudah berdiri di situ. Sedangkan Bu San membungkuk ke Ji Ahn Yoo dan langsung keluar dari kamarku.
"Bu San!!" Aku memanggil Bu San, tapi Bu San tidak menghiraukan ku dan tetap berjalan keluar.
"Ahn ... Ahn Yoo ... sejak kapan kamu berdiri di sana? Hahahah." Aku memukul dahiku dan membungkuk sambil tertawa.
"Jangan mendekat, jangan kumohon." Aku bicara dengan suara pelan sambil menundukkan kepala.
Aku melihat kakinya melangkah ke arahku.
Apa yang ingin dilakukannya?
**Bersambung ...
UNTUK READERS TERHORMAT,
AUTHOR SANGAT MEMBUTUHKAN DUKUNGAN KALIAN. LIKE, KOMEN, VOTE DAN TAMBAHKAN FAVORIT NOVEL INI, DAN TERUS IKUTI YAHHH!😚🌻
Terimakasih🍃😉**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Ajusani Dei Yanti
hmmmmzzzzz
2020-08-29
0
Eti Guslidar
ssssddddd
2020-08-26
0
Jade Meamoure
waduh
2020-07-28
1