Karena sudah merasa mendingan setelah beristirahat selama beberapa hari.
Aku memutuskan untuk meninggalkan rumah sakit, meskipun aku tidak tahu harus pergi kemana. Untungnya biaya selama di rumah sakit ini sudah dibayar oleh orang itu.
Aku berniat membayar biaya pengobatanku saat di rumah sakit kepada orang yang menyelamatkanku. Kalau tidak sanggup membayarnya, aku setidaknya berterima kasih karena sudah menyelamatkanku.
"Maaf, apa aku bisa meminta nomor telepon orang yang membayar biaya ku selama di sini?" Aku datang menghampiri meja administrasi.
"Tunggu sebentar biar saya check . Maaf di sini tidak tertulis nomor telepon tuan yang membayar biaya Anda," sahut suster itu.
"Ohhh, jadi seperti itu, yah. Kalau begitu saya pamit dulu," helaku merasa sedikit kecewa.
"Maaf tunggu sebentar, ini ada titipan dari kekasih Anda. Katanya kalau sudah sembuh Anda datang ke alamat ini." Pihak administrasi memberikanku secarik kertas.
"Hmmm? Terima kasih, tapi dia bukan pacarku." Aku berpamitan dengan suster lalu pergi keluar dari rumah sakit.
Ternyata kertas itu berisi alamat yang sama sekali tidak ku ketahui.
"Astaga, ini aku harus bagaimana? Aku sama sekali tidak tahu ini dimana?" Sambil menghela napas, aku bingung sendiri akan melakukan apa.
"Tapi tidak mungkin juga aku pulang ke rumah bibi. Di situ ada paman tiri sialan yang mau menjualku waktu itu," kataku yang mulai mengutuk dan menggerutui paman sialan itu.
Tanpa pikir panjang, aku langsung memanggil taksi dan memberikan surat itu kepada supir.
"Pak tolong antarkan aku ke alamat ini." Aku memberikan kertas itu. Sungguh, aku sangat nekat, padahal aku tidak memiliki uang sepeser pun di tangan.
"Nyonya, ini kita sudah sampai." Dengan ramah supir menunjuk ke arah rumah yang begitu besar dan mewah.
"Pak begini, aku ke dalam dulu mengambil uang, jadi bisa tunggu sebentar tidak?"
Kemudian aku berlari menuju gerbang rumah yang megah ini. Saat berlari tiba-tiba ada mobil yang hendak masuk ke dalam rumah ini. Aku yakin dia pemilik rumah, atau paling tidak dia mengenal orang yang menyelamatkan ku.
Aku mengetuk jendela mobil itu.
"Permisi, bisa bantu aku tidak?" Aku mengetuk kaca mobil itu.
Kaca itu kemudian terbuka dan aku melihat orang yang waktu itu salah masuk ruangan ketika di rumah sakit.
"Kamu? Ehmmm? kamu bukannya orang yang salah masuk ruanganku waktu itu?" Dengan tangan menunjuk ke arahnya.
Dia turun dari mobil dan menanyakan ku.
"Ada apa?" tanyanya sambil memperbaiki jas yang dikenakannya.
"Ehhhmm ... begini, aku baru keluar dari rumah sakit, dan aku tidak punya uang untuk bayar tagihan taksiku. Jadi, bisakah kamu meminjamkan uang untukku?" Aku mencoba menjelaskan situasi menyedihkan ini.
Karena dia tidak menjawab, aku mencoba untuk meyakinkannya, aku rasa dia tidak mempercayaiku karena baru mengenalku.
"Tenang saja, aku pasti membayarnya," kataku dengan percaya diri.
Tanpa banyak tanya pria itu memberikan aku uang dan kemudian langsung ku berikan kepada supir taksi yang mengantarkanku.
Waktu berbalik ingin berterima kasih, aku memanggil laki-laki itu yang sedang membuka pintu mobilnya.
Pria itu hanya diam menatapku, tidak mengeluarkan ekspresi sedikit pun.
Dia berhenti di tempat dan menyuruh supirnya untuk masuk ke dalam terlebih dahulu.
"Siapa namamu? Aku belum tahu siapa namamu," kataku mencoba berbaur dengannya.
Dia tidak menjawab dan terus berjalan.
"Ya sudah tidak usah dijawab," sambungku sambil menyilangkan tangan ku kebelakang.
"Aku akan membayar uang yang ku pinjam tadi, pemilik rumah ini sangat baik. Dia sudah membayar biaya pengobatanku," kataku yang kala itu seperti bicara dengan diri sendiri.
"Apa kamu kenal pemilik rumah ini?" tanyanya kepadaku.
"Ummm, aku tidak mengenalnya sama sekali," sambungku.
"Jadi kenapa kamu datang kesini?"
"Aku harus berterima kasih kepadanya, kalau dia tidak menyelamatkanku, aku mungkin tidak punya harga diri lagi."
"Kalau kamu, ada urusan apa ke sini?" sambungku.
"Aku hanya ingin saja," jawabnya singkat.
"Pufftt, kamu kurang kerjaan, yah. Kamu lucu sekali, aku pikir kamu orang yang kaku. Ternyata kamu suka membuat lelucon, hahahahaah." Aku tertawa dan memukul pelan bahunya.
Tapi, wajahnya tetap datar, dia tidak ber -ekspresi sama sekali. Bahkan dia tidak meresponku ketika menertawainya.
"Heeeyy, apa kamu tersinggung? Maafkan aku, aku memang suka bercanda. Jadi aku harap kamu maklum ," sambungku dengan tenang.
"Aku harap begitu," sahutnya datar.
Bersambung...
.
****UNTUK READERS TERHORMAT,
AUTHOR SANGAT MEMBUTUHKAN DUKUNGAN KALIAN. LIKE, KOMEN, VOTE DAN TAMBAHKAN FAVORIT NOVEL INI, DAN TERUS IKUTI YAHHH!😚🌻
Terimakasih🍃😉****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Ajusani Dei Yanti
wiihhh keren thoorrr
2020-08-29
0
Ig & fb : Karlina_Sulaiman
semangat ya kak.. aku datang lagi... ke up
2020-07-18
1
Kadek
makasi kk
lanjutkan
2020-07-18
1